Keesokan harinya..
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Cuaca yang dingin membangunkanku dari tidur. Kulihat jam di kamar menunjukkan pukul 6 pagi. Aku masih telanjang, kulihat Indah dan Citra juga masih tertidur disampingku. Mereka juga sama-sama telanjang, nampak mereka sangat kelelahan. Kemudian aku teringat bahwa tadi malam kami baru mengadakan party sex. Gila juga Pak Indra dan Muklas. Indah yang kalah bermain poker harus rela tubuhnya menjadi santapan Pak Indra dan Muklas. Walau awalnya meronta-ronta tapi akhirnya dia pasrah juga. Dia dikerjaiin hampir orgasme berkali-kali. Penjaga villa itu sepertinya nggak ada habis-habisnya. Habis menggenjot Indah dia menggenjotku dan Citra lagi secara bergantian. Aku sudah 3 kali orgasme sedangkan Indah dan Citra masing-masing 4 kali. Total kami sudah orgasme 10 kali sedangkan mereka berdua baru satu kali satu kali. Mereka jauh lebih hebat dari cowok-cowok di kampus kami dan cowok-cowok yang pernah tidur denganku.
Kemudian aku bangun, masih terasa lengket pada mulut dan seluruh badanku, lengket gara-gara sperma atau air liur. Kulihat ke sebelahku Indah dan Citra juga nggak jauh beda, buah dada Citra yang sekal nampak kemerahan dan ada bekas cupang di sana sini. Sedangkan pada mulut dan wajah Indah banyak sisa-sisa sperma.
Aku coba untuk memejamkan mata, berusaha untuk tidur, tapi tidak bisa. Kemudian kuputuskan untuk mandi. Air yang sangat dingin di puncak dapat menyegarkan tubuhku. Pelan-pelan kurasakan enak di badanku. Sehabis mandi kuputuskan untuk lari pagi sambil menikmati udara puncak yang segar. Segera kugunakan celana pendek yang sangat ketat sehingga celana dalamku tercetak disana. Lalu kugunakan baju tangan panjang karena cuaca dingin. Kemudian aku lari pagi menikmati udara puncak yang dingin.
Setelah capek lari pagi, akhirnya aku balik ke villa. Citra dan Indah masih tertidur di kamar. Aku ingin membangunkan mereka tapi mereka masih tampak kelelahan sehingga kuurungkan niatku. Aku melap keringatku yang basah, kemudian aku ganti baju. Sebenarnya sih aku ingin telanjang saja sambil melakukan aktivitas di didalam villa. Tapi karena cuaca dingin kubatalkan niat "gila" ku. Kugunakan tanktop warna merah kesukaanku dan celana pendek yang fuul press. Sehingga menampakkan keindahan tubuhku. Aku tak henti-hentinya menatap tubuhku yang indah di meja rias. Aku saja sangat mengaguminya, gimana lagi dengan cowok-cowok?
Kemudian aku pergi ke dapur. Aku ingin memasak supermi, karena perutku sangat lapar. Aku ingin menghidupkan kompor tapi nggak ada korek api. Lalu kucari Pak Indra.
"Pak.. Pak Indra!" teriakku mencari Pak Indra. Ternyata Pak Indra sedang menyapu halaman di belakang.
"Pagi Neng!" katanya melihatku.
"Sudah bangun ya?"
Aku hanya mengangguk sambil meminta korek darinya.
"Neng, tadi malam asik banget ya" katanya sambil memberi korek
"Mau nggak nanti bapak entot lagi?"
Aku hanya mengangguk. Nggak ada puas-puasnya si tua bangka ini mengerjain tubuhku. Sudah hampir seharian kemarin dia memacu tubuhku dan teman-temanku, sekarang mau minta lagi.
"Tapi ntar aja ya pak, masih capek nih, lapar lagi!" kataku sambil pergi ke dapur.
Akhirnya aku memasak supermi dan makan. Sebenarnya aku ingin membangunkan kedua temanku. Karena aku ingin jalan-jalan bareng mereka. Tapi lagi-lagi kuurungkan niatku. Aku nggak tega juga menggangu tidur mereka. Mungkin nanti aja jalan-jalannya setelah mereka bangun, pikirku.
Setelah selesai makan aku pergi ke dapur untuk membereskan piring kotor. Selagi aku mencuci piring, Pak Indra datang kedapur. Kami bercakap-cakap tentang berbagai hal. Tentang istrinya yang sudah lama pergi meninggalkannya, sehingga dia sangat sulit untuk melampiaskan nafsunya jika lagi "pengen". Sambil bercakap-cakap Pak Indra tak hentinya melihat-lihat tubuhku. Dia mencuri-curi melihat dadaku dari celah tanktopku yang tak tertutup. Dia juga sesekali melihat pantatku yang bulat menonjol. Apalagi jika aku memakai celana ketat seperti ini. Pasti membuat libidonya serasa meledak-ledak
Kemudian Pak Indra mendekatiku dari belakang. Pertama-tama dia mengelus-elus lenganku yang putih mulus. Kubiarkan tangannya itu mengelus-elus tanganku. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku. Dijilatinya dari atas sampai ke bawah. Tangannya yang kasar meremas-remas payudaraku dari luar sementara tangannya yang lain mengelus-elus pantatku.
Perlahan-lahan dilepaskannya celana ketatku beserta CDnya. Pantatku yang mulus dan sekal terpampang jelas didepan matanya.
"Ini baru namanya pantat" katanya sambil menepuk pantatku.
Kemudian disusul dengan melepas tanktop dan braku. Sekarang aku dapat melihat diriku yang telanjang bulat melalui cermin wastafel di hadapanku. Dan dari belakang kulihat dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. Tangan bergerak dari dada ke punggungku. Aku mendesah sambil menggigit bibirku. Bibirnya menjilati punggungku dan sesekali kepalanya menyeruak melewati ketiakku untuk mengulum payudaraku.
Kemudian dibentangkannya pahaku lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jari besar itu menyusup ke pinggir kemaluanku, mula-mula hanya mengusap-ngusap bagian permukaan saja lalu mulai bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan bulu-bulu mencari liangnya.
"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulutku.
Kurasakan benda basah menggelitik klistorisku. Pak Indra kini berada di bawahku dan menjilati belahan kemaluanku, bukan cuma itu dia juga mencucuk-cucukan jarinya ke dalam lubang itu sehingga kemaluanku makin lama makin basah saja.
Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah serta jarinya pada vaginaku, tubuhku mengejang dan cairan cinta menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya orgasme. Tubuhku lemas dan penuh keringat.
Kemudian dia menyelipkan penisnya diantara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat penis itu pelan-pelan memasuki vaginaku. Setelah masuk semuanya langsung digenjotnya. Mula-mula perlahan-lahan tapi lama-lama makin cepat. Aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigit bibirku menahan nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri-kanan sehingga rambut panjangku pun ikut tergerai kesana kemari.
Cermin di depanku memantulkan bayangan wajahku yang sedang horny, mulutku mengap-mengap mengeluarkan rintihan terlebih ketika tangan kasar itu meremas-remas kedua payudaraku sambil sesekali dipermainkannya putingku yang sudah mengeras.
"Ooohh.. enak banget Neng " celotehnya.
Setelah 15 menit kurasakan genjotan Pak Indra makin lama makin cepat. Ditambah remasannya di payudaraku yang semakin kuat. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan penisnya pada vaginaku, tubuhku mengejang dan kurasakan cairan cinta menyembur dengan derasnya.
"Ooohh.. Neng.. bapak.. keluar!" dan disusul "Creett.. creet.." maninya menyemprot dengan deras ke vaginaku. Kurasakan maninya mengalir di sela-sela bibir vaginaku. Aku sangat lelah sekali. Dia menopang tubuhku agar tidak jatuh.
Kemudian dipapahnya tubuhku. Aku kira akan dibawa ke kamarku melainkan ke belakang melewati dapur. Dia membawaku kekamarnya, dibaringkannya tubuhku ke ranjang. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat. Sebelum terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku
"Vagina Neng enak banget, bapak jadi ketagihan nih!", kemudian aku tertidur dengan lelapnya.
Aku terbangun ketika kurasakan ada yang meraba-raba vaginaku. Aku mendesah nikmat, kubuka mata, Ahh.. aku terbangun.. aku Terkejut sekali. Begitu mata kubuka langsung nampak sesosok tubuh berada diantara kedua belah pahaku yang terbuka lebar. Ketika kesadaranku berangsur-angsur pulih nampak sosok lelaki muda berbadan tegap. Ternyata dia Muklas, wajahnya berada dekat vaginaku sambil mengorek-ngorek liang itu dengan jarinya.
"Sudah bangun Neng?" tanyanya sambil kepalanya tidak lepas dari vaginaku.
"Eh.. eh.." anggukku di sela-sela kenikmatan yang mulai merasuki tubuhku. Kulihat Pak Indra sedang beristirahat di kursi di pojok kamar sambil mengisap rokok.
Kemudian Muklas melepaskan bibirnya dari vaginaku dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang dari tadi. Penisnya lebih besar dari punya Pak Indra, berwarna hitam dan berurat, aku takjub melihatnya.
Beberapa saat kemudian dia merentangkan kedua pahaku, betisku dinaikkan ke bahunya
"Neng.. bapak ewe sekarang ya!" kata Muklas tidak sabaran.
Aku melihat miliknya mulai mendesak masuk ke vaginaku,
"Ahk..ahh..!" itulah yang keluar dari mulutku saat dia menekankan dalam-dalam penis supernya hingga amblas seluruhnya, aku meringis sambil mencengkram lengannya.
"Ooohh.." Muklas mendesah setelah berhasil menancapkan kejantanannya di dalam kemaluanku.
Aku mulai merasakan penis itu bergerak keluar masuk pada vaginaku, mula-mula gerakan itu lembut, namun lama-lama bertambah kencang dan kasar. Aku mendesah-desah tidak karuan. Ditambah lagi tangannya yang ikut serta menggerayangi dadaku. Semakin membuatku menjadi-jadi. Pak Indra yang semula tadi hanya menganggur mulai datang mendekati ranjang. Dia ikut menjamah dan memilin dadaku. Sambil sesekali meremasnya dengan kasar.
"Akkhh..!" eranganku tertahan tatkala bibirku dilumat Pak Indra dari samping. Akupun merespon cumbuannya, lidah kami saling beradu. Aku sudah telanjur dilanda birahi. Sambil mencium bibirku, Pak Indra meremas dadaku yang semakin tegak.
Kemudian Pak Indra melepaskan mulutnya dari bibirku. Penisnya sudah menegang langsung ditancapkannya ke mulutku. Aku memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Kujilat dan kuhisap. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya. Pak Indra tampak mendesah desah.
Kemudian Muklas balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat, ternyata dia ingin doggy stile. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah .
"Oouuhh.. muk!" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku. Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Pak Indra meredam suaraku dengan menjejelkan penisnya ke lidahku, sehingga membuatku tidak bisa lagi menjerit. Dia sangat rakus memaju mundurkan penisnya di mulutku, sambil sesekali tangannya bermain di payudaraku.
Diserang dari dua arah begini sungguh membuatku kewalahan hingga akhirnya terasa dinding-dinding kemaluanku berdenyut makin kencang dan erangan panjang keluar dari mulutku disertai mengejangnya tubuhku. Tubuhku lemas dalam pelukan mereka. Tapi keganasan Muklas belum tampak mereda, dia masih bersemangat menyodokkan penisnya tanpa mempedulikan vaginaku yang masih terasa ngilu.
Pak Indra semakin semangat memaju-mundurkan penisnya di mulutku, dan akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku. Muklas juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Akhirnya disemprotkannya maninya di vaginaku. Aku langsung ambruk karena tak kuasa menahan berat badanku.
Mereka kemudian membiarkanku istirahat sejenak. Sambil cerita-cerita mereka tak pernah berhenti merabai tubuhku. Aku yang sudah lemah hanya bisa pasrah. Toh.. percuma melarang mereka, mana ada lelaki yang haus sex membiarkan wanita cantik berbaring telanjang dihadapannya. Terutama Muklas, dia tak pernah melepaskan tangannya dari dadaku. Kadang diremas, kadang dipelintir dan kadang diisap-isap. Hal itu membuat dadaku makin mencuat keatas dan berwarna kemerahan. Setelah memberiku waktu untuk istirahat. Kembali kulihat penis-penis mereka mulai bangkit lagi. Aku hanya bisa pasrah saat Pak Indra mulai meremas payudaraku. Payudaraku yang sudah berwarna merah semakin merah saja saat mulutnya menjilatinya. Aku kembali mendesah saat perlahan-lahan mulutnya turun ke perutku dan langsung menjilati vaginaku. Birahiku mulai naik lagi. Kemudian kutarik Muklas agar mendekat ke arahku. Kujilati penisnya yang belum tegang benar. Dia mendesah-desah sambil memegang rambutku.
Kemudian Pak Indra melepaskan mulutnya dan langsung tertidur telentang. Aku mengerti maksudnya. Tanpa diminta lagi aku mengangkangi tubuhnya yang sudah rebah telentang di atas kasur. Ada sedikit rasa senang karena ini merupakan salah satu posisi favoritku yang sering kulakukan bersama cowok-cowok yang kencan denganku. Aku tanpa ragu menuntun penisnya yang sudah kembali mengeras ke arah vaginaku dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya. Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku diatas tubuhnya, bahkan aku ikut membantu kedua belah telapak tangannya meremasi payudaraku. Muklas menonton adeganku sambil mengocok-kocok penisnya, kadang-kadang tangannya iseng merabai pahaku.
"Ayo goyang Neng.. oohh!" Pak Indra sepertinya ketagihan dengan goyanganku, begitu juga Muklas, dia tidak tahan hanya menonton saja. Dia berdiri di sebelahku, penisnya mengacung di depan mukaku.
"Emut Neng.. ayo buka mulutnya!" sambil menjejalinya ke mulutku.
Aku membuka mulutku dan melakukan apa yang dia inginkan.
15 menit dalam posisi 'woman on top' sampai akhirnya tubuhku bergetar seperti menggigil lalu "Aaahh..!!"
Dengan panjang keluar dari mulutku, kepalaku mendongak ke atas menatap langitlangit kamar yang sepertinya berubah jadi banyak. Tubuhku melemas dan ambruk ke depan, ke dalam pelukan Pak Indra. Dia peluk tubuhku sambil penisnya tetap dalam vaginaku, kami berdua basah kuyup oleh keringat yang mengucur. Tapi tampaknya dia belum juga keluar, kembali tubuhku dipompanya. Tubuhku bergoyang diatas tubuhnya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Muklas tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Indra. Muklas membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Klas, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya. Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Muklas menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Muklas malah makin buas menggenjotku. Pak Indra melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya, sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Indra erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Indra. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Indra, dan Muklas menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengelap tubuhku yang basah kuyup kemudian berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir
"Lho..kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya nggak beres-beres dong, dingin nih" Disambut gelak tawa kami. Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Lagi asik-asiknya digenjot mereka berdua Citra dan Indah datang dan bergabung bersama kami. Kamar mandi itu menjadi tempat kami melakukan pesta sex. Sampai akhirnya kami sama-sama puas.
Demikian sebagaian ceritaku. Nantikan ceritaku yang lain..
E N D
No comments:
Post a Comment