k Cerita Awek: Pacarku penari striptease - 2

Monday, February 25, 2013

Pacarku penari striptease - 2

Awek Pantat Panas CantikSekarang tanganku mulai bergerak kebawah, kubuka kancing celana jeans pendeknya, resluitingnya dan kumasukkan tanganku ke dalam celananya. Terasa di tanganku bulu-bulu lebat keriting dan kasar itu. Kutempelkan jari tengahku ke lipatan empuk yang hangat itu. Yah itu memeknya. Belum pernah aku meraba memeknya, dan baru kali ini aku menyentuhnya, bahkan aku ingin lebih dari itu. Kugerakkan ujung jariku sehingga sedikit terselip ke dalam belahan itu. Basah dan hangat.

"Jangan Jim..", desahnya sambil menahan tanganku dengan tangannya.
Aku tahu dia masih cukup sadar untuik mempertahankan dirinya. Entah kenapa aku tidak marah ataupun kesal lagi padanya, namun perasaan itu berganti jadi rasa ingin menyetubuhinya saat itu juga di dalam mobil Ndut teman kuliahku.



Kutarik tanganku ke atas lagi, aku tidak berhenti melainkan mengubah taktik. Kini aku menarik kepalanya ke dekatku, dan menciuminya lagi. Kali ini lebih brutal, aku menggigit bibirnya dengan lembut dan menjilati lidahnya. Dia tampaknya mulai terangsang lagi, dia membalas ciumanku dengan memburu pula. Kutindih tubuhnya, kudesak tubuhnya sampai dia tak dapat bergerak, hanya bisa menggelinjang terangsang. Tanganku terus memainkan puting susunya, kuelus pinggangnya, kuremas dan naik lagi ke dadanya. Kini aku merasa tubuhnya sudah benar-benar lemas dan pasrah.

Kembali aku mengincar memeknya yang baru tersentuh sedikit olehku tadi. Kini aku menarik turun celananya, dia diam saja, hanya mendesah. Entah karena ciumanku atau karena terangsang karena merasa mulai ditelanjangi olehku. Sekarang celana dalamnya pun keturunkan dan dia diam saja, sambil terus menutup matanya. Sungguh cantik sekali ekspresi wajahnya saat itu, di pelipisnya terlihat butiran keringat, rambutnya awut-awutan, bibirnya terbuka sedikit sehingga terlihat giginya yang putih dan mungil. Dadanya naik turun karena terengah-engah oleh ciumanku.

Kini ciumanku mulai turun lagi, kukecup sedikit demi sedikit ke bawah, sampai akhirnya aku sampai ke pusarnya. Perutnya tampak begitu langsing dan sedikit terkekang, seolah sedang menahan beban berat. Kuremas payudaranya dengan tanganku, dia benar-benar sudah hilang kesadaran saat ini, pikirku. Posisiku sekarang berjongkok di bawah dashboard mobil dan berhadapan dengan selangkangannya. Kuregangkan pahanya hingga remang-remang dapat kulihat bulunya yang benar-benar lebat namun rapi itu. Aku merasa batang penisku langsung mengeras keras saat itu juga. Ingin rasanya aku memasukkan penisku ke dalam memeknya, tapi aku belum puas, aku ingin dia meraung dan menikmati permainan lidahku.

Dia diam saja saat aku mendekatkan mukaku ke selangkangannya, tangannya hanya memegang tangan dan rambutku, seolah berjaga-jaga. Namun dia diam saja saat hidungku mulai menyentuh dinding memeknya. Dia juga tidak mengeluarkan suara apa-apa, yang terdengar cuma desah nafasnya yang ngos-ngosan. Tercium sedikit bau pesing di hidungku, namun aku tidak peduli, malahan makin menambah gelora nafsuku. Kukecup permukaan memeknya, terasa tubuhnya agak terdorong ke depan seolah menahan nikmat dan geli. Kubuka lubang memeknya dengan kedua jari tanganku. Gelap, namun aku tahu kemana aku harus mengarahkan mulutku.
"Hegg.., hh.., ehh.., Jimm..", desahnya panjang saat kukulum dan kujilat memeknya dengan lidah panjangku.
Kedua tangannya menjambak rambutku dan ditekannya kepalaku ke arah memeknya. Uffhh, aku menjadi sulit bernafas oleh ulahnya ini. Belum sampai 10 detik aku menggelitik memeknya, tiba-tiba dia sudah "keluar", ser.., ser.., ser.., terasa ada cairan mengalir dari dalam memeknya, menebar bau yang begitu menggoda. Cairan itu mengalir ke arah mulutku, begitu deras, aku sudah biasa menghadapi keadaan seperti ini, namun harus kuakui kali ini cairan yang menyemburku benar-benar deras. Kuhisap dan kusedot cairan dari memeknya itu sambil menggelitik dinding memeknya dengan lidahku.
"Aduhh.., uuhh.., uhh.., hegghh, ehh..", desahnya panjang.
Tubuhnya terasa langsung lemas dan begitu menikmati permainan lidahku.

Aku sudah tidak sabar lagi sekarang, segera kubuka celanaku, dan penisku langsung menyembul keluar. Kontolku tidak bisa dikatakan terlalu besar, paling cuma 15-16 cm dengan diameter seukuran kepala botol bir, namun keras dan kuat. Paling tidak aku cukup bangga dengan penisku ini. Kutarik tangannya ke arah penisku.
"Pegangin As..", perintahku kepadanya.
Dengan mata tertutup dan masih terengah-engah dia menggenggam penisku. Kutuntun tangannya untuk mengocok penisku, dia mengikutinya dengan pelan, entah karena lemas atau karena belum bisa. Sementara tangannya mengocok penisku, aku menciumi mulutnya kembali, ingin rasanya memuntahkan sedikit cairan dari memeknya tadi ke mulutnya juga agar dia bisa menikmati sedikit betapa nikmatnya cairan itu. Aku begitu bernafsu menciuminya dan meremas payudaranya.

Namun kocokannya pada penisku begitu lemah, dan kurang terasa, hanya geli-geli saja. Tapi penisku benar-benar sudah mengeras. Kulepas genggaman tangannya. Kini kupegang kontolku dan menempelkannya di bibir memeknya. Kugosok-gosok kepala kontolku ke permukaan bulu-bulu itu. Kedua tanganku mencoba lebarkan kangkangan pahanya, dan menahan lututnya dengan tanganku. Kutempel liang memeknya dengan kepala kontolku. Kupandangi sesaat mukanya yang terpejam pasrah itu. Dan akhirnya kuselipkan penisku ke dalam memeknya.
"Argghh.., sakit Jim.. hegg..", dia mengerang.
Aku sedikit tersentak, aku sudah cukup berpengalaman dalam bercinta, khususnya dengan mantan-mantan pacarku. Dapat kuketahui bahwa Astrid masih perawan, atau paling tidak masih sangat jarang dientot, pikirku. Baru kepala kontolku atau hanya sekitar 5 cm penisku masuk, tapi aku merasa sudah tidak bisa menekan lebih dalam lagi. Dia juga sudah begitu gila erangannya.

Ah masa bodoh, pikirku. Paling sakit sedikit, kupaksakan kontolku masuk lebih dalam. Aduh sakit juga kontolku, apalagi dia tampak tersentak dan kesakitan sekali. Tapi dia tidak berteriak, hanya mengerang tertahan sambil menggigit bibirnya. Sudah 10 cm masuknya, kugoyang maju mundur kontolku. Terasa sangat nikmat, kepala kontolku seperti dipijat-pijat dan diurut-urut kuat sekali seperti dicekik. Sekarang raut wajahnya tidak terlihat begitu sakit lagi, dia hanya mendesah "Ahh.., ahh.., ahh..", seiring gerakanku yang maju mundur, tampaknya dia sudah mulai menikmati permainan ini. Aku masih penasaran karena masih ada kurang lebih 6 cm lagi batang penisku yang belum masuk, kini kuhunjamkan seluruhnya ke dalam memeknya.
"Arghh.., aahh.., aahh.., aahh.."
Ahh.., dia masih perawan!, teriakku dalam hati. Dapat terdengar dari desahannya yang tampak alami dan benar-benar terhunjam oleh kontolku. Kontolku pun dapat merasakannya, sakit sekali rasanya, begitu sempit dan mencekik, seperti dijepit sampai hanya terasa sebesar jari telunjuk saja rasanya batang penisku yang keras ini.

Untuk beberapa saat aku tak bisa menggerakkan pantatku naik turun karena pinggul Astrid masih terus mengikuti gerakanku, sehingga gesekan kontolku dan memeknya tidak terasa. Hanya berputar dan naik turun pinggul saja. Akhirnya aku menahan pinggangnya, lalu kini kutarik kontolku sekitar 7 cm-an, dan kuhunjam masuk lagi, keluar masuk, keluar masuk, keluar masuk, aku tidak bisa bernafas menahan rasa nikmat ini. Begitu juga Astrid, dia tidak mengeluarkan kata-kata, desahan pun tidak, tampaknya dia hanya menahan nafas dan menikmati pergerakan yang kulakukan.

Beberapa saat kemudian, kami mulai bisa saling mengimbangi gerakan dan mengatur nafas.
"Ahh.., hgg.., ahh.., hgg.., ahh..", desah kami hampir bersamaan.
Sekujur tubuhnya lemas, puting susunya melembut saat kucoba kuraihnya, aku tahu bahwa dia sudah lemas dan berkonsentrasi dengan kenikmatan di memeknya saja. Keringat mengucur dari tubuhku dan tubuhnya. Kugenjot terus memeknya sampai akhirnya dia meregang, menggeliat sambil mendorong tubuhku, namun kutahan dan terus kugenjot memeknya.
"Jimm.., ah.., ah.., a.., ahh..", panjang sekali desahannya kali ini.

Kurasakan cairan hangat kembali mengucur dari memeknya. Aku memperlambat gerakanku, membiarkannya menikmati orgasmenya itu. Setelah dia tampak lunglai, aku mulai kembali menambah kecepatan, sekarang giliranku yang menikmatinya pikirku. Dia diam saja, hanya ngos-ngosan sambil sesekali membuka matanya melihat ke arahku dengan serius, seolah menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Terus kugoyang dan kugoyang, sampai akhirnya aku merasa batang penisku pun mulai bergetar. Udah mau keluar, pikirku. Sesaat aku tersadar bahwa aku sedang menyetubuhi gadis cantik imut-imut dan lucu seperti cewek jepang ini di atas mobil. Ada sedikit rasa bingung dalam benakku, entah bingung akan mengeluarkan sperma di dalam memeknya, di mulutnya sebagaimana yang biasa kulakukan dengan mantan pacarku dulu ataupun dengan wanita penghibur, atau ingin kutumpahkan saja ke lantai mobil si Ndut.

Ahh, aku tidak bisa berpikir terlalu lama lagi. Kudekap erat tubuhnya, kutindih tubuhnya dan akhirnya, kusembur maniku di dalam memeknya. Di saat bersamaan kurasakan dorongan pinggulnya ke atas sambil tangannya mencakar lenganku, matanya terpejam dan lagi-lagi menggigiti bibirnya, sepertinya lagi-lagi dia orgasme hingga terasa denyut-denyutan di kontolku, terasa hisapan memeknya.
"Oucchh.., ahh..", desahku.
Memek Astrid begitu peret dan seolah menghisap habis kontolku semakin dalam, aku lemas sekali, lututku terasa ngilu, perutku pun terasa sedikit sakit menahan mulas.

Kucium bibirnya, kukecup keningnya sambil menyisir keringat di keningnya. Nafasnya masih terengah-engah, baru saja kami menikmati indahnya persetubuhan. Rasanya aku sudah melupakan semua sakit hati dan kekesalan hatiku padanya beberapa saat yang lalu. Aku sepertinya percaya bahwa Astrid adalah gadis baik, yang hanya bekerja sebagai penari striptease. Akan tetapi tidak murahan. Aku baru saja membuktikannya. Ya, dia terbukti masih perawan, paling tidak untuk beberapa saat yang lalu. Kupeluk tubuhnya erat-erat, kulihat ada beberapa butir air mata mengalir dari matanya. Sungguh aku merasa sangat sayang kepadanya saat itu, entah apakah besok aku masih bisa sayang kepadanya seperti saat ini. Akankah dia seperti Linda, Merry atau Irene yang sebelum-sebelumnya juga berstatus sebagai kekasihku, pacarku. Ahh, masa bodoh, besok adalah besok, begitulah pikirku setiap kali selesai menyetubuhi wanita yang kusukai.

T A M A T


No comments:

Post a Comment