Adikku memang juga sudah bersiap-siap menunggu Anto datang menjemputnya hingga begitu Anto datang adikku langsung berpamitan kepada kedua orang tua kami. Mengetahui bahwa aku juga akan pergi maka mereka menawarkan jasanya untuk mengantarku dan rupanya mereka tidak berkeberatan untuk mengantarku terlebih dahulu. Kebetulan sekali pikirku, aku bisa menghemat uang taxi.
Maklumlah hidupku juga pas-pasan, walau aku bekerja sebagai dokter hewan di KBS, besar gajiku di sana sangat tidak layak bila dibandingkan dengan profesi dan tenagaku karena aku sebulan hanya menerima tiga ratus ribu rupiah saja sebagai pengganti uang transport. Untuk kebutuhanku sehari-hari aku masih harus membuka praktek di rumah, atau mendatangi pelangganku yang memiliki hewan peliharaan di rumahnya apa bila ada yang kebetulan sakit dan membutuhkan pertolonganku.
Konon dari kabar yang kudengar, keuntungan KBS selama ini banyak dikorup oleh para pengurusnya. Benar tidaknya aku tidak peduli, yang penting aku di sana hanya mencoba mencari pengalaman dan mengisi waktuku yang luang di siang hari.
Sesampai di Galaxy Mall aku minta diturunkan di depan saja, agar Anto dan adikku bisa langsung terus melanjutkan keperluannya. Aku berjalan kaki masuk ke Galaxy Mall melewati satpam yang memeriksa mobil pengunjung satu-persatu karena memang sejak maraknya kasus bom di tanah air, setiap mall dan hotel di kota Surabaya sekarang diperketat penjagaannya dengan pemeriksaan.
Aku melewati antrian mobil yang panjang sekali, kemudian masuk melalui pintu utama Galaxy Mall dimana pengunjung kembali harus diperiksa satu-persatu. Saat aku ikut mengantri untuk masuk ternyata aku bertemu dengan Sinto bersama keluarganya. Sinto adalah salah seorang pembaca Rumah Seks (baca ceritaku terdahulu, caranya, buka kembali salah satu ceritaku yang anda kenal, pada bagian kiri tampilannya ada beberapa kolom, cari kolom yang berisikan judul kisah-kisahku, pilih salah satu dan klik).
Sinto datang ke Galaxy mall bersama istri dan seorang anaknya. Istrinya masih muda dan cantik. Kami pura-pura tidak saling mengenal karena aku juga harus menjaga perasaan istrinya. Hubungan kami sejak awal memang bukan berdasarkan cinta, namun hanya berdasarkan sex suka sama suka saja, dan aku juga sudah tahu bahwa Sinto sudah berkeluarga. Sinto orangnya cukup dewasa dan sopan. Kami berhubungan awalnya dari email yang dikirimnya kepadaku setelah membaca kisahku di Rumah Seks. Sinto langsung memenuhi syarat yang kuminta hingga kemudian kami saling bertukar foto, kontak telepon dan seterusnya.
Ternyata diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya, Sinto menyapaku melalui SMS, jadi selama mengantar anak istrinya berjalan-jalan di Galaxy Mall, Sinto sibuk mengontakku melalui SMS dan kubalas pula melalui SMS. Akhirnya kami berjanji untuk bertemu nanti sepulang dari Galaxy Mall. Melalui SMS Sinto mengatakan bahwa selesai mengajak anak istrinya makan malam baru dia akan memulangkan anak istrinya kemudian kembali menjemputku.
Rumah Sinto memang ada di sekitar Galaxy Mall, jadi beberapa jam kemudian sebelum Galaxy Mall tutup Sinto benar-benar memulangkan anak istrinya dulu dan kemudian kembali lagi untuk menjemputku. Saat menjemputku, Sinto sudah berani langsung menelepon HP-ku, menanyakan posisiku menunggu dimana. Ringkas cerita aku sudah berada di dalam mobil Sinto.
"Kita kemana nich?" Tanya Sinto.
"Terserah" sahutku.
"Wah! Kamu malam ini cantik dan sexy sekali" timpal Sinto.
"Emangnya yang kemarin-kemarin aku seperti apa?" tanyaku. Sinto tidak menjawab tapi tangan kirinya langsung memegang pahaku di bagian yang tidak tertutup oleh rok mini.
Mobilnya memang jenis matic, jadi cukup tangan kanannya saja yang memegang kemudi, sehingga tangan kirinya leluasa berbuat apa saja. Kaca film mobilnya juga gelap sekali sehingga aktifitas di dalam mobil sama sekali tidak dapat terlihat dari luar, apa lagi saat malam begini.
Tangan kiri Sinto terus meraba pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus itu, rabaannya di bagian dalam pahaku membuatku horny sekali. Elusan telapak tangannya menjalar naik dan menyusup ke dalam rok miniku, jari kelingkingnya menyentuh bagian luar vaginaku yang masih tertutup oleh CD-ku yang mini dan berenda.
Gila! Ujung CD-ku sudah mulai basah. Pada bagian yang berbentuk hati sebagai penutup bagian luar liang vaginaku sudah terasa basah dan kakiku jadi terbuka lebih lebar lagi. Sinto memindahkan tangannya ke arah selangkanganku, telapak tangannya meremas dan menggosok-gosok bagian luar kemaluanku dari luar CD yang kukenakan. Jari-jarinya mempermainkan klitorisku masih dari luar lapisan CD-ku, tapi kali ini sudah cukup membuatku harus menggigit bagian bawah bibirku menahan rasa geli di sekitar selangkanganku.
Aku sudah benar-benar tidak tahan lagi hingga kulepaskan CD-ku dan kumajukan posisi dudukku. Bangku yang kududuki kumundurkan ke belakang, kemudian kakiku kuangkat dan kuletakkan keduanya di atas dashboard mobil sehingga pahaku terkangkang lebih lebar lagi. Dengan posisi seperti ini bagian bibir vaginaku kini jadi sedikit lebih menghadap ke atas. Ini membuat tangan Sinto lebih bernafsu lagi meraba selangkanganku. Jari-jari tangannya mengelus bibir vaginaku yang sudah lembab sedari tadi. Ujung jarinya memainkan klitorisku sehingga membuatku hanya bisa melenguh dan mendesah saja.
Gelombang orgasmeku mulai menggulung-gulung bagaikan ombak yang besar sekali hingga rasanya sulit sekali untuk membendungnya. Jari telunjuk Sinto terus ditempelkannya di ujung klitorisku. Ujung jarinya dikorek-korekkan dari bawah ke atas sementara jari-jarinya yang lain disusupkan ke lipatan bibir vaginaku sambil mengorek-ngorek bibir vaginaku bagian dalam.
Tentu saja apa yang dilakukan jari Sinto ini membuat cairan bening yang keluar dari dalam liang vaginaku mengalir lebih deras lagi. Aku semakin tidak mampu menahan gelombang orgasmeku hingga akhirnya pertahananku jebol juga, pantatku kuangkat dan kugoyangkan mengikuti irama gesekan jari-jari tangan Sinto. Badanku menggigil dan sedikit kejang-kejang.
"Uuu.. Uucch! Oo.. Oocch! Teruskan Sinto!" pintaku dengan suara parau.
"Aku orgasme nich!" seruku sambil sedikit berteriak padanya.
"Aa.. Aacch!"
Aku akhirnya benar-benar mengalami orgasme yang yang dahsyat sekali hingga banyak sekali cairan yang tersembur keluar dari dalam liang vaginaku. Cairan kenikmatan itu mengalir deras membanjiri liang vaginaku dan terus merembes keluar melalui celah bagian bawah bibir vaginaku, saking banyaknya hingga membasahi jok kursi yang kududuki, rembesannya juga dapat kurasakan membasahi bagian luar lubang anusku.
Selesai memuaskanku dengan jari-jarinya, Sinto bukannya membersihkan jari-jarinya, tapi segera menjilati sisa-sisa cairanku yang menempel di jarinya. Tampaknya nikmat sekali bagaikan anak kecil yang menjilati sisa-sisa es cream yang menempel mengotori jari-jari tangannya.
"Gimana Lia, puas tidak?" tanya Sinto padaku. Aku tidak menjawab tapi langsung saja kucubit keras lengannya sampai Sinto mengaduh dengan kerasnya sambil berusaha menghindari cubitanku.
"Lia! Besok kita ketemu yuk, jam berapa kamu ada waktu?" ajak Sinto.
"Malam ini aku tidak bisa menemanimu lebih lama, karena aku tadi hanya pamit ke istriku akan mampir sebentar ke rumah temanku di sekitar sini saja" tambah Sinto.
"Besok kita telepon-teleponan lagi aja ya" sahutku sambil membersihkan sisa-sisa cairan di selangkanganku dengan tissue.
"OK!" Sinto menyetujuinya.
"Sekarang aku antar kamu pulang ya?" Sinto memberikan tawaran padaku dan mobilnya langsung diluncurkan mengarah ke rumahku di kawasan Kenjeran.
Sepanjang perjalanan menuju rumahku, Sinto merangkulku dengan mesra, kepalaku kusandarkan ke dada kirinya, lengannya merangkulku di bagian leher sambil telapak tangannya menyusup ke dalam tank topku. Jarinya langsung saja menemukan payudaraku. Diremas-remasnya payudaraku yang masih mengeras karena nafsuku yang tadi.
Sinto rupanya masih ingin memanfaatkan sisa waktunya selama menempuh perjalanan ke rumahku. Puting susuku dipilin-pilin dengan jarinya, sehingga membuatku cepat sekali horny kembali. Aku pun tidak mau tinggal diam, kubalikkan sedikit posisi dudukku ke kiri ke arah duduk Sinto. Tangan kiriku dengan cepatnya membuka kancing celananya dan meluncurkan gespernya ke bawah, Sinto membantunya memerosotkan sedikit celananya yang telah berhasil kulepas. Sinto menggunakan tangannya sambil mengemudikan kendaraannya karena jalannya lurus jadi tidak menemukan kendala.
Segera kurogoh batang kemaluan Sinto yang sudah mengeras sejak tadi, tangan kiriku mengocok-ngocok batang kemaluan Sinto yang ujungnya juga sudah basah oleh cairan precum. Kuturunkan kepalaku ke pangkuannya dan mulutku langsung mengulum bagian kepala kemaluannya.
Sambil tanganku terus mengocok batang kemaluannya, bibirku tetap mengulum bagian kepala kemaluan Sinto. Ujung-ujung lidahku menjilati seluruh permukaan kepalanya yang licin. Cairan yang keluar tadi sedikit asin rasanya saat tertelan olehku.
"Uu.. Uuh! Aa.. Aah!" Sinto mulai mendesah merasakan nikmat yang kuberikan padanya saat mengemudikan mobil.
Kocokanku kupercepat, batang kemaluan Sinto kumasukkan lebih dalam lagi ke mulutku, kubenamkan dan kukocok dengan menggunakan mulutku. Lidahku tetap kujulurkan sambil menyapu semua lapisan kulit kemaluannya, dan Sinto pun mulai menuju puncaknya, hanya butuh waktu tidak terlalu lama hingga akhirnya Sinto pun mencapai orgasme. Aku nekad untuk membiarkan mulutku tetap mengulum batang kemaluan Sinto saat semburan sperma Sinto keluar menuju kerongkonganku.
Aku hampir tersedak olehnya hingga kutelan semua spermanya yang keluar dan muncrat di mulutku. Tanganku tetap mengocok-ngocok batang kemaluannya sampai semburan terakhir. Kujilat kembali seluruh bagian batang kemaluan Sinto hingga bersih dan licin kembali. Akhirnya kami pun sampai di depan rumahku. Perjalanan singkat dari Galaxy Mall ke rumahku ternyata cukup membuat kami berdua mencapai puncak kenikmatan.
Tamat
No comments:
Post a Comment