Pak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ? kataku menunjuk kasur pompa yang terletak tak jauh dari situ.
Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Santi di kasur empuk itu, lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Santi yang berpayudara kencang, berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya, mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Santi sampai terpana menatap ketiga senjata yang akan segera membantainya itu. Ketiganya kembali mengerubungi Santi yang terlihat nervous dengan menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tangan.
Hehehe...si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah ! kata Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Santi yang menutup payudaranya.
Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya! kata Mang Obar yang tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.
Pak Andang menciumi payudara kanannya sambil tangannya meraba-raba kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dengan ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantungku berdebar-debar dan mataku melotot menyaksikan adegan itu, ditambah lagi adegan pada sofa di hadapanku dimana tubuh telanjang Ivana sedang dijilati dan digerayangi. Aku membuka celana pendekku dan mengeluarkan penisku lewat pinggir celana dalam lalu mulai memijatnya, ini jauh lebih spektakuler dari film bokep dengan artis tercantik sekalipun. Mang Nurdin mencium dan menjilat leher jenjang Santi sambil mengusap-usap payudara satunya, lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingnya menyebabkan Santi menggeliat dan mendesah nikmat. Dari telinga mulut Mang Nurdin memagut bibir Santi, mulut lebar dengan bibir tebal itu seolah mau menelan bibir Santi yang mungil lagi tipis. Sekonyong-konyong terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yang beradu. Santi nampak sudah tidak merasa risih lagi, yang dirasakannya sekarang adalah birahi yang menggebu-gebu akan pengalaman barunya ini, terlihat dari matanya yang terpejam menghayati permainan ini. Sikapnya yang semula pasif mulai berubah dengan meraih penis Mang Nurdin dalam genggamannya.
Mang Obar sedang berlutut diantara kedua paha Santi, tapi dia belum juga mencoblosnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dengan tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis, pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yang lentik itu. Lagi enak-enak nonton live-show sambil ngocok, tiba-tiba ada SMS masuk, kuraih HP-ku, oh...si Sandra, hampir lupa aku sama anak ini saking asyiknya, pesannya berbunyi demikian :
Win, pstanya jd g? psti lg asyk y? sori nih tlat, td diajak tmn jln2 sih, kl stgh7 gw ksana msh bsa g?
Brengsek bikin orang nunggu aja, mana datangnya telat banget lagi, tapi aha...terbesit sebuah cara untuk menghukumnya, hihihi...aku nyeringai sambil mereply SMS-nya
Gile tlat amt sih, y dah u dtg aja, mngkin msh kburu, kl g kta skalian mkn mlm aja, ok
Wow, kini Santi sedang menjilati secara bergantian penis Pak Andang dan Mang Nurdin yang berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya. Sementara itu Mang Obar menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Santi, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepala Mang Obar. Kini Santi membuka mulut dan mendekatkan kepalanya pada penis Pak Andang, setelah masuk ke mulutnya, dia mulai mengulum benda itu dengan nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok pelan penis Mang Nurdin. Tak lama kemudian Mang Obar menghentikan jilatannya dan merentangkan paha Santi lebih lebar, dia bersiap memasukkan penisnya. Santi juga menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yang makin mendekati bibir vaginanya dengan deg-degan.
Pelan-pelan yah Mang, saya takut sakit abis kontol Mang gede gitu ! ucap Santi memperingatkan
Tenang aja Neng, Mamang ga bakal kasar kok ! hiburnya sambil mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya.
Nampaknya Mang Obar kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vagina Santi karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dengan gerakan tarik-dorong.
Aakkhh...nggghhh...sakit ! rintih Santi menahan rasa nyeri, padahal penis itu belum juga masuk seluruhnya
Masa pelan gitu sakit sih Neng ? kata Pak Andang yang memegangi tangannya sambil membelai payudaranya
Mungkin si Neng aja yang memeknya kekecilan kali ! sahut Mang Nurdin cengengesan.
Aaaaahhh... jeritnya saat Mang Obar menghentakkan pinggulnya ke depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dalam liang itu.
Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan buas tanpa menghiraukan perbandingan ukurannya dengan vagina Santi. Sementara di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti menggerayangi tubuhnya. Mang Nurdin dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kanannya yang disedot dan dikulum dengan rakus. Pak Andang menelusuri tubuh itu dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuh Santi tidak luput dari jilatannya. Santi mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat.
Sebentar saja Santi sudah mencapai klimaks, badannya menegang dan menekuk ke atas, desahannya makin hebat. Namun Mang Obar masih belum keluar, dia menaikkan kedua betis Santi ke bahunya dan memacu tubuhnya makin cepat sampai menimbulkan bunyi kecipak. Akhirnya dia menggeram dan menyemprotkan spermanya di dalam vagina Santi, cairan itu nampak menetes dari daerah itu bercampur dengan cairan kewanitaannya. Santi hanya sempat beristirahat kurang dari lima menit sebelum giliran Pak Andang mencicipi vaginanya. Mula-mula dia meminta Santi membasahi penisnya dulu, setelah dikulum sebentar, dia menindih Santi sambil memasukkan penisnya, pinggulnya mulai bergerak naik-turun diatas tubuhnya, Santi yang gairahnya mulai pulih juga ikut menyeimbangkan irama goyangannya. Pak Andang melumat bibir mungil Santi yang mengap-mengap itu meredam desahannya. Waktu itu aku sudah keluar sekali, kuambil tissue mengelap tanganku yang basah. Mang Obar mengambil aqua gelas yang kusiapkan dan meminumnya, dia duduk di sofa sebelahku.
Gimana Mang, sip ga ?
Enak banget Bos, Mamang ga pernah mimpi bisa dapet kesempatan ini, sering-sering bikin yang kaya gini ya! komentarnya dengan antusias
Tenang Mang, jangan boros tenaga dulu, ntar masih ada satu lagi loh ! nasehatku, kemudian aku menjelaskan apa yang harus dilakukan pada Sandra kalau dia datang nanti.
Pak Andang tiba-tiba menggulingkan tubuhnya sehingga Santi kini diatasnya. Dia lalu menegakkan badan sambil terus menaik-turunkan pinggulnya diatas penis yang mengacung bagai pasak itu. Terkadang dia memutar-mutar pinggulnya sehingga penis itu mengaduk-aduk vaginanya. Matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan nikmat. Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya seperti embun, juga menetes-netes dari mukanya. Mang Nurdin berdiri di sebelahnya lalu mendekatkan penisnya yang masih keras ke mulutnya. Santi mulai menjilatinya dimulai dari kepalanya yang disunat hingga seluruh permukaan batang itu, buah zakarnya yang besar dia emut beberapa saat.
Uuuhh...ayo Neng, enak gitu...mmm ! desah Mang Nurdin
Semakin hanyut dalam lautan birahi, Santi tidak malu-malu lagi mengemut penis itu sambil mengocoknya dengan satu tangan. Payudaranya bergoyang-goyang naik-turun seirama gerak tubuhnya, dengan gemas Pak Andang menjulurkan kedua tangannya mencaplok gunung kembar itu serta meremasnya.
Saat itu Endang baru saja selesai dengan Ivana, setelah menyemprot perut Ivana dengan spermanya dia minum dulu dan langsung menuju Santi, sementara itu Mang Obar mulai mencicipi Ivana. Endang duduk di sebelah kanannya dan meminta ijin Pak Andang yang sedang menguasai kedua payudaranya untuk memberinya jatah satu saja. Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Santi mengejang dan mendesah tertahan di tengah aktivitasnya mengoral Mang Nurdin, dia mengenyot dan kadang menarik-narik puting itu dengan mulutnya.
Ooohh...isep Neng...iseepp !! tiba-tiba Mang Nurdin mendesah panjang dan makin menekan kepala Santi ke selangkangannya
Spermanya menyembur di dalam mulut Santi, mungkin karena badannya berguncang-guncang hisapan Santi tidak sempurna, cairan itu meleleh sebagian di pinggir mulutnya. Mang Nurdin beranjak pergi meninggalkan Santi setelah di cleaning service, diambilnya segelas aqua dari meja untuk diminum.
Tiba-tiba goyangan Santi makin gencar lalu berhenti dengan tubuh mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua tangannya memegang erat lengan Pak Andang. Dia telah mencapai klimaks, tapi Pak Andang belum, dia terus menghentakkan pinggulnya ke atas menusuk Santi. Tubuh Santi melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat itu Endang sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yang sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu diiringi rintihan pemiliknya. Tubuh Santi kini dihimpit kedua buruh itu seperti sandwich, kedua penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dengan ganas.
Ooohh....oooh...aakkhh ! gairah Santi mulai bangkit lagi, vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Pak Andang yang sudah di ambang klimaks
Pak Andang lalu melenguh panjang menyemburkan maninya di dalam vagina Santi akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh Santi dengan nafas terengah-engah.
Setelah ditinggalkan Pak Andang, Santi cuma melayani Endang saja, namun pemuda ini lumayan brutal mengerjainya sehingga dia menjerit-jerit. Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yang menggantung di remas dengan kasar. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Endang tertumpah di pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih. Keadaan Santi sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan masih terlihat pada kulitnya yang mulus, sperma bercampur cairan kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Aku jadi kasihan melihatnya, maka aku menghampirinya dengan membawa air dan tissue. Kuangkat tubuhnya dan kusandarkan pada lenganku, dengan tissue kuseka keringat di dahinya, minuman yang kuberikan langsung diteguknya habis.
Udah ya San, kalau dah ga kuat jangan dipaksain lagi, ntar pingsan lu ! saranku
Namun dia cuma tersenyum sambil menggeleng, ga apa-apa katanya cuma perlu istirahat sedikit, dia juga bilang rasanya seperti diperkosa massal saja barusan itu. Waktu itu Pak Usep menghampiri kami bermaksud menikmati Santi, tapi kusuruh dia bersabar karena kondisinya belum fit.
Karena tubuh Santi yang sudah lengket-lengket itu, aku menyuruhnya mandi agar lebih segar. Setelah agak pulih, kubantu dia berdiri dan memapahnya ke kamar mandi, kunyalakan shower air hangat untuknya. Sebelum keluar kami berpelukan, kucium dia sambil mengorek vaginanya dengan dua jari, cairan sperma meluber keluar begitu kukeluarkan tanganku, sehingga aku harus cuci tangan.
Dah mandi dulu yang bersih, supaya nanti siap action ! kataku
Dia cekikikan sambil menyeprotkan shower ke arah kakiku, aku melompat kecil dan keluar sambil tertawa-tawa. Begitu aku keluar, waw...gile, Ivana mantan pacarku itu sedang dikerjai kelima orang itu, dia sudah tidak di sofa lagi, melainkan sudah di lantai beralas karpet, the hottest gangbang ive ever seen ! Untuk lebih lengkapnya lebih baik kita ikuti kisah Ivana dari awal
Ivana
Endang dan Pak Usep duduk mengapit Ivana masing-masing di kanan dan kirinya. Ivana terlihat tegang sekali beberapa kali dia memanggil-manggil namaku.
Kenapa Na, kok sekarang tegang gitu katanya mau ngebalas pacarlu itu ! kataku
Oh, jadi Neng udah punya pacar yah ! kata Pak Usep
Ngga, baru putus kok jawabnya malu-malu
Putusnya kenapa Neng ? tanya Endang
Ivana cuma menggeleng tanpa menjawabnya.
Udah ah lu, kalau ga mau dijawab jangan maksa ! kata Pak Usep pada rekannya
Eh, Neng sama pacar yang dulu pernah ngentotan ga ? tanya Endang cengengesan
Rona merah jelas sekali pada wajah Ivana yang putih mulus, dia hanya mengangguk pelan sebagai jawabnya sambil tersenyum malu-malu.
Kalo gitu pernah diginiin dong Neng hehehe ! Pak Usep tertawa-tawa meremas buah dada Ivana
Diginiin juga pernah ! Endang meraih selangkangannya dan meremasnya dari luar
Ivana menjerit kecil sambil tertawa geli karena kejahilan tangan mereka. Pak Usep makin gemas memijati payudaranya, si Endang sengaja meniupkan udara ke kupingnya untuk memambangkitkan birahinya perlahan-lahan sambil tangannya membantu Pak Usep meremas payudara yang satunya. Ivana hanya diam menikmatinya dengan mata terpejam. Keduanya mulai menyingkap kaosnya, Ivana sepertinya menurut saja, dia mengangkat lengannya membiarkan kaos itu dilolosi. Dia tinggal memakai bra warna krem dan celana panjang selututnya.
Ini dibuka aja ya Neng pinta Endang
Ivana mengangguk, maka Endang pun dengan cekatan membuka bra-nya sehingga dia telanjang dada. Endang langsung melumat yang kanan dengan rakus.
Pentilnya bagus ya Neng, kecil, merah lagi komentar Pak Usep sambil memilin-milin putingnya
Pak Usep menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pada leher jenjang Ivana membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan rangsangannya dengan mengecup lehernya membuat tanda kemerahan disitu, rambut Ivana yang terikat ke belakang memudahkannya menyerang daerah itu. Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan pelosok tubuh lainnya. Mendadak Pak Usep menghentikan kegiatannya dan memanggil Endang yang lagi asyik nyusu dengan mencolek kepalanya.
Eh, Dang, kita taruhan yu, yang menang boleh ngentot si Neng duluan ! tantangnya
Taruhan apaan Pak, saya mah ayu aja
Coba tebak, si Neng ini jembutan ga ? tanyanya dengan nyengir lebar
Muka Ivana jadi tambah memerah karena kenakalan mereka ini, aku juga jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan pacarku ini dikerjai orang lain.
Hmmm...ada ga Neng ? tanya Endang sambil menatapi selangkangan Ivana
Eee...nanya lagi, orang disuruh tebak ! omel Pak Usep menyentil kepalanya
Ivana senyum mesem dan menjawab tidak tahu menjawab si Endang.
Bersambung . . .
No comments:
Post a Comment