Mereka pun segera melangkah cepat menuju kamar ganti mencari Johan. Di kamar ganti mereka mendapati Johan sedang menangis, duduk di sudut ruang ganti yang agak gelap. Rupanya, dari tadi Johan belum membilas badannya, dan belum berganti baju. Dia tampak menggigil kedinginan di sela isak tangisnya. Johan sibuk meratapi nasibnya, sampai dia tidak mempedulikan lagi kondisi tubuhnya yang mulai pucat kedinginan. Kondisi Johan itu membuat Iwan dan Johan merasa iba dan terharu. Melihat keadaan Johan itu, mereka berdua semakin yakin, Johan memang benar-benar mencintai mereka. Perlahan, mereka mendekati Johan, dan segera duduk di sisi kiri dan kanan, mengapit Johan.
"Kalian belum pulang" tanya Johan sambil terisak. "Kamu sendiri kok belum membersihkan badanmu" balas Iwan, sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Johan. "Memangnya kenapa kalau aku belum mandi? Apa hubungannya dengan kalian" sahut Johan dengan acuh, tapi tetap tidak dapat menyembunyikan kesedihan hatinya. "Jo, kami sangat sayang padamu. Kami jelas sangat peduli dengan kamu. Makanya kami masih di sini sekarang, bersamamu" ujar Tomi sambil melingkarkan lengannya ke pundak Johan, kemudian disusul dengan tindakan serupa oleh Iwan. "Aku minta maaf, telah mengganggu dan mengusik hubungan kalian. Aku tidak mau menjadi penghancur hubungan cinta kalian" ujar Johan, kali ini sambil menangis tersedu-sedu. "Jangan, jangan berpikir begitu Jo. Kamu sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiranmu. Malah sebaliknya, kehadiranmu membuat kami semakin bahagia" kata Iwan. "Benar Jo, kehadiranmu justru melengkapi kebahagian kami, kehadiran cintamu akan membuat hubungan kita bertiga semakin indah, tidak sekadar persahabatan, tetapi lebih dari itu" timpal Tomi, sambil mempererat pelukannya pada tubuh Johan. "Apa maksud kalian?" tanya Johan tidak mengerti. "Begini Jo, kami sudah membicarakan masalah ini. Kami sepakat untuk menerima kehadiranmu, dalam arti, kita bertiga bisa saling berbagi kasih sayang dan cinta. Kamu, aku, dan Iwan, akan menjadi kekasih. Tidak ada salahnya kan, kalau kita bisa saling mencintai, saling berpacaran." "Iya Jo, kita bisa saling menikmati cinta kasih di antara kita bertiga, dan menjadikan hari-hari kita penuh kasih sayang. Kami mencintaimu, Johan, sayangku" tegas Iwan, kemudian mengecup pipi Johan dengan gemas. "Bener Jo, kami sepakat, kami memang mencintaimu lebih dari sekedar sahabat" ujar Tomi, kemudian ikut mencium kening dan pipi Johan. "Kami mencintaimu, sayangku" bisik Tomi dan Iwan berbarengan dengan penuh mesra di telinga Johan, kemudian kembali mencium pipi kiri dan kanan Johan. "Apakah aku sedang mimpi? Benarkah apa yang kalian katakan?" ujar Johan tidak percaya dengan pendengarannya.
Pertanyaan dan keraguan Johan itu hanya dijawab dengan anggukan penuh yakin dari Tomi dan Iwan, serta tatapan mata penuh cinta. "Oh terima kasih Tom, Wan aku memang sangat mencintai kalian" ujar Johan sambil balas memeluk Tomi dan Iwan.
Sejenak kemudian, merekapun saling berpelukan dan memberikan ciuman penuh mesra. Dan dengan cepat pula, ciuman antara tiga cowok yang sedang dimabuk asmara itu pun berubah menjadi ciuman-ciuman panas dan liar. Kini mereka sudah tidak saja dimabuk asmara, namun lebih dari itu juga dimabukkan oleh nafsu birahi yang begitu menggebu-gebu. Gelegak birahi membuat mereka semakin lupa diri dan makin asik menikmat rangsangan yang saling mereka berikan. Mulut dan bibir mereka saling berebut mencium, mengulum dan memagut diselingi desahan nafas yang tak kalah menggebunya. Tiga batang penis mereka juga sudah makin mengeras, dan ujungnya sama-sama menyembul dari balik celana renang mini mereka masing-masing. Tak kurang lima menit mereka saling menumpahkan cinta dan birahi mereka, sebelum kemudian Iwan menghentikan cumbuannya dengan nafas terengah-engah.
"Hah.. hah.. ternyata memang sungguh asik ciuman bertiga seperti ini. Coba dari dulu kita bisa melakukan ini bertiga" ujar Iwan dengan senyum gembira dan masih terengah-engah. "I.. iya.. terima kasih, kalian telah memberikan kesempatan padaku untuk merasakan kenikmatan ini. Sudah lama sekali aku memimpikan kejadian seperti ini" sahut Johan dengan cepat. "Wan, kamu tahu kan apa yang aku pikirkan?" timpal Tomi dengan senyum penuh nafsu sembari matanya melirik ke arah batang penis Johan. "Hemm.. tentu saja aku tahu maksudku. Lihat tuh, kontol Johan udah ngaceng berat" ujar Iwan. "Bener Wan, dan aku juga merasakan kontolmu juga udah berdiri. Ayo tunggu apa lagi?" balas Tomi sambil menarik tangan dua kekasihnya itu.
Iwan dan Johan dengan cepat menuruti tarikan tangan mulus itu. Dengan saling berangkulan, mereka berjalan dengan cepat menuju bilik kamar mandi terdekat dari posisi mereka. Begitu memasuki bilik kamar mandi dan mengunci pintunya, Iwan dan Tomi dengan penuh nafsu saling melucuti celana renang mini mereka, sehingga dengan cepat kontol mereka yang sudah ngaceng total itu pun berdiri bebas dengan anggunnya. Dengan disirami oleh air hangat yang mengalir lembut dari shower, penis itu tampak indah mengacung di depan tatapan tajam mata Johan.
"Wow.. Bagus banget kontol kalian. Aku sudah tidak sabar lagi ingin segera merasakan kehangatan kontol kalian dalam mulutku.." ujar Johan dengan nada bergetar karena menahan gelegak birahinya.
Dengan gemetar tangan kanan dan kiri Johan menjulur hendak meraih dua kontol yang berdiri indah di depannya. Dengan mudah, dua kontol itu pun telah berada dalam genggaman tangan itu. Untuk beberapa saat lamanya, tangan Johan segera asik dengan kesibukan meremas-remas, memijit, dan mengocok dua penis jantan itu. Dengan mata terpejam, Johan berusaha menikmati dan mempelajari kekenyalan dan kejantanan penis milik dua kekasihnya itu. Benak Johan dipenuhi dengan pikiran mengenai nikmatnya kontol itu bila berada dalam mulutnya. Sedangkan Iwan dan Tomi juga tampak memejamkan matanya dan sedikit mendesah lembut merasakan kenikmatan pijitan dan remasan lembut tangan Johan pada penis mereka masing-masing. Bilik sempit kamar mandi itu pun kembali sunyi, hanya suara kucuran air dari shower saja yang terdengar, sementara tiga cowok ABG yang ada di dalamnya tampak asik dengan kenikmatannya masing-masing.
Tapi kesunyian itu tidak berlangsung lama, ketika mulut Tomi memecahkan kesunyian itu, "Wan, tampaknya ada pekerjaan menyenangkan yang harus segera kita selesaikan sekarang" ujarnya. "Kamu benar Tom. Sekarang saja kita berikan kenikmatan dan wujudkan mimpi-mimpi indah Johan kita tersayang" sahut Iwan sambil mencium kembali mulut Johan dengan penuh nafsu birahi.
Dengan cepat, Iwan dan Tomi saling membantu melepaskan celana renang Johan. Dengan cepat, celana renang mini itu sudah tergeletak di lantai kamar mandi. Dan dengan sendirinya, kontol 17,5 cm milik Johan sudah terbebas dari sekapan celana renang itu, dan berdiri tak kalah anggunnya dengan kontol Iwan dan Tomi yang masing-masing memiliki panjang 17 cm. Tiga kontol anggun itu untuk sejenak saling beradu. Tiga ABG itu tampak asik saling mengadu kejantanan kontol mereka masing-masing. Kemudian, Tomi mulai membungkukkan badannya ke arah dada Johan. Mulutnya dengan cepat menuju puting susu Johan dan kemudian lidahnya menjilatinya. Desir-desir kenikmatan dengan cepat menjalari sekujur syaraf tubuh Johan. Gelitikan lidah Tomi segera membuat birahi Johan makin menggebu-gebu. Mulut Johan pun merintih dan mengerang penuh nada erotis, ketika gelitikan lidah Tomi semakin liar, apalagi ketika mulut itu mulai menghisap-hisap susunya dengan ganas dan penuh nafsu.
Mulut Johan makin keras mengerang dan mendesis ketika mulut Iwan tak mau kalah beraksi. Dengan cepat mulut Iwan mengimbangi keliaran mulut Tomi. Pada puting susu kiri Johan, mulut Iwan sudah sibuk mengenyot pentil susu yang merah dan menggairahkan itu. Dengan cepat pentil susu itu berubah menjadi keras, menandakan pemiliknya sudah benar-benar terbuai oleh kenikmatan birahinya. Badan Johan mulai menggeliat-geliat erotis mengimbangi kenikmatan birahi yang terus menjalari tubuhnya. Kedua tangan Johan juga sibuk mengelus-elus rambut dua kekasihnya yang sedang sibuk memberikan kenikmatan seks pada dirinya.
Sementara mulut Iwan dan Tomi sibuk memberikan kenikmatan melalui dua buah dada Johan, tangan mereka juga sibuk meraba dan menikmati kemulusan badan Johan. Tangan kanan Tomi sudah sibuk mengocok dan meremas batang penis Johan yang mengacung gagah itu. Sedangkan tangan kanan Iwan juga sudah sibuk meremas-meremas lembut dua buah zakar Johan. Bagian pantat mulus dan montok milik Johan juga tak luput dari jarahan tangan kiri Iwan yang sibuk meremas-remas belahan pantat putih itu. Tangan kiri Tomi pun tak mau kalah beraksi meremas-remas belahan pantat Johan, bahkan jemari tangan kiri Tomi sudah bergerak jauh dengan menyusup pada bagian rekahan pantat itu, dan mulai menggelitik bibir anus Johan. Gelitikan jemari pada bibir anusnya, serta kocokan tangan Tomi pada kontolnya, membuat Johan semakin keras menggeliat dan mendesah liar. Suatu kombinasi kenikmatan yang sungguh nikmat dan belum pernah dirasakannya, membuat Johan semakin jauh tenggelam dalam arus kenikmatan seks.
Di bagian dada Johan mulut Tomi semakin ganas mengulum dan menjilati buah dada Johan. Kini mulut Tomi semakin bebas bergerak, karena mulut Iwan sudah mulai meninggalkan buah dada itu dan telah bergerak turun ke pinggang dan perut Johan untuk memberikan rangsangan-rangsangan yang tak kalah nikmatnya. Mulut Tomi dengan bebas dan penuh nafsu berpindah dari puting kiri ke puting kanan disertai hisapan-hisapan ganas pada area sekitar buah dada Johan. puting susu yang sudah mengeras itu makin membuat Tomi bernafsu dan tergila-gila untuk terus menghisap dan menggelitiknya. Selama ini, Tomi memang paling senang bermain pada buah dada Iwan saat mereka berdua sedang melakukan hubungan seks. Kini ia mendapatkan mainan baru berupa puting susu Johan yang tak kalah menggairahkannya. Ia begitu gemas dengan mainan barunya itu, sampai tanpa sadar ia melakukan gigitan-gigitan lembut pada dua puting susu Johan maupun kulit sekitar puting itu. Gigitan-gigitan lembut itu membuat Johan berkali-kali terpekik lirih, karena merasa sakit bercampur geli dan nikmat. Selain itu gigitan lembut itu telah meninggalkan bercak-bercak kemerahan pada kulit sekitar puting susu Johan.
Bersambung . . . .
No comments:
Post a Comment