Sore hari senin saat pemilu presiden, aku bosan di rumah dan memutuskan untuk pergi ke laut yang tidak jauh dari rumah. Tempatnya sepi apalagi kalau sudah sore dan yang ada hanya mereka yang suka memancing. Sebenarnya ini juga alasanku pergi ke laut Ketang.
Biasanya selesai memancing, para pemancing itu suka mandi di laut mereka berbasah-basah dan setelah selesai mereka pergi ke balik bebatuan untuk mengganti pakaiannya yang basah. Dan aku senang sekali berada di bebatuan itu bisa mengintip mereka yang tanpa malu-malu telanjang mengganti pakaiannya.
Nah di hari itu laut sedang surut dan ada dua orang yang aku nggak tau apakah mereka nelayan atau hanya orang biasa yang punya hobi mancing. Mereka berdua bertubuh tegap, satunya berwajah lumayan dengan bodi kekar serta kulit tidak terlalu hitam, yang satunya lagi berkulit gelap. Yang aku incar yang berkulit tidak terlalu hitam ini yang sedang berburu ikan dengan tongkat berujung besi tajam, tingginya sekitar 165cm dan dia memakai celana training panjang warna putih yang pudar. Kalau dia mengangkat tangan untuk menghunjam tongkatnya aku menjadi gemas, karena tangannya terlihat sangat kuat dan kekar.
Setelah aku mendekat, wuih pemandangannya menyenangkan. Ternyata dia sama sekali tidak memakai kolor, karena saat dia berdiri, terlihat jelas kontolnya tercetak di celana, dan bayangan hitam jembutnya juga terlihat. Aku bukan penyuka mereka yang berbadan besar, tapi badannya memang kekar dan mungkin berhubungan dengan pekerjaan sehari-hari dia dan di dekat pusar bulu-bulunya terlihat lebat, kontolku ngaceng seketika. Aku kemudian berjalan menuju bebatuan tempat biasa orang berganti pakaian dan dengan sabar menunggu dia mengganti pakaian sambil berpura-pura mengambil ikan-ikan kecil.
Tempat biasa mereka ganti pakaian itu terdiri dari bebatuan yang biasa ada di laut dan tinggi-tinggi. Sekelilingnya semak belukar dan tempat itu cukup terlindung kalau anda memang tidak sengaja untuk melihatnya atau memang berada di dekat situ. Ternyata kesabaranku berbuah hasil, dia berjalan ke arah bebatuan tempat aku berada sambil membawa celana jeans birunya, aku lihat dia lirik kiri kanan. Dia memperhatikan aku sebentar, aku tahu itu, lalu dia menurunkan celana panjangnya dan aku melirik, ASTAGA!
Itu kontol terbesar yang pernah aku lihat, bahkan dalam keadaan seperti itu, panjang kontolnya hampir menyamaiku kontolku kalau ngaceng, padahal aku pernah ukur kontolku kalau ngaceng sekitar 14cm. Aku berdiri dan berjalan ke arahnya sambil pura-pura memperhatikan sekitar. Lalu saat itu dia menatapku, dan aku juga menatapnya, lalu aku menurunkan pandanganku ke arah kontol yang kini terlihat sangat jelas.
Kontolnya ternyata tidak berjembut lebat hanya ada sedikit saja itupun tidak terlalu panjang, tapi kepala kontolnya sangat besar sampai-sampai aku tak percaya apa yang aku lihat. Lalu aku tersadar kalau aku melakukan kesalahan dengan menatap seperti itu, lalu aku menatap dia lagi dan ternyata dia masih menatapku tanpa ekspresi. Kemudian dia melirik ke arah kontolnya dan kembali menatapku. Aku mencoba tersenyum dan ternyata dia juga tersenyum meski terlihat sangat kaku.
"Maaf Mas, nggak sengaja. Soalnya baru sekali ini aku lihat ada kontol sebesar itu," ujarku dengan berani.
Aku melihat ekspresi wajahnya yang terkejut dengan perkataanku. Lalu dia menjawab,
"Nggak apa-apa, saya biasa mandi telanjang di kali jadi banyak yang liat juga"
Aku semakin berani dan berjalan mendekatinya sambil sesekali berpura-pura melihat ikan di air.
"Kalau lemes aja segede gitu, gimana kalau ngaceng"
Aku yakin sekali belum pernah ada laki-laki mengatakan hal seperti itu padanya, sehingga dia terlihat sangat canggung menjawab pertanyaanku.
"Ah bisa aja"
"Bener kok," ujarku sambil kemudian duduk di batu dan aku melihat dia agak canggung namun dia masih telanjang bulat.
"Kalau punya aku segede itu, aku pasti seneng banget"
Dia hanya tersenyum (lagi-lagi) canggung mendengar perkataanku barusan.
"Pernah ngukur nggak Mas?" tanyaku lagi.
"Nggak pernah, yah memang gini adanya"
"Mas, boleh nggak aku pegang kontol Mas, aku pengen ngerasain sebesar apa kalau ngaceng"
Dia terlihat kaget lagi dengan perkataanku dan sedikit menelan ludah dengan agak gugup dia berkata,
"Ngapain megang kan semua kontol sama aja"
"Yah nggak sama lah Mas, kontolku nggak segede itu. Bagaimana boleh ya," ujarku semakin berani dan semakin dekat dengannya.
Dia menengok kiri kanan beberapa kali lalu berkata, "Yah.. Ya boleh lah, tapi kalau ada orang lepasin ya"
"Beres" ujarku sambil tersenyum.
Lalu aku dengan sedikit gugup memegang batang kontolnya. Hangat sekali terasa dan dalam hitungan detik kontol itu membesar di genggamanku sampai maksimal. GIla.. Gede banget!! Kepala kontolnya itu membuat aku tak tahan. Aku melirik ke arahnya, dan ternyata dia juga sedang memperhatikan aku sambil sesekali memperhatikan sekelilingnya.
Sambil terus ku elus-elus batang kontol itu aku berkata,
"Pernah ada yang giniin nggak Mas?"
"Nggh.. Nggak pernah"
"kalau pada mandi di kali apa temen-temennya nggak pada ngeliatin kontol segede ini?"
Dia masih juga ragu, entah antara enak atau canggung menjawabnya tapi dia tetap berusaha,
"Yah, kadang-kadang jadi bahan lelucon aja"
Aku masih mengelus-elus kepala kontolnya, lalu batangnya mulai aku kocok-kocok. Semakin lama kocokanku semakin kencang dan sesekali aku memilin pelan batang kontolnya. Aku merasakan ada gerakan dia seperti sedikit maju mundur atau memompa tanganku dan juga seperti berputar. Sementara aku mengisap batangnya, jemariku bergerilya ke arah perutnya yang berotot, rasanya bergelombang-gelombang dan jantan sekali, belum lagi bulu-bulu di sekitar perut dan pusarnya yang lebat, herannya di daerah jembut dia tidak terlalu lebat. Dia pasti merapikannya.
Sekarang sambil aku kocok batangnya, tanganku yang kanan mulai menjalar ke arah biji pelirnya. Biji pelernya sangat tidak sinkron karena berukuran biasa saja, sementara batangnya begitu panjang dan besar serta berurat. Seperti juga dipangkal kontolnya, biji peler dia bahkan sama sekali tidak berjembut. Aku pijat pelan biji pelernya dan dia mulai berdesah-desah pelan. Aku melihat dia memejamkan matanya, aku pikir sekarang atau tidak sama sekali.
Dengan cepat aku menempelkan bibirku di kepala kontolnya. Dia segera bereaksi dan sangat kaget dengan yang aku lakukan, dia sedikit menarik dirinya. Tapi aku tidak mau melepasnya, aku pegang pantatnya lalu mendorong kembali ke arahku. Sekarang batang kontolnya aku arahkan ke atas dan aku mulai menjilat bagian bawah batang kontolnya mulai dari bagian bawah hingga ke lobang kencingnya, memainkan ujung lidahku di kepala kontolnya yang semakin berwarna ungu, aku tahu dia sangat keenakan.
Aku lirik dia sambil lidahku tetap merayap pelan mengelilingi kepala kontolnya dan bermain-main di bagian frenulumnya. Dari dahinya yang berkerut dan mata yang seperti menahan sesuatu aku sangat yakin dia merasakan kenikmatan yang sangat, karena aku juga sangat merasa nikmat jika mendapat hal yang sama.
Lalu dengan beberapa kali usaha aku berhasil memasukkan kepala kontolnya ke mulutku dan langsung aku sedot-sedot dengan kencang, dan aku bisa merasakan urat-urat disekeliling batang kontolnya semakin membesar dan dia juga semakin kuat mengocok mulutku.
Kini tangan kananku menggenggam pangkal batang kontolnya dan tangan kiriku berada di batang atas tangan kananku. Sambil mencium-cium kecil lobang kencingnya dengan ujung bibir, kedua tanganku membuat gerakan memeras dan memelintir batang kontol itu pelan sekali, kuregangkan dan kemudian kulakukan lagi.
"Ahh.." dia mendesah pelan.
Kulupaskan genggamanku dan mulai merayap pelan ke atas dan berhenti di pentil kecilnya yang kemudian ku pilin pelan dan kutarik-tarik sekali. Desahannya semakin kuat, nampaknya dia memang sangat suka pentilnya di perlakukan seperti itu.
"Lepas Mas, lepas, saya mau keluar," kata dia.
"Mmgrrpphh" ujarku tak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya sambil menggelengkan kepalaku tanda aku tak mau melepasnya, dan aku malah memasukkan seluruh batang kontolnya hingga hidungku menyentuh kulit pangkal kontolnya, aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku untuk menahan kontol itu, dan dia masih sedikit berontak.
Aku terus menggerilyakan lidahku menjilati sekenanya batang kontol yang ada dimulutku, dan sepertinya dia pasrah tak mampu berkata apa-apa lagi. Kedua tangannya memegang batu yang ada di belakang dirinya, lalu dia sedikit mengerang dan tak lama mulutku penuh dengan sperma yang menyemprot berkali-kali dengan jumlah yang banyak dari lobang kontolnya, aku telan sebanyak yang aku bisa meskipun banyak juga yang mengalir ke luar dan menetes. Aku terus menyimpan kontolnya di mulutku sampai akhirnya perlahan kontolnya mulai lemas dan aku lepaskan. Aku mendengar hembusan nafas yang terasa berat lepas dari dirinya.
Setelah batang kontolnya berada di luar, aku pegang sekali lagi lalu aku jilat-jilat kepalanya dan sisa-sisa sperma yang masih ada, enak sekali. Spermanya kental, mungkin sudah lama dia nggak pernah ngocok kontolnya.
Dia terduduk di bebatuan dan terlihat mengatur nafasnya pelan-pelan. Dia tersenyum kepadaku seperti senyum yang cangguh, aneh dan mungkin merasa malu melakukan hal seperti itu, kemudian dia memakai celana jeansnya tanpa memakai celana kolor.
"Namanya siapa Mas?" tanyaku.
"Agus," jawabnya pendek.
"Kenalin aku Adi," ujarku lagi sambil mengulurkan tanganku.
Setelah beberapa lama terdiam, dia berkata,
"Mas Adi ini suka ya yang beginian"
"Iya, aku suka banget sama kontol apalagi kalau gede kayak punya sampean"
Dia tertawa pelan, lalu aku berkata, "Temen satunya nggak ganti baju juga"
Dia lagi-lagi tersenyum.
"Kayaknya enggak, dia cuman pake celana itu"
"kalau kamu pernah nggak Mad yang beginian?"
"Ah nggak Mas, paling-paling ngocok aja"
"Mad, jangan panggil Mas lagi ya, panggil aja Adi"
"Iya deh. Emm aku pergi dulu ya di, nanti temanku nungguin"
"Ya udah, tapi kalau kamu masih mau diisep lagi kapan-kapan, aku sering kok kesini. Itu mobilku, jadi kalau ada mobil itu pasti ada aku. Kalau mau ajak teman kamu itu juga nggak apa-apa"
Dia hanya tertawa saja, lalu permisi dan pergi. Ah enak sekali ngisep kontol gede orang tak dikenal di laut Ketang.
Tamat
No comments:
Post a Comment