Sementara, walau bagaimanapun juga aku tetap harus berusaha untuk menjaga jarak. Aku tidak ingin dianggap mengajarkan sesuatu yang tidak baik di tengah keluarga Mas Adit karena tentu mereka akan sulit menerima kenyataan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang sudah sedemikian ketatnya terkondisikan oleh pandangan-pandangan moral mapan yang tak begitu saja bisa diubah. Anneke merupakan generasi muda dengan perkecualian yang sangat minoritas. Dia sudah dapat lebih melihat dunia nyata yang demikian luas. Dia sering menjelajahi jaringan dunia tanpa hambatan yang kita sebut sebagai Internet. Dia juga sudah menyadari akan pentingnya sikap dan karakter pilihannya sendiri. Dia sudah sadar mengenai pentingnya seseorang bersikap dan berlaku sebagai "myself" , untuk dapat menunjukkan keberadaannya di lingkungannya. Dia adalah cermin generasi masa kini dan masa datang. Dia membawa sendiri nilai-nilai dan sekaligus dia laksanakan nilai-nilai itu, walaupun seperti yang kulihat sekarang, dia juga belum sepenuhnya terbebas dari keragu-raguan. Kuanggap itu adalah hal yang wajar dan manusiawi, karena pada masa kini tidak semua orang dapat berlaku sembrono atau serampangan.
Beberapa saat setelah sampai di rumah, aku langsung mandi. Aku ingin agar dia mendapatkan kesenangan yang benar-benar memuaskan hatinya sebelum dia pulang ke Madiun besok. Aku pergi ke kamar mandi hanya dengan lilitan handuk di tubuh. Kuperlihatkan sedikit pahaku dan cukup banyak memperlihatkan punggung serta bagian atas dadaku yang mulus. Aku berpura-pura mengambil sesuatu di tumpukan koran dekat Anneke yang kebetulan sedang menonton TV di ruang keluarga. Aku menanyakan apakah barang-barang yang akan dibawanya pulang besok sudah dibungkus. Kalau belum aku menawarkan padanya untuk menggunakan kantong-kantong yang masih bagus yang sering kudapatkan saat aku berbelanja dan sengaja aku kumpulkan. Mata Anneke nampak nanar memandang tubuhku sambil menyetujui tawaran baikku. Kemudian aku berjalan ke kamar mandi.
Tuesday, February 28, 2012
Aquarius dan homoseksualitas - 1
Zodiak Aquarius berlambang seorang pria yang sedang menuang air. Tapi tahukah Anda cerita asli di balik zodiak ini? Cerita ini diambil dari mitologi Yunani kuno. Dahulu kala, di Yunani, terdapat sebuah kerajaan kuno yang bernama Troy. Sayang sekali kerajaan ini kemudian hancur, dimusnahkan dalam perang Troy yang termasyur itu hanya karena pangeran Paris menculik putri Helen, istri raja Sparta. Tapi jauh sebelum perang Troy terjadi, kerajaan Troy memiliki seorang pangeran yang tampan sekali. Namanya adalah Ganymede, putra raja Tros.
Banyak yang mengatakan bahwa ketampanan Ganymede sungguh tak tertandingi. Kabar tentang ketampanannya itu terdengar sampai ke puncak gunung Olympus, tempat kediaman para dewa. Zeus, sebagai pimpinan para dewa, selalu mengoleksi wanita. Sudah banyak wanita yang hamil olehnya, baik manusia biasa, peri, maupun dewi. Tak pernah terpikirkan olehnya untuk mencicipi seorang pria sampai dia mendengar tentang Ganymede.
Banyak yang mengatakan bahwa ketampanan Ganymede sungguh tak tertandingi. Kabar tentang ketampanannya itu terdengar sampai ke puncak gunung Olympus, tempat kediaman para dewa. Zeus, sebagai pimpinan para dewa, selalu mengoleksi wanita. Sudah banyak wanita yang hamil olehnya, baik manusia biasa, peri, maupun dewi. Tak pernah terpikirkan olehnya untuk mencicipi seorang pria sampai dia mendengar tentang Ganymede.
Monday, February 27, 2012
5 wanita haus seks
"Hallo Nia.."
"Iya Man pa kabar?"
"Baik, kamu ada dimana?"
"Aku lagi di tempat kost temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu..", katanya
"Iya Man pa kabar?"
"Baik, kamu ada dimana?"
"Aku lagi di tempat kost temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu..", katanya
Saturday, February 25, 2012
Ketika nafsu menjadi raja - 2
Ketika itu Andi mulai membuka kaos Bella, terlihat Bella hanya pasrah saja. Dalam sekejap lepaslah kaos Bella dan terpampanglah tubuh mulus dia yang tidak bercacat sedikitpun. Peter yang berada di bagian bawah tidak mau kalah, terlihat dia menaikkan rok mini si Bella hingga ke atas pinggulnya. Tetapi Bella menutup pahanya dan saya hanya bisa melihat dua bongkah pantat yang mulus dan menantang.
Ketika pandangan saya beralih ke atas, terlihat Andi sudah berhasil melepas beha Bella. Karena si Bella membelakangi dan berbaring terlungkup, saya tidak bisa melihat buah dadanya. Kemudian saya berjalan menghampiri mereka. Terlihat Andi mencoba membalikkan tubuh si Bella. Ketika Bella membalikkan badannya, jantung saya hampir berhenti berdetak. Buah dadanya begitu indah. Tidak terlalu besar, sekitar 32B tetapi begitu kencang. Pentilnya terlihat begitu kecil dan berwarna coklat muda. Saya menelan ludah. Bella terlihat memejamkan matanya dan menikmati setiap sentuhan yang ia rasakan. Saat itu pikiran normal saya sudah tidak jalan. Dengan mantap saya berjalan menuju ranjang.
Ketika pandangan saya beralih ke atas, terlihat Andi sudah berhasil melepas beha Bella. Karena si Bella membelakangi dan berbaring terlungkup, saya tidak bisa melihat buah dadanya. Kemudian saya berjalan menghampiri mereka. Terlihat Andi mencoba membalikkan tubuh si Bella. Ketika Bella membalikkan badannya, jantung saya hampir berhenti berdetak. Buah dadanya begitu indah. Tidak terlalu besar, sekitar 32B tetapi begitu kencang. Pentilnya terlihat begitu kecil dan berwarna coklat muda. Saya menelan ludah. Bella terlihat memejamkan matanya dan menikmati setiap sentuhan yang ia rasakan. Saat itu pikiran normal saya sudah tidak jalan. Dengan mantap saya berjalan menuju ranjang.
Friday, February 24, 2012
Petualangan dalam kenangan
Cerita ini kutulis ketika aku mendaftar ke salah satu Universitas yang lumayan oke di Bandung. Waktu itu aku bertemu dengan seorang temanku di kelas 1 SMA. Begitu bertemu, aku jadi ingat lagi petualangan kami yang sangat menarik sekitar 2 tahun yang lalu, karena itu begitu aku sampai di rumah, aku langsung menulis cerita ini.
Waktu itu aku baru masuk ke salah satu SMA swasta ternama di Bandung. Aku tidak begitu canggung, karena sebagian besar anak di kelasku adalah teman-temanku di SMP. Aku duduk dengan teman baikku di SMP, aku tidak terlalu tertarik pada kelasku, tetapi ada seorang gadis yang menarik perhatianku saat itu. Sebut saja namanya Lita.
Waktu itu aku baru masuk ke salah satu SMA swasta ternama di Bandung. Aku tidak begitu canggung, karena sebagian besar anak di kelasku adalah teman-temanku di SMP. Aku duduk dengan teman baikku di SMP, aku tidak terlalu tertarik pada kelasku, tetapi ada seorang gadis yang menarik perhatianku saat itu. Sebut saja namanya Lita.
Nikmat karaoke membawa sengsara - 2
Setelah selesai menunaikan tugasnya laki-laki yang pertama pun mencabut senjatanya dan duduk di sofa dengan tubuh berkeringat. Laki-laki yang kedua pun mulai melakukan tugasnya dengan mulai merangsang Anna lagi dengan jilatan-jilatan di buah dadanya dan juga remasan-remasan di kemaluannya. Setelah beberapa lama Anna mulai terangsang lagi dan mulai terdengar kembali suara desahan nikmatnya. Tanpa membuang waktu, laki-laki yang kedua pun mulai menancapkan kemaluannya di lubang kemaluan Anna. Walaupun ukurannya tidak sebesar laki-laki yang pertama tapi karena lubang kemaluan Anna yang masih sempit maka tetap saja Anna merasa nikmat dan mulai mendesah, "Ahh, ah, ahh, ooh.. nikmat, nikmat, ahh.. ahh.. nikmat sekali."
Setelah beberapa menit laki-laki yang kedua tidak lagi dapat menahan semburan lahar panas. Rupanya Anna belum mendapatkan orgasme yang kedua sehingga cepat-cepat laki-laki yang ketiga menancapkan
kemaluannya ke lubang kemaluan Anna yang sudah basah oleh cairan dari laki-laki yang kedua dan juga cairan dari kemaluan Anna sendiri. Laki-laki yang ketiga pun langsung menggempur Anna dengan kecepatan tinggi sehingga nafsu Anna kembali meninggi dan Anna pun kembali mengeluarkan desahan, "Ahh, ahh, ough.. terus, terus, makin cepat, makin cepat, ahh.. oogh.. nikmat, nikmat, nikmat, ahh.." Setelah beberapa menit kemaluan Anna terus digempur akhirnya tubuh Anna mengejang dengan keras sambil menjerit nikmat, "Aahh.. oogh.." Anna telah mencapai klimaksnya yang kedua yang juga dibarengi dengan semburan dari laki-laki yang ketiga.
Setelah beberapa menit laki-laki yang kedua tidak lagi dapat menahan semburan lahar panas. Rupanya Anna belum mendapatkan orgasme yang kedua sehingga cepat-cepat laki-laki yang ketiga menancapkan
kemaluannya ke lubang kemaluan Anna yang sudah basah oleh cairan dari laki-laki yang kedua dan juga cairan dari kemaluan Anna sendiri. Laki-laki yang ketiga pun langsung menggempur Anna dengan kecepatan tinggi sehingga nafsu Anna kembali meninggi dan Anna pun kembali mengeluarkan desahan, "Ahh, ahh, ough.. terus, terus, makin cepat, makin cepat, ahh.. oogh.. nikmat, nikmat, nikmat, ahh.." Setelah beberapa menit kemaluan Anna terus digempur akhirnya tubuh Anna mengejang dengan keras sambil menjerit nikmat, "Aahh.. oogh.." Anna telah mencapai klimaksnya yang kedua yang juga dibarengi dengan semburan dari laki-laki yang ketiga.
Aksi Parti Buih (Bubble Party) in Malaysia
Aksi Parti Buih (Bubble Party) in Malaysia
O lala.. Parti buih kat KL. Pasti Hot, pasti cantik. Awek melayu jugak pergi parti buih yg hot ni.
Everyone in Malaysia loves bubbles. Maybe it's because they float, or shimmer with amazing colors, or maybe it's just because they look magical. Parti Buih (Bubble Party) in Malaysia is similar to a rave only involves soap suds being pourn everywhere. Many tend to go in sexy lingerie or bikini when attend Parti Buih (Bubble Party). However, there is a high risk of STDs at these types of parties due to the soap suds being a liquid form of transferring the viruses.
Perselingkuhan istri setia - 1
Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa aku menceritakan kisah yang sebenarnya memalukan bila diketahui orang lain ini? Aku sendiri sesungguhnya juga bingung kenapa aku nekad menceritakan kisah ini pada para pembaca. Tetapi yang jelas seperti ada sensasi tersendiri yang kurasakan bila kisah gila ini dapat dibaca oleh banyak orang. Apalagi melalui internet, identitasku jelas tidak akan diketahui oleh orang lain.
Sebelum kupaparkan kisah gilaku ini, ada baiknya aku memperkenalkan sedikit identitasku pada para pembaca. Agar ketika membaca kisah nyata ini, para pembaca mempunyai bayangan yang jelas bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah yang sangat sensasional ini.
Sebelum kupaparkan kisah gilaku ini, ada baiknya aku memperkenalkan sedikit identitasku pada para pembaca. Agar ketika membaca kisah nyata ini, para pembaca mempunyai bayangan yang jelas bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah yang sangat sensasional ini.
Apollo dan Admetus - 2
Sementara itu Apollo berusaha untuk menjaga kenikmatan Admetus. Sesekali lidahnya diputar-putar, menyapu permukaan kulit kepala kontol Admetus. Lubang kontol Admetus yang sudah mulai membocorkan precum juga tak luput dari serangan lidah Aollo. Bagian bawah kepala kontol merupakan bagian tersensitif dari kontol. Apollo tahu itu dan dia pun menyerang bagian itu.
"Hhoohh.. Aahh.. Uugghh.." Badan Admetus mengejang-ngejang tak karuan.
"Hhoohh.. Apollo.. Hhoohh.. Aku tak tahan.. Oohh.. Akan keluar.. Aahh.."
"Hhoohh.. Aahh.. Uugghh.." Badan Admetus mengejang-ngejang tak karuan.
"Hhoohh.. Apollo.. Hhoohh.. Aku tak tahan.. Oohh.. Akan keluar.. Aahh.."
Thursday, February 23, 2012
Arthur - Gadis-gadis pemijat langgananku - 1
Kisah ini adalah pengalaman saya dalam menyetubuhi 2 perempuan pemijat langganan saya. Saya sering sekali datang ke panti pijat SM yang besar dan ternama di daerah Grand Wijaya di Blok M. Pemijat langganan saya adalah Wina dan Sonya (semua adalah nama asli). Kedua perempuan tersebut cantik, baik, bertubuh sexy, enak diajak ngobrol dan mijitnya tidak mengecewakan. Selain Wina dan Sonya, langganan saya yang lain adalah Vonny (Chinese, manis dan pijatannya keras) dan Febby (manis tetapi pijatannya sedikit kurang memuaskan) tetapi saya belum pernah bersetubuh dengan Vonny atau Febby.
*****
[WINA]
Pada hari Jum'at malam, tubuh saya terasa pegal dan ingin dipijat. Iseng-iseng saya menghubungi Wina di handphonenya.
"Halo Wina, ini Arthur"
*****
[WINA]
Pada hari Jum'at malam, tubuh saya terasa pegal dan ingin dipijat. Iseng-iseng saya menghubungi Wina di handphonenya.
"Halo Wina, ini Arthur"
Tuesday, February 21, 2012
Nikmatnya ibu kostku - 1
Pagi itu aku tengah sibuk membenahi kamarku. Sebuah kamar kontrakan yang baru kutempati sejak sebulan lalu. Maklum, kamar berukuran 3 x 4 meter itu berdinding papan dan terletak di bagian belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi. Apalagi papannya sudah banyak yang renggang dan berlubang hingga bila malam tiba, angin gampang menerobos masuk dan menebarkan hawa dingin menusuk tulang. Hanya bagiku, mendapatkan kamar kost dengan kondisi seperti itu pun merupakan anugerah tersendiri.
Sebelumnya aku nyaris patah semangat ketika mendapati harga sewaan kamar yang rata-rata sangat mahal dan tak terjangkau di kota tempatku kuliah di sebuah PTN. Hingga ketika Bu Halimah pemilik warung makan sederhana menawariku untuk tinggal di tempatnya dengan harga sewa yang murah aku langsung menyetujuinya.
Sebelumnya aku nyaris patah semangat ketika mendapati harga sewaan kamar yang rata-rata sangat mahal dan tak terjangkau di kota tempatku kuliah di sebuah PTN. Hingga ketika Bu Halimah pemilik warung makan sederhana menawariku untuk tinggal di tempatnya dengan harga sewa yang murah aku langsung menyetujuinya.
Monday, February 20, 2012
Aku, Kristin dan Erick
Hai.. Namaku Dewi, umur 26 tahun. Aku termasuk cewek yang punya tingkat libido yang tinggi. Aku nggak pernah lama pacaran, karena aku orangnya nggak pernah puas ngesek sama pacar-pacarku dan cepat bosan. Bahkan sampai sekarangpun aku sering mencari kepuasan sendiri. Dan itupun nggak terbatas, cowok bahkan cewek sekalipun aku doyan.
Yang paling ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan modal senyum dan baju sexy, banyak cowok yang pengin berbagi kenikmatan denganku. Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat dadaku yang padat membusung atau pahaku yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari partner cewek, karena aku mengenal betul siapa cewek-cewek yang bisa diajak main.
Aku bekerja sebagai asisten akuntan di sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal di Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari jam delapan pagi sampai delapan malam itu terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan hari ini aku lembur sampai jam setengah sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut paham lesbisme. Tapi tak apalah, aku juga ketagihan digerayangin jemari lentik cewek. Apalagi Kristin sangat menggairahkan. Dadanya montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama aku pengin meremas-remas payudaranya bahkan mengemut puting payudaranya itu.
Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup ramai. Sesampainya di diskotik kami segera mencari meja kosong di sudut diskotik. Walaupun di pojok tapi cukup mudah memandang ke arah floor dance. Lalu kami memesan minuman beralkohol ringan untuk menghangatkan badan. Ketika si pelayan beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku pura-pura tak peduli sambil terus mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang masih terbalut span ketat. Rangsangan itu mengena padaku hingga aku balas dengan makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi belaian Kristin makin panas menyusup ke balik rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus dilihat orang, aku segera mengajak Kristin melantai.
"Kita turun yuk?" kataku.
"Enak disini aja ah," jawabnya menolak.
"Ayo dong Kris."
Aku menarik tangannya untuk turun ke floor dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara kami saling berbenturan. Sesekali tanganku dengan nakal meremas bokongnya yang masih tertutup celana panjang. Tangannya mendekap erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas kedua payudaranya yang masih terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku bergerak melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku dapat membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku telah membekap kemaluannya yang masih terlindung celana panjangnya.
Sementara Kristin memejamkan matanya meresapi setiap sentuhanku sambil terus bergoyang mengikuti musik yang menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak merapat ke tubuhku.
"Kamu ganas juga, ya?" bisiknya.
"Tapi kamu suka kan?"
Kristin merapatkan tubuhnya sambil menciumi belakang telinga kananku. Hembusan hangat nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu. Jemariku segera mencari-cari puting susunya lalu memelintirnya sampai membuat Kristin mengikik kegelian.
Satu jam kemudian Kristin mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah sama-sama sepakat akan meneruskan gairah kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar yang telah kami pesan. Setibanya di kamar Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu dengan gerakan yang membuat air liurku hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang masih melekat. Dengan kedua payudara yang menggantung indah Kristin mendekatiku perlahan sambil mempermainkan CDnya yang sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku.
"Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku ya.." kata Kristin sambil membelai pinggiran buah dadaku, kemudian Kristin mengulum putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.
"Ooogghh.. sshh.. enak banget," rintihku.
Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus menari-nari di payudara kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya yang mulai kucal sambil meremas-remas payudara kirinya yang sempat aku gapai.
Lidah Kristin yang sudah terlatih menyapu seluruh permukaan payudaraku dan melumat putingku secara bergantian. Desahan kami berpacu diantara nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi. Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang sebelumnya telah ditelanjanginya.
"Bukit venusmu indah banget Wi.." pujinya membuatku tersanjung.
Otot-otot vaginaku terasa menegang ketika jari-jari Kristin merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan penuh perasaan.
"Aaahh.. sshh.. mmhh.." desahku untuk kesekian kalinya. "Jilatin say.. aku paling suka.."
Kristin menjilat klitorisku yang terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan semua lava kenikmatanku yang menggedor-gedor ingin keluar.
Akhirnya Kristin menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku menindihnya hingga tubuh dan payudara kami saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan liar. Vagina kami saling bergesekan hingga menimbulkan rasa panas di masing-masing vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan rumput vagina kami menambah nikmat sensasi yang tercipta.
"Ooohh.. Wi.. sudah lama banget aku naksir kamu.. aahhgghh.."
"Malam ini aku milikmu Kriiss.."
Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan lidahku bergerak menuruni leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di payudaranya yang kencang dan ramun. Aku hisap puting susunya yang keras dan coklat. Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk mengganyang pentilnya yang besar itu.
"Wii.. terus aachh.. ehmm.." desahnya keenakan.
Kemudian aku semakin turun dan menghisap pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan demikian. Erangannya semakin panjang.
"Aaach.. geli aach.. Wii.."
Aku terus menghisap-hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya dan sesekali menghisap klitorisnya yang menyembul sebesar kacang.
"Aaacchh.. Wii terus achh.. enak.."
Kristin semakin menggelinjang tangannya menarik-narik sprei kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis. "Aaach Wii.. acchh.." jeritnya untuk kesekian kalinya.
Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang. Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu segera mengirim SMS buat Eric, temanku ngewe. Kristin yang tahu kalau aku menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia segera duduk tepat di depanku.
"Sms siapa sih say?" tanya Kristin cemberut.
"Ada deh.." jawabku sambil tersenyum padanya.
"Ah, nggak asyik. Katanya kamu malam ini milikku?" rajuk Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku.
Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam lipatan vaginaku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya.
"Hoohh.. baby swety.. enak banget.." rintihku.
Payudaraku yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin clitorisku.
"Aaaghh.. terus.. yeaahh.. jilatin say.."
Kristin berganti menjilati vaginaku sedangkan tangannya beralih meremas-remas payudaraku yang sudah sangat bengkak dan berwarna merah oleh hisap-hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah sampai di ubun-ubun. Maka aku menghempaskan tubuhku diatas kasur dan Kristin meneruskan permainannya yang membawaku ke awang-awang. Kini kami melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan terkadang aku menekan lubang kenikmatannya dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku. Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik pintu.
"Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?" sapanya.
"Ric, cepat sodokin aku dengan penismu!" teriakku pada Eric.
Kristin segera minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya. Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting Eric segera memuaskan birahiku dan membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi, segera aku arahkan penis Eric yang sudah mengacung-acung keras itu ke lubang kemaluanku.
"Aaaggh!" pekikku saat Eric menekan penisnya agar masuk semua ke dalam lubang kemaluanku.
Blees!! Akhirnya seluruh batang penis Eric mampu menjebol lubang kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku keluar masuk.
"Aaawww.. enak banget vagina kamu Dewi.. seret.. tapi siip.." bisik Eric menyanjungku.
Eric terus memompa vaginaku sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan dan rintihan birahi yang membuat Kristin terangsang banget. Rasa cemburunya hilang bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian aku merasakan lava kenikmatanku yang menggedor-gedor.
"Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh.." pekikku.
Eric memompa penisnya semakin cepat hingga aku kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar selakanganku. Eric terus memompa dengan liar hingga kemudian dia berteriak tertahan,
"Aaagghh!!" Croot..croot.. spermanya muncrat tertelan lubang kenikmatanku hingga menghangat di dalamnya.
"Riic.. keluarin penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say.." kataku kemudian.
Kristin menjilat dan menghisap tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba saja Kristin terpekik keras,
"Aaacchh!!"
Ternyata Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia. Sambil mengocok maju mundur, Eric berpegangan sambil meremas-remas payudara Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat mereka sampai di pucuk-pucuk asmara.
"Aduuh sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali.. rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya, terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan ingin keluar.." Kristin menceracau tak karuan beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang dan sur.. suurr croot.. croot.. Kemudian kami bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang membanjir.
"Makasih ya say.. kalian berdua memang hebat," gumamku penuh kepuasan.
"Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian, ternyata aku butuh variasi juga," sambung Kristin.
"You're welcome. Kapan-kapan aku bersedia di episode berikutnya..," ujar Eric. Lalu kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan.
E N D
Yang paling ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan modal senyum dan baju sexy, banyak cowok yang pengin berbagi kenikmatan denganku. Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat dadaku yang padat membusung atau pahaku yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari partner cewek, karena aku mengenal betul siapa cewek-cewek yang bisa diajak main.
Aku bekerja sebagai asisten akuntan di sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal di Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari jam delapan pagi sampai delapan malam itu terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan hari ini aku lembur sampai jam setengah sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut paham lesbisme. Tapi tak apalah, aku juga ketagihan digerayangin jemari lentik cewek. Apalagi Kristin sangat menggairahkan. Dadanya montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama aku pengin meremas-remas payudaranya bahkan mengemut puting payudaranya itu.
Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup ramai. Sesampainya di diskotik kami segera mencari meja kosong di sudut diskotik. Walaupun di pojok tapi cukup mudah memandang ke arah floor dance. Lalu kami memesan minuman beralkohol ringan untuk menghangatkan badan. Ketika si pelayan beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku pura-pura tak peduli sambil terus mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang masih terbalut span ketat. Rangsangan itu mengena padaku hingga aku balas dengan makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi belaian Kristin makin panas menyusup ke balik rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus dilihat orang, aku segera mengajak Kristin melantai.
"Kita turun yuk?" kataku.
"Enak disini aja ah," jawabnya menolak.
"Ayo dong Kris."
Aku menarik tangannya untuk turun ke floor dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara kami saling berbenturan. Sesekali tanganku dengan nakal meremas bokongnya yang masih tertutup celana panjang. Tangannya mendekap erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas kedua payudaranya yang masih terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku bergerak melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku dapat membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku telah membekap kemaluannya yang masih terlindung celana panjangnya.
Sementara Kristin memejamkan matanya meresapi setiap sentuhanku sambil terus bergoyang mengikuti musik yang menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak merapat ke tubuhku.
"Kamu ganas juga, ya?" bisiknya.
"Tapi kamu suka kan?"
Kristin merapatkan tubuhnya sambil menciumi belakang telinga kananku. Hembusan hangat nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu. Jemariku segera mencari-cari puting susunya lalu memelintirnya sampai membuat Kristin mengikik kegelian.
Satu jam kemudian Kristin mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah sama-sama sepakat akan meneruskan gairah kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar yang telah kami pesan. Setibanya di kamar Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu dengan gerakan yang membuat air liurku hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang masih melekat. Dengan kedua payudara yang menggantung indah Kristin mendekatiku perlahan sambil mempermainkan CDnya yang sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku.
"Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku ya.." kata Kristin sambil membelai pinggiran buah dadaku, kemudian Kristin mengulum putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.
"Ooogghh.. sshh.. enak banget," rintihku.
Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus menari-nari di payudara kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya yang mulai kucal sambil meremas-remas payudara kirinya yang sempat aku gapai.
Lidah Kristin yang sudah terlatih menyapu seluruh permukaan payudaraku dan melumat putingku secara bergantian. Desahan kami berpacu diantara nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi. Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang sebelumnya telah ditelanjanginya.
"Bukit venusmu indah banget Wi.." pujinya membuatku tersanjung.
Otot-otot vaginaku terasa menegang ketika jari-jari Kristin merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan penuh perasaan.
"Aaahh.. sshh.. mmhh.." desahku untuk kesekian kalinya. "Jilatin say.. aku paling suka.."
Kristin menjilat klitorisku yang terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan semua lava kenikmatanku yang menggedor-gedor ingin keluar.
Akhirnya Kristin menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku menindihnya hingga tubuh dan payudara kami saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan liar. Vagina kami saling bergesekan hingga menimbulkan rasa panas di masing-masing vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan rumput vagina kami menambah nikmat sensasi yang tercipta.
"Ooohh.. Wi.. sudah lama banget aku naksir kamu.. aahhgghh.."
"Malam ini aku milikmu Kriiss.."
Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan lidahku bergerak menuruni leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di payudaranya yang kencang dan ramun. Aku hisap puting susunya yang keras dan coklat. Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk mengganyang pentilnya yang besar itu.
"Wii.. terus aachh.. ehmm.." desahnya keenakan.
Kemudian aku semakin turun dan menghisap pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan demikian. Erangannya semakin panjang.
"Aaach.. geli aach.. Wii.."
Aku terus menghisap-hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya dan sesekali menghisap klitorisnya yang menyembul sebesar kacang.
"Aaacchh.. Wii terus achh.. enak.."
Kristin semakin menggelinjang tangannya menarik-narik sprei kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis. "Aaach Wii.. acchh.." jeritnya untuk kesekian kalinya.
Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang. Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu segera mengirim SMS buat Eric, temanku ngewe. Kristin yang tahu kalau aku menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia segera duduk tepat di depanku.
"Sms siapa sih say?" tanya Kristin cemberut.
"Ada deh.." jawabku sambil tersenyum padanya.
"Ah, nggak asyik. Katanya kamu malam ini milikku?" rajuk Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku.
Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam lipatan vaginaku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya.
"Hoohh.. baby swety.. enak banget.." rintihku.
Payudaraku yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin clitorisku.
"Aaaghh.. terus.. yeaahh.. jilatin say.."
Kristin berganti menjilati vaginaku sedangkan tangannya beralih meremas-remas payudaraku yang sudah sangat bengkak dan berwarna merah oleh hisap-hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah sampai di ubun-ubun. Maka aku menghempaskan tubuhku diatas kasur dan Kristin meneruskan permainannya yang membawaku ke awang-awang. Kini kami melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan terkadang aku menekan lubang kenikmatannya dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku. Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik pintu.
"Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?" sapanya.
"Ric, cepat sodokin aku dengan penismu!" teriakku pada Eric.
Kristin segera minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya. Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting Eric segera memuaskan birahiku dan membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi, segera aku arahkan penis Eric yang sudah mengacung-acung keras itu ke lubang kemaluanku.
"Aaaggh!" pekikku saat Eric menekan penisnya agar masuk semua ke dalam lubang kemaluanku.
Blees!! Akhirnya seluruh batang penis Eric mampu menjebol lubang kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku keluar masuk.
"Aaawww.. enak banget vagina kamu Dewi.. seret.. tapi siip.." bisik Eric menyanjungku.
Eric terus memompa vaginaku sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan dan rintihan birahi yang membuat Kristin terangsang banget. Rasa cemburunya hilang bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian aku merasakan lava kenikmatanku yang menggedor-gedor.
"Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh.." pekikku.
Eric memompa penisnya semakin cepat hingga aku kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar selakanganku. Eric terus memompa dengan liar hingga kemudian dia berteriak tertahan,
"Aaagghh!!" Croot..croot.. spermanya muncrat tertelan lubang kenikmatanku hingga menghangat di dalamnya.
"Riic.. keluarin penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say.." kataku kemudian.
Kristin menjilat dan menghisap tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba saja Kristin terpekik keras,
"Aaacchh!!"
Ternyata Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia. Sambil mengocok maju mundur, Eric berpegangan sambil meremas-remas payudara Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat mereka sampai di pucuk-pucuk asmara.
"Aduuh sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali.. rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya, terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan ingin keluar.." Kristin menceracau tak karuan beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang dan sur.. suurr croot.. croot.. Kemudian kami bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang membanjir.
"Makasih ya say.. kalian berdua memang hebat," gumamku penuh kepuasan.
"Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian, ternyata aku butuh variasi juga," sambung Kristin.
"You're welcome. Kapan-kapan aku bersedia di episode berikutnya..," ujar Eric. Lalu kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan.
E N D
Saturday, February 18, 2012
Isteri orang - 2 - Nurnina
Telah kukatakan.. Veteranpun kalau orang dah suka kat kita tak kira usia. Tambah wanita pula. Aku memang tak menolak kalau diberikan peluang. Kadangkala perkara-perkara yang unsangkarable berlaku. Dalam tugasku menjadi penjawat penting di daerahku, lawatan dan upacara rasmi yang diadakan memerlukan kehadiranku. Dan dalam gelora atau dalam tenang aku menghadapinya dengan bagus dan menyenangkan semua pihak.
Tugas rasmian kujalankan dengan sebaik mungkin. Begitu juga dalam hal peribadi. Aku ada masa untuk sesiapa sahaja. Aku mampu memberikan telinga lebih lagi kalau ladieslah.. Tentulah ada sebabnya.. Hanya aku yang tahu, hanya aku yang mahu atau tidak mahu.
Cikgu Nurnina kutemui dan kukenal bila dia menemui aku di pejabatku meminta bantuan untuk sekolahnya. Orangnya bermulut becuk. Cergas. Wajah dan figurenya macam pelakun/penerbit Erma Fatima. Dia Guru Penolong Kanan (HEM) sekolahnya. Hubunganku dengan Cigu Nurnina bertambah erat bila aku membantu mendapat-kan sponsor untuk memenuhkan kutub khanah sekolahnya dengan buku-buku. Malah satu upacara rasmi diadakan dan beberapa buah syarikat penerbitan hadir untuk menyampaikan sumbangan mereka.
Selalunya aku bertemu dengan Cikgu Nurnina untuk tea atau high tea. Kalau tidak di rest house kami akan bertemu di coffee house.
"You look nice Nina. Lawo body you dengan kebaya ni" pujiku sambil bersalam dengan Cikgu Nurnina.
"Elehh.. Biasa jer Abang N. You look segar" balas Cikgu Nurnina sambil duduk di tempat kebiasaan. Di satu sudut coffee house jauh sedikit dari mata dan pandangan orang.
"Biasalah.. Dah tua-tua ni kena segar-segarkan badan juga Nina."
"Bukan you sahaja yang tua, I pun tua juga. Dah masuk 40 Abang N. Orangpun mula lupa kat kita."
"Yang lupa kat you rugilah. Tua hanya angka tapi istimewa mereka tidak siapa yang tahu," balasku terkekeh sambil mengenyitkan mataku.
Cikgu Nurnina memuncungkan bibirnya.
"Ada-ada aje. Kalau dah dan mahu dilupakan nak dibuat camne."
"Takkan suami you begitu Nina. Sikit nyer cantik bini disia-siakan."
"Biasalah lelaki habis madu sepah dibuang. Tua dilupa muda mendatang."
Aku ketawa. Cikgu Nurnina senyum kelat. Suaminya seorang anggota perhilitan. Selalu mengawasi dan memantau kawasan forest reserve kerajaan negeri. Selalu kerja outstation.
"Ginilah Nina. Jangan gongong duka. Sanggup hadap. Tak sanggup cepat keluar dari perangkap. This is my advice. Tak guna kita bermurung. Hidup biarlah ada sedikit enjoyment."
"I agreed. Go to hell with my other half."
"I tak mahu tanya masalah you dengan husband you. You lebih maklum dan tahu. Berat you yang pikul. Takat mata yang memandang apa ada?"
Cikgu Nurnina angguk sambil menghirup teh tarik. Aku minum milo O tanpa gula.
"I setuju Abang N. Jom cari kesedapan. Kalau menelan dukapun mana ada manisnya. Kenalah cari manis di tempat lain."
Aku senyum.
"Cikgulah katakan bahasapun tinggi. Tak faham kita."
"Mulalah tuu.. Gatalnya.." balas Cikgu Nurnina.
"Kalau I gatal you tolong garukan bole dan mahu ke?"
Cikgu nurn ina menjeling manja sambil mengenyitkan matanya.
"Kalau ya pun takkan kat sini Bang. Carilah tempat yang sesuai. Semua Nina garu nanti, "Sambung Cikgu Nurnina manja.
Aku senyum melirik. Melihat jam di pergelangan tanganku. Masih siang lagi.
"Kalau betul nak garu should we go to a nice place," ajakku.
Cikgu Nurnina angguk. Kamipun keluar menghilangkan diri kami berdua. Kemana? Hehehe.. Nak mengatallah.. Disebuah bilik di sebuah hotel di sebuah pekan lain di luar daerahku.. Cikgu Nurnina mahu mengaru aku.. Pertamakali Cikgu Nurnina melihat batang lelaki sebesar itu.
"Aduhh.. Ishh.. Ishh.. Besar dan panjangnya batang Abang N. Menakutkan. Sukanya.. Ee.. Cepatlah Bang, lama dah Nina tunggu saat ni.. Kang masuk angin.. Naiyaa" renggek Nina manja sambil menjeling kearahku.
"Hehehehe!! Ok.. Ok.. Nak tambah pelicin ni.. Nanti Nina rasa sakit pula.." balasku menggeselkan kepala koteku kecelah alur cipap Cikgu Nurnina.
Jejariku bermain dan mengentel kelentitnya yang mulai mengeras. Ku kepit kelentit Cikgu Nurnina yang terjojol dan kupusing-pusingkan dengan jariku. Apalagi, berlenggoklah punggung Cikgu Nurnina mengiringi perbuatanku itu.
Batangkupun tambah mengeras. Aku kuak kedua peha Cikgu Nurnina hingga terkangkang luas. Kini giliran lidahku pula untuk mengerjakan cipap Cikgu Nurnina. Aku mencium pussynya. Aroma puki Cikhu Nurnina mersangsang syahwatku. Aku sembamkan mukaku di situ dan aku putarkan mukaku dipukinya. Sambil itu aku giat menghirup lendir yang terdapat di situ. Lidahku menjelajah cipap Cikgu Nurnina dari kelentit ke lubang farajnya.
Kedua tanganku mencengkam buntut tonggek Cikgu Nurnina dan menolaknya ke atas. Serentak itu aku mula menekan perlahan-lahan batangku masuk kedalam lubang pukinya yang setia menanti kehadiranku.
Cikgu Nurnina mengerang agak kuat. Kepalanya terangkat ke atas sambil kedua tangannya memaut kuat birai katil itu. Matanya terpejam rapat sambil gigi atasnya menggigit bibir bawahnya. Raung dan jeritan halusnya jelas terdengar. Cikgu Nurnina sudah tidak tahu erti malu. Jeritan nafsunya memenuhi segenap ruang bilik itu.
"You want my speciality dear??" tanyaku senyum sambil batangku berehat dalam lkubang puki Cikgu Nurnina.
"Abang N.. Buatlah apa saja you suka. I rela.. Seeddaap.. Sayang..!!" bisik Cikgu Nurnina ke telingaku sambil dia mengemut batangku dengan kuat sekali.
Mukanya yang cerah itu kemerah-merahan menahan asakan dan tusukan batangku yang besar itu ke dalam lubang cipapnya.
"Err.. Boleh masuk lagi tak?" tanyaku inginkan kepastian melihat Cikgu Nurnina tercungap-cungap dan mendengus keras.
"Ada lagi ke..?" tanya Cikgu Nurnina memejamkan matanya sambil menjerit halus.
"Emm.. Dalam 3 inci kut.. Huhahh.. Hehhehe!!"
"Haa..3 inci.. Err.. Abang henjut ajalah.. Nina dah senak nii." Cikgu Nurnina bersuara antara kedengaran dengan tidak.
Tanpa bertangguh lagi aku memulakan gerakan sorong tarik batangku. Tujahanku menghabiskan baki batangku. Sambil itu tanganku meramas-ramas kedua buah dada Cikgu Nurnina. Menghisap puting susunya sambil hayunan dan pompaanku menjadi kuat dan ganas ke puki Cikgu Nurnina.
"Aduh.. Aduh.. Aduh.. Sedapnya.. Gelinya.. Sakitnya.. Gelinya.. Abang nn.. Nice.. Gelii.. Tak tahann.." desah dan raung Cikgu nurnina sambil mengoyangkan punggungnya mengikut irama tujahan koteku.
Keluhan nikmat kami berdua semakin kuat kedengaran. Semakin lama pergerakan henjutanku semakin kuat dan langsing raungan dan jeritan Cikgu Nurnina menahan cipapnya untuk diasak oleh batangku semau dan sedalamnya.
"Bang.. Masuk habis Bang.. Nina dah nak kuar ni.. Henjut laju-laju Bang.." tanpa segan silu Cikgu Nurnina meminta aku mengongkeknya dengan kuat dan ganas.
Serentak itu hayunanku menjadi semakin kencang hinggakan katil itu bergegar dengan kuatnya. Cikgu Nurnina merasakan batangku penuh masuk dan selamat berkubang di dalam lubang nikmatnya. Dinding vaginanya mula bertindak untuk mengemut dan menguatkan cengkaman pada batang-ku. Aku merasakan sensasinya. Aku tersenyum kesedapan..!
Tanpa banyak membuang masa, sorong tarikpun bermulalah. Ianya seiringan dengan kemutan yang berterusan dari puki Cikgu Nurnina. Enjutan dari perlahan hinggalah ke pergelutan yang ganas berlaku.
Posisi bertukar dari kedudukan tradisional kepadakedudukan doggie. Cikgu Nurnina mempamerkan belakang buntutnya. Aku memasukkan koteku ke lubang pukinya semula. Sekali tekan jauh masuk ke dalam dan Cikgu Nurnina menjerit langsing sambil kepalanya ke kiri dan ke kananmenahan ujahan nikmatku. Henjutan sorong tarik berlaku ganas dan kuat sehingga bergegar tubuh Cikgu Nurnina.
Kumutan kemaluannya seiring dengan henjutan butuhku. Kurasa seperti disedut-sedut bagaikan tetek lembu yang diperah-perah bila berada di dalam lubang pussy Cikgu Nurnina. Lubangnya agak sempit. Cikgu Nurnina sudahpun beberapa kali mencapai klimax. Berbagai posisi kami lakukan. Samada dari depan, sisi, atas, bawah dan belakang. Melentik-lentik tubuh Cikgu Nurnina kukerjakan. Bagaikan ahli akrobatik dia jadinya.
Aku pangku dia sambil berdiri. Kemudian kulipat kakinya hinggakan bertemu lutut dengan bahunya sendiri. Lepas tu ku hunjam butuhku ke dalam lubang cipapnyaq secara terbalik dalam posisi begitu. Kepala koteku menyentuh dan menghentak masuk hingga ke pintu rahim Cikgu nurnina yang agak pejal di dalam cipanya itu. Kasaran tindakkan ku tu membuatkan Cikgu Nurnina menjerit keras kerana terkejut disondoli kesenakkan.
Setelah hampir puas aku terlentangkan semula tubuhnya ke posisi tradisional. Sebelum mengakhiri persetubuhan, aku kejutkan puki Cikgu Nurnina dengan satu tujahan keras. Butuh panjangku mero-dok sedalamnya. Pangkal butuhkupun sampai boleh menyentuh-nyentuh biji kelentitnya.
Hujung kepala butuhku pula sampai ke penghujung telaga cipap Cikgu Nurnina. Sudah dapat menyentuh bahagian g sport yang kenyal di situ. Seiringan dengan indakan dan perlakuan aku itu, Cikgu Nurnina pun menjerit-jerit dan bertindak ganas.
"Argh.. Argh.. Argh.. Arghh.."
Cikgu Nurninaah melepaskan keluhan nikmat yang panjang apabila saat-saat yang ditunggunya itu akhirnya tiba jua. Tubuhku dipeluknya sekuat hati hinggakan aku tercungap-cungap kelemasan. Disamping itu belakang tubuhku terasa pedih akibat cakarannya. Selepas seketika dan kemuncak ghairahnya reda, Cikgu Nurninamelepaskan pelukannya.
"Emm.. Lega rasa.. Dah keluar air?" Aku tidak menjawab tetapi meelpaskan satu ledakan kuat dan memancutkan air maniku ke dalam lubang cipapnya. Terangkat-angkat punggung Cikgu nburnina menerima penahan air maniku yang panas.
"Haa.. Dah keluar.. Abang N pancut kat dalam ke?? Alamak.. Ngandung I nanti Abang N.." Cikgu Nurnina mendesah.
"So what.. Ngandung-ngandung lerr.."
"Wow ganas sangat you ni.. Dahaga betul?" kataku membiarkan butuhku berendam dalam lubang puki Cikgu Nurnina.
"Biasalah Abang N.. Bukan selalu dapat. Dapat yang best pula tu mana boleh tahan.." kekeh Cikgu Nurnina menolak ku ke tepi.
"You like the fuck?"
"Of course Abang N. You're a great fucker and lover. Barulah I puas. Dekat enam kali I cum. Merasa multiple orgasm lagi" kekeh dan keluh Cikgu Nurnina menjentik kepala koteku manja sambil mengelap peluhnya dan peluhku.
Cikgu Nurnina memujiku sebab power. Dia kata suaminya lemah dan dia tak pernah mendapat kepuasan bila bersetubuh dengan suami-nya.
Wow.. Pengalaman ini hebat.. Dan Cikgu Nurnina masih berhubungan denganku. Ada waktunya kami bersama di tempat yang sama melepaskan rindu dendam yang menaram jiwa kami berdua.
Tugas rasmian kujalankan dengan sebaik mungkin. Begitu juga dalam hal peribadi. Aku ada masa untuk sesiapa sahaja. Aku mampu memberikan telinga lebih lagi kalau ladieslah.. Tentulah ada sebabnya.. Hanya aku yang tahu, hanya aku yang mahu atau tidak mahu.
Cikgu Nurnina kutemui dan kukenal bila dia menemui aku di pejabatku meminta bantuan untuk sekolahnya. Orangnya bermulut becuk. Cergas. Wajah dan figurenya macam pelakun/penerbit Erma Fatima. Dia Guru Penolong Kanan (HEM) sekolahnya. Hubunganku dengan Cigu Nurnina bertambah erat bila aku membantu mendapat-kan sponsor untuk memenuhkan kutub khanah sekolahnya dengan buku-buku. Malah satu upacara rasmi diadakan dan beberapa buah syarikat penerbitan hadir untuk menyampaikan sumbangan mereka.
Selalunya aku bertemu dengan Cikgu Nurnina untuk tea atau high tea. Kalau tidak di rest house kami akan bertemu di coffee house.
"You look nice Nina. Lawo body you dengan kebaya ni" pujiku sambil bersalam dengan Cikgu Nurnina.
"Elehh.. Biasa jer Abang N. You look segar" balas Cikgu Nurnina sambil duduk di tempat kebiasaan. Di satu sudut coffee house jauh sedikit dari mata dan pandangan orang.
"Biasalah.. Dah tua-tua ni kena segar-segarkan badan juga Nina."
"Bukan you sahaja yang tua, I pun tua juga. Dah masuk 40 Abang N. Orangpun mula lupa kat kita."
"Yang lupa kat you rugilah. Tua hanya angka tapi istimewa mereka tidak siapa yang tahu," balasku terkekeh sambil mengenyitkan mataku.
Cikgu Nurnina memuncungkan bibirnya.
"Ada-ada aje. Kalau dah dan mahu dilupakan nak dibuat camne."
"Takkan suami you begitu Nina. Sikit nyer cantik bini disia-siakan."
"Biasalah lelaki habis madu sepah dibuang. Tua dilupa muda mendatang."
Aku ketawa. Cikgu Nurnina senyum kelat. Suaminya seorang anggota perhilitan. Selalu mengawasi dan memantau kawasan forest reserve kerajaan negeri. Selalu kerja outstation.
"Ginilah Nina. Jangan gongong duka. Sanggup hadap. Tak sanggup cepat keluar dari perangkap. This is my advice. Tak guna kita bermurung. Hidup biarlah ada sedikit enjoyment."
"I agreed. Go to hell with my other half."
"I tak mahu tanya masalah you dengan husband you. You lebih maklum dan tahu. Berat you yang pikul. Takat mata yang memandang apa ada?"
Cikgu Nurnina angguk sambil menghirup teh tarik. Aku minum milo O tanpa gula.
"I setuju Abang N. Jom cari kesedapan. Kalau menelan dukapun mana ada manisnya. Kenalah cari manis di tempat lain."
Aku senyum.
"Cikgulah katakan bahasapun tinggi. Tak faham kita."
"Mulalah tuu.. Gatalnya.." balas Cikgu Nurnina.
"Kalau I gatal you tolong garukan bole dan mahu ke?"
Cikgu nurn ina menjeling manja sambil mengenyitkan matanya.
"Kalau ya pun takkan kat sini Bang. Carilah tempat yang sesuai. Semua Nina garu nanti, "Sambung Cikgu Nurnina manja.
Aku senyum melirik. Melihat jam di pergelangan tanganku. Masih siang lagi.
"Kalau betul nak garu should we go to a nice place," ajakku.
Cikgu Nurnina angguk. Kamipun keluar menghilangkan diri kami berdua. Kemana? Hehehe.. Nak mengatallah.. Disebuah bilik di sebuah hotel di sebuah pekan lain di luar daerahku.. Cikgu Nurnina mahu mengaru aku.. Pertamakali Cikgu Nurnina melihat batang lelaki sebesar itu.
"Aduhh.. Ishh.. Ishh.. Besar dan panjangnya batang Abang N. Menakutkan. Sukanya.. Ee.. Cepatlah Bang, lama dah Nina tunggu saat ni.. Kang masuk angin.. Naiyaa" renggek Nina manja sambil menjeling kearahku.
"Hehehehe!! Ok.. Ok.. Nak tambah pelicin ni.. Nanti Nina rasa sakit pula.." balasku menggeselkan kepala koteku kecelah alur cipap Cikgu Nurnina.
Jejariku bermain dan mengentel kelentitnya yang mulai mengeras. Ku kepit kelentit Cikgu Nurnina yang terjojol dan kupusing-pusingkan dengan jariku. Apalagi, berlenggoklah punggung Cikgu Nurnina mengiringi perbuatanku itu.
Batangkupun tambah mengeras. Aku kuak kedua peha Cikgu Nurnina hingga terkangkang luas. Kini giliran lidahku pula untuk mengerjakan cipap Cikgu Nurnina. Aku mencium pussynya. Aroma puki Cikhu Nurnina mersangsang syahwatku. Aku sembamkan mukaku di situ dan aku putarkan mukaku dipukinya. Sambil itu aku giat menghirup lendir yang terdapat di situ. Lidahku menjelajah cipap Cikgu Nurnina dari kelentit ke lubang farajnya.
Kedua tanganku mencengkam buntut tonggek Cikgu Nurnina dan menolaknya ke atas. Serentak itu aku mula menekan perlahan-lahan batangku masuk kedalam lubang pukinya yang setia menanti kehadiranku.
Cikgu Nurnina mengerang agak kuat. Kepalanya terangkat ke atas sambil kedua tangannya memaut kuat birai katil itu. Matanya terpejam rapat sambil gigi atasnya menggigit bibir bawahnya. Raung dan jeritan halusnya jelas terdengar. Cikgu Nurnina sudah tidak tahu erti malu. Jeritan nafsunya memenuhi segenap ruang bilik itu.
"You want my speciality dear??" tanyaku senyum sambil batangku berehat dalam lkubang puki Cikgu Nurnina.
"Abang N.. Buatlah apa saja you suka. I rela.. Seeddaap.. Sayang..!!" bisik Cikgu Nurnina ke telingaku sambil dia mengemut batangku dengan kuat sekali.
Mukanya yang cerah itu kemerah-merahan menahan asakan dan tusukan batangku yang besar itu ke dalam lubang cipapnya.
"Err.. Boleh masuk lagi tak?" tanyaku inginkan kepastian melihat Cikgu Nurnina tercungap-cungap dan mendengus keras.
"Ada lagi ke..?" tanya Cikgu Nurnina memejamkan matanya sambil menjerit halus.
"Emm.. Dalam 3 inci kut.. Huhahh.. Hehhehe!!"
"Haa..3 inci.. Err.. Abang henjut ajalah.. Nina dah senak nii." Cikgu Nurnina bersuara antara kedengaran dengan tidak.
Tanpa bertangguh lagi aku memulakan gerakan sorong tarik batangku. Tujahanku menghabiskan baki batangku. Sambil itu tanganku meramas-ramas kedua buah dada Cikgu Nurnina. Menghisap puting susunya sambil hayunan dan pompaanku menjadi kuat dan ganas ke puki Cikgu Nurnina.
"Aduh.. Aduh.. Aduh.. Sedapnya.. Gelinya.. Sakitnya.. Gelinya.. Abang nn.. Nice.. Gelii.. Tak tahann.." desah dan raung Cikgu nurnina sambil mengoyangkan punggungnya mengikut irama tujahan koteku.
Keluhan nikmat kami berdua semakin kuat kedengaran. Semakin lama pergerakan henjutanku semakin kuat dan langsing raungan dan jeritan Cikgu Nurnina menahan cipapnya untuk diasak oleh batangku semau dan sedalamnya.
"Bang.. Masuk habis Bang.. Nina dah nak kuar ni.. Henjut laju-laju Bang.." tanpa segan silu Cikgu Nurnina meminta aku mengongkeknya dengan kuat dan ganas.
Serentak itu hayunanku menjadi semakin kencang hinggakan katil itu bergegar dengan kuatnya. Cikgu Nurnina merasakan batangku penuh masuk dan selamat berkubang di dalam lubang nikmatnya. Dinding vaginanya mula bertindak untuk mengemut dan menguatkan cengkaman pada batang-ku. Aku merasakan sensasinya. Aku tersenyum kesedapan..!
Tanpa banyak membuang masa, sorong tarikpun bermulalah. Ianya seiringan dengan kemutan yang berterusan dari puki Cikgu Nurnina. Enjutan dari perlahan hinggalah ke pergelutan yang ganas berlaku.
Posisi bertukar dari kedudukan tradisional kepadakedudukan doggie. Cikgu Nurnina mempamerkan belakang buntutnya. Aku memasukkan koteku ke lubang pukinya semula. Sekali tekan jauh masuk ke dalam dan Cikgu Nurnina menjerit langsing sambil kepalanya ke kiri dan ke kananmenahan ujahan nikmatku. Henjutan sorong tarik berlaku ganas dan kuat sehingga bergegar tubuh Cikgu Nurnina.
Kumutan kemaluannya seiring dengan henjutan butuhku. Kurasa seperti disedut-sedut bagaikan tetek lembu yang diperah-perah bila berada di dalam lubang pussy Cikgu Nurnina. Lubangnya agak sempit. Cikgu Nurnina sudahpun beberapa kali mencapai klimax. Berbagai posisi kami lakukan. Samada dari depan, sisi, atas, bawah dan belakang. Melentik-lentik tubuh Cikgu Nurnina kukerjakan. Bagaikan ahli akrobatik dia jadinya.
Aku pangku dia sambil berdiri. Kemudian kulipat kakinya hinggakan bertemu lutut dengan bahunya sendiri. Lepas tu ku hunjam butuhku ke dalam lubang cipapnyaq secara terbalik dalam posisi begitu. Kepala koteku menyentuh dan menghentak masuk hingga ke pintu rahim Cikgu nurnina yang agak pejal di dalam cipanya itu. Kasaran tindakkan ku tu membuatkan Cikgu Nurnina menjerit keras kerana terkejut disondoli kesenakkan.
Setelah hampir puas aku terlentangkan semula tubuhnya ke posisi tradisional. Sebelum mengakhiri persetubuhan, aku kejutkan puki Cikgu Nurnina dengan satu tujahan keras. Butuh panjangku mero-dok sedalamnya. Pangkal butuhkupun sampai boleh menyentuh-nyentuh biji kelentitnya.
Hujung kepala butuhku pula sampai ke penghujung telaga cipap Cikgu Nurnina. Sudah dapat menyentuh bahagian g sport yang kenyal di situ. Seiringan dengan indakan dan perlakuan aku itu, Cikgu Nurnina pun menjerit-jerit dan bertindak ganas.
"Argh.. Argh.. Argh.. Arghh.."
Cikgu Nurninaah melepaskan keluhan nikmat yang panjang apabila saat-saat yang ditunggunya itu akhirnya tiba jua. Tubuhku dipeluknya sekuat hati hinggakan aku tercungap-cungap kelemasan. Disamping itu belakang tubuhku terasa pedih akibat cakarannya. Selepas seketika dan kemuncak ghairahnya reda, Cikgu Nurninamelepaskan pelukannya.
"Emm.. Lega rasa.. Dah keluar air?" Aku tidak menjawab tetapi meelpaskan satu ledakan kuat dan memancutkan air maniku ke dalam lubang cipapnya. Terangkat-angkat punggung Cikgu nburnina menerima penahan air maniku yang panas.
"Haa.. Dah keluar.. Abang N pancut kat dalam ke?? Alamak.. Ngandung I nanti Abang N.." Cikgu Nurnina mendesah.
"So what.. Ngandung-ngandung lerr.."
"Wow ganas sangat you ni.. Dahaga betul?" kataku membiarkan butuhku berendam dalam lubang puki Cikgu Nurnina.
"Biasalah Abang N.. Bukan selalu dapat. Dapat yang best pula tu mana boleh tahan.." kekeh Cikgu Nurnina menolak ku ke tepi.
"You like the fuck?"
"Of course Abang N. You're a great fucker and lover. Barulah I puas. Dekat enam kali I cum. Merasa multiple orgasm lagi" kekeh dan keluh Cikgu Nurnina menjentik kepala koteku manja sambil mengelap peluhnya dan peluhku.
Cikgu Nurnina memujiku sebab power. Dia kata suaminya lemah dan dia tak pernah mendapat kepuasan bila bersetubuh dengan suami-nya.
Wow.. Pengalaman ini hebat.. Dan Cikgu Nurnina masih berhubungan denganku. Ada waktunya kami bersama di tempat yang sama melepaskan rindu dendam yang menaram jiwa kami berdua.
Daftar Cerita Pesta Seks - 02
101. Ci Fiona guru lesku
102. Cowok maniak 1
103. Cowok maniak 2
104. Desah nafas 1
105. Desah nafas 2
106. Desah nafas 3
107. Dibalik kamar WC
108. Empat lawan satu
109. Gairah di persimpangan jalan 1
110. Gairah di persimpangan jalan 2
111. Gairah duan mantan kekasih
112. Gang bukake 1
113. Gang bukake 2
114. Hadiah bagi pahlawan 1
115. Hadiah bagi pahlawan 2
116. Hadiah istimewa
117. Hadiah ulang tahun yang mengejutkan 1
118. Hadiah ulang tahun yang mengejutkan 2
119. Hanya karena mirip
120. Kenikmatan bersama dua pria 1
121. Kenikmatan bersama dua pria 2
122. Kenikmatan bersama dua pria 3
123. Pacarku dan adik-adiknya
124. Pembantu-pembantu yang seksi
125. Pengelaman bertiga
126. Tante Imel dan anaknya
127. Majikan dan pembantunya
128. Nita teman istriku
129. Not enough - 1
130. Not enough - 2
131. Not enough - 3
132. Not enough - 4
133. Ohhh Sukabumi
134. Once upon a winter in Beijing - 1
135. Once upon a winter in Beijing - 2
136. Pesta seks dengan gadis SMA - 1
137. Pesta seks dengan gadis SMA - 2
138. Rahasia pacar teman kostku - 1
139. Rahasia pacar teman kostku - 2
140. Sang Dewi - 1
141. Sang Dewi - 2
142. Sang Dewi - 3
143. Sang Dewi - 4
144. Sang Dewi - 5
145. Sang Dewi - 6
146. Seks sekeluarga - 1
147. Seks sekeluarga - 2
148. The hottest liveshow - 1
149. The hottest liveshow - 2
150. The hottest liveshow - 3
151. The hottest liveshow - 4
152. Lily Panther - Figuran - 1
153. Lily Panther - Figuran - 2
154. Lily Panther - Tantangan - 1
155. Lily Panther - Tantangan - 2
156. Lily Panther - Tantangan - 3
157. Lily Panther - Tantangan - 4
158. Lily Panther - Tantangan - 5
159. Lily Panther - Tantangan - 6
160. Lily Panther - Tantangan - 7
161. Lily Panther - Tantangan - 8
162. Lily Panther - Tantangan - 9
163. Lily Panther - Tantangan - 10
164. Lily Panther - Widya
165. Majikan dan pembantunya
166. Makna persahabatan - 1
167. Makna persahabatan - 2
168. Makna persahabatan - 3
169. Makna persahabatan - 4
170. Malangnya nasibku
171. Mbak Is guruku - 1
172. Mbak Is guruku - 2
173. Mbak Santi dan temannya Lina
174. Nadia, Vera dan Poppy
175. Nilai Ujian - 1
176. Nilai Ujian - 2
177. Nilai Ujian - 3
178. Lily Panther - Ada apa dengan cinta - 1
179. Lily Panther - Ada apa dengan cinta - 2
180. Lily Panther - Ada apa dengan cinta - 3
181. Lily Panther - Bachelor party - 1
182. Lily Panther - Bachelor party - 2
183. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 1
184. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 2
185. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 3
186. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 4
187. Lily Panther - Berbagi pelangi - 1
188. Lily Panther - Berbagi pelangi - 2
189. Lily Panther - I love this game - 1
190. Lily Panther - I love this game - 2
191. Lily Panther - I love this game - 3
192. Lily Panther - I love this game - 4
193. Lily Panther - I love this game - 5
194. Lily Panther - I love this game - 6
195. Lily Panther - I love this game - 7
196. Lily Panther - Live show - 1
197. Lily Panther - Live show - 2
198. Lily Panther - Menembus batas - 1
199. Lily Panther - Menembus batas - 2
200. Lily Panther - Menembus batas - 3
201. Lily Panther - Menembus batas - 4
202. Lily Panther - Menembus batas - 5
203. Lily Panther - Menembus batas - 6
Halaman -> 01 - 02
102. Cowok maniak 1
103. Cowok maniak 2
104. Desah nafas 1
105. Desah nafas 2
106. Desah nafas 3
107. Dibalik kamar WC
108. Empat lawan satu
109. Gairah di persimpangan jalan 1
110. Gairah di persimpangan jalan 2
111. Gairah duan mantan kekasih
112. Gang bukake 1
113. Gang bukake 2
114. Hadiah bagi pahlawan 1
115. Hadiah bagi pahlawan 2
116. Hadiah istimewa
117. Hadiah ulang tahun yang mengejutkan 1
118. Hadiah ulang tahun yang mengejutkan 2
119. Hanya karena mirip
120. Kenikmatan bersama dua pria 1
121. Kenikmatan bersama dua pria 2
122. Kenikmatan bersama dua pria 3
123. Pacarku dan adik-adiknya
124. Pembantu-pembantu yang seksi
125. Pengelaman bertiga
126. Tante Imel dan anaknya
127. Majikan dan pembantunya
128. Nita teman istriku
129. Not enough - 1
130. Not enough - 2
131. Not enough - 3
132. Not enough - 4
133. Ohhh Sukabumi
134. Once upon a winter in Beijing - 1
135. Once upon a winter in Beijing - 2
136. Pesta seks dengan gadis SMA - 1
137. Pesta seks dengan gadis SMA - 2
138. Rahasia pacar teman kostku - 1
139. Rahasia pacar teman kostku - 2
140. Sang Dewi - 1
141. Sang Dewi - 2
142. Sang Dewi - 3
143. Sang Dewi - 4
144. Sang Dewi - 5
145. Sang Dewi - 6
146. Seks sekeluarga - 1
147. Seks sekeluarga - 2
148. The hottest liveshow - 1
149. The hottest liveshow - 2
150. The hottest liveshow - 3
151. The hottest liveshow - 4
152. Lily Panther - Figuran - 1
153. Lily Panther - Figuran - 2
154. Lily Panther - Tantangan - 1
155. Lily Panther - Tantangan - 2
156. Lily Panther - Tantangan - 3
157. Lily Panther - Tantangan - 4
158. Lily Panther - Tantangan - 5
159. Lily Panther - Tantangan - 6
160. Lily Panther - Tantangan - 7
161. Lily Panther - Tantangan - 8
162. Lily Panther - Tantangan - 9
163. Lily Panther - Tantangan - 10
164. Lily Panther - Widya
165. Majikan dan pembantunya
166. Makna persahabatan - 1
167. Makna persahabatan - 2
168. Makna persahabatan - 3
169. Makna persahabatan - 4
170. Malangnya nasibku
171. Mbak Is guruku - 1
172. Mbak Is guruku - 2
173. Mbak Santi dan temannya Lina
174. Nadia, Vera dan Poppy
175. Nilai Ujian - 1
176. Nilai Ujian - 2
177. Nilai Ujian - 3
178. Lily Panther - Ada apa dengan cinta - 1
179. Lily Panther - Ada apa dengan cinta - 2
180. Lily Panther - Ada apa dengan cinta - 3
181. Lily Panther - Bachelor party - 1
182. Lily Panther - Bachelor party - 2
183. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 1
184. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 2
185. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 3
186. Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 4
187. Lily Panther - Berbagi pelangi - 1
188. Lily Panther - Berbagi pelangi - 2
189. Lily Panther - I love this game - 1
190. Lily Panther - I love this game - 2
191. Lily Panther - I love this game - 3
192. Lily Panther - I love this game - 4
193. Lily Panther - I love this game - 5
194. Lily Panther - I love this game - 6
195. Lily Panther - I love this game - 7
196. Lily Panther - Live show - 1
197. Lily Panther - Live show - 2
198. Lily Panther - Menembus batas - 1
199. Lily Panther - Menembus batas - 2
200. Lily Panther - Menembus batas - 3
201. Lily Panther - Menembus batas - 4
202. Lily Panther - Menembus batas - 5
203. Lily Panther - Menembus batas - 6
Halaman -> 01 - 02
Thursday, February 16, 2012
Mitra bisnisku - 1
Saya baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan melilitkan sehelai handuk seperti biasanya. Karena kamar mandi berada di dalam kamar utama, saya tidak terlalu menghiraukan penampilan saya dari kamar mandi, bahkan biasanya keluar dari kamar mandi tanpa memakai apa-apa. Dan saya langsung menuju meja rias untuk berias karena pagi ini saya harus menghadiri rapat perusahaan untuk mengadakan kontrak kerja dengan mitra bisnis saya.
Saya sebagai salah satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun yang menjabat sebagai Direktur Utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditandatangani oleh saya saja.
Ternyata dia sudah bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur sambil memainkan remote control TV untuk melihat berita hari ini. Seperti biasanya, di depan meja rias saya mulai berias. Saya melepas handuk yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan. Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.
Di bagian dada sedikit agak lama memberikan lotion-nya terutama di bagian payudara saya yang berukuran 36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu kenikmatan dan memang terlihat dengan mulai mengerasnya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari Inggris yang lucu dan seksi. BH yang hanya menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH-nya tapi tetap menjaga bentuk payudara. Saya mulai memakai stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha, dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya memanggilnya, "Mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini." Suami yang tidur dengan mengenakan T-shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan menuju ke meja rias untuk membantu saya."Mas bagus ini BH-nya, nikmat dipakai sepertinya, seksi lagi." Sambil tersenyum dia membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya menanyakannya, "Pinter juga milihnya Mas, gimana pas tidak kelihatannya."
Dari belakang saya, suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yang dia berikan itu. Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini. Saya sedikit mendesah, "Ah, Mas nakal nih tangannya", sambil tetap meremas kedua payudara saya dia menjawab, "Kenapa memangnya tangan saya?" dia mulai menjepit ke dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit menariknya dengan perlahan.
"Enak ya rasanya, sudah lama kan tidak saya pijit."
"Ah Mas menggoda saja orang mau kerja". Kedua putingnya dengan cepat mengeras, terasa sakit bercampur nikmat.
"Ah.. ah.. nikmat sekali rasanya", saya segera ingin berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai melilitkan ke tengkuknya dari depan dan mengelus rambutnya yang berombak. Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya betul-betul terangsang. Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana dalam. Dia mulai mengelus rambut bawah saya yang tidak banyak ini."Aduh kamu sudah banjir sepertinya.." memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab, dan dia terus mengelus dengan lembutnya.Mendadak saya merintih agak keras "Ah.. ah..!" ketika dia memainkan bibir bawah saya, tidak kuat lagi saya berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir meja rias untuk bertahan. Tangan kanannya bergerak lebih jauh lagi.
Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah. Seperti terpeleset, jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di dalam vagina saya, "Ah.. ah.. aduh Mas.. ah.. saya tidak tahan.. nikmat sekali..", Saya sudah tidak sabar lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana dalamnya, saya mulai memegang penisnya yang sudah membesar dan keras itu, dan dengan berirama saya gerakkan. "Ah.. ah.." dia mulai merintih kecil.
Sementara itu dia menambah jari telunjuknya untuk dimasukkan ke milik saya,
"Gimana.. nikmat.. rasanya", katanya.
"Ah.. Mas nikmat sekali.. terus gerakkan Mas.. jangan berhenti.. satu lagi Mas.. ah..!" saya minta jari manisnya juga. Saya mulai menarik celana dalamnya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celananya pun jatuh ke bawah. Saya membungkuk lebih dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas-remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap. Pinggulnya mulai dia gerakkan berirama. Saya hanya bisa lihat dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu. Membuat saya gregetan untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.
"Ayo Mas.. saya sudah tidak tahan lagi.. ah.. ah..!" saya memintanya.
"Mau apa kamu.. bilang dong", dengan nada menggoda.
Saya pegang ujung penisnya yang sedang menempel di mulut vagina, "Ini, mau ini cepat.. ah.. ah.. jangan buat penasaran, ah..!" dan lebih membungkuk lagi saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.
Pelahan-lahan dia mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk ke dalam saya, "Ah.. ah.. ayo terus Mas.. saya mau semuanya.. ah." Dia hanya memasukkan setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke depan dan ke belakang dengan berirama. "Ah.. terus.. terus Mas.. saya mau semuanya.. ah.. sampai mentok Mas.. ah."
"Aah emm nikmat tidak, mau semuanya ya.." dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu yang nikmat sekali. Pinggulnya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat iramanya, tentu saja membuat saya tenggelam kenikmatan.
Tiba-tiba dia melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias, kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan memasukkan kembali penisnya ke dalam saya, "Ah.. ah.." saya pun merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi. Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.Dia mulai mencium saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya. Kedua lidah saling bercengkrama dan membuat lebih nikmat. Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimas.
"Tunggu Mas, saya mau sama-sama Mas, ah..!" saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih konsentrasi lagi sambil menjepit penisnya.
"Ah.. Mas ayo Mas.. saya sudah mau keluar Mas.. ah.. sama-sama.. Mas!" Dan seperti pistol meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.
Irama gerakan pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan, dan saya memeluk kepalanya dan saya ciumi kuping kirinya sambil berbisik "Ah.. nikmat sekali Mas, sudah lama kita tidak begini", dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. "Aah.." dia merintih sedikit karena penisnya yang masih di dalam saya jepit. Dia mulai mengeluarkan penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.
"Mitra kita akan tertarik dengan kecantikan kamu nanti", katanya dengan penuh arti.
Di luar mobil sudah menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.Saya memakai onepice merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya. Supir saya membukakan pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu ditutup saya menarik bagian rok saya yang masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya yang ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah bergerak dan sedikit terlihat seksi dengan belahan di depan. Supir sepertinya sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus menutup pintu."Jon tolong mampir ke Hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor."
Bersambung . . . .
Saya sebagai salah satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun yang menjabat sebagai Direktur Utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditandatangani oleh saya saja.
Ternyata dia sudah bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur sambil memainkan remote control TV untuk melihat berita hari ini. Seperti biasanya, di depan meja rias saya mulai berias. Saya melepas handuk yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan. Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.
Di bagian dada sedikit agak lama memberikan lotion-nya terutama di bagian payudara saya yang berukuran 36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu kenikmatan dan memang terlihat dengan mulai mengerasnya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari Inggris yang lucu dan seksi. BH yang hanya menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH-nya tapi tetap menjaga bentuk payudara. Saya mulai memakai stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha, dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya memanggilnya, "Mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini." Suami yang tidur dengan mengenakan T-shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan menuju ke meja rias untuk membantu saya."Mas bagus ini BH-nya, nikmat dipakai sepertinya, seksi lagi." Sambil tersenyum dia membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya menanyakannya, "Pinter juga milihnya Mas, gimana pas tidak kelihatannya."
Dari belakang saya, suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yang dia berikan itu. Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini. Saya sedikit mendesah, "Ah, Mas nakal nih tangannya", sambil tetap meremas kedua payudara saya dia menjawab, "Kenapa memangnya tangan saya?" dia mulai menjepit ke dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit menariknya dengan perlahan.
"Enak ya rasanya, sudah lama kan tidak saya pijit."
"Ah Mas menggoda saja orang mau kerja". Kedua putingnya dengan cepat mengeras, terasa sakit bercampur nikmat.
"Ah.. ah.. nikmat sekali rasanya", saya segera ingin berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai melilitkan ke tengkuknya dari depan dan mengelus rambutnya yang berombak. Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya betul-betul terangsang. Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana dalam. Dia mulai mengelus rambut bawah saya yang tidak banyak ini."Aduh kamu sudah banjir sepertinya.." memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab, dan dia terus mengelus dengan lembutnya.Mendadak saya merintih agak keras "Ah.. ah..!" ketika dia memainkan bibir bawah saya, tidak kuat lagi saya berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir meja rias untuk bertahan. Tangan kanannya bergerak lebih jauh lagi.
Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah. Seperti terpeleset, jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di dalam vagina saya, "Ah.. ah.. aduh Mas.. ah.. saya tidak tahan.. nikmat sekali..", Saya sudah tidak sabar lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana dalamnya, saya mulai memegang penisnya yang sudah membesar dan keras itu, dan dengan berirama saya gerakkan. "Ah.. ah.." dia mulai merintih kecil.
Sementara itu dia menambah jari telunjuknya untuk dimasukkan ke milik saya,
"Gimana.. nikmat.. rasanya", katanya.
"Ah.. Mas nikmat sekali.. terus gerakkan Mas.. jangan berhenti.. satu lagi Mas.. ah..!" saya minta jari manisnya juga. Saya mulai menarik celana dalamnya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celananya pun jatuh ke bawah. Saya membungkuk lebih dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas-remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap. Pinggulnya mulai dia gerakkan berirama. Saya hanya bisa lihat dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu. Membuat saya gregetan untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.
"Ayo Mas.. saya sudah tidak tahan lagi.. ah.. ah..!" saya memintanya.
"Mau apa kamu.. bilang dong", dengan nada menggoda.
Saya pegang ujung penisnya yang sedang menempel di mulut vagina, "Ini, mau ini cepat.. ah.. ah.. jangan buat penasaran, ah..!" dan lebih membungkuk lagi saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.
Pelahan-lahan dia mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk ke dalam saya, "Ah.. ah.. ayo terus Mas.. saya mau semuanya.. ah." Dia hanya memasukkan setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke depan dan ke belakang dengan berirama. "Ah.. terus.. terus Mas.. saya mau semuanya.. ah.. sampai mentok Mas.. ah."
"Aah emm nikmat tidak, mau semuanya ya.." dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu yang nikmat sekali. Pinggulnya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat iramanya, tentu saja membuat saya tenggelam kenikmatan.
Tiba-tiba dia melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias, kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan memasukkan kembali penisnya ke dalam saya, "Ah.. ah.." saya pun merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi. Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.Dia mulai mencium saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya. Kedua lidah saling bercengkrama dan membuat lebih nikmat. Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimas.
"Tunggu Mas, saya mau sama-sama Mas, ah..!" saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih konsentrasi lagi sambil menjepit penisnya.
"Ah.. Mas ayo Mas.. saya sudah mau keluar Mas.. ah.. sama-sama.. Mas!" Dan seperti pistol meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.
Irama gerakan pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan, dan saya memeluk kepalanya dan saya ciumi kuping kirinya sambil berbisik "Ah.. nikmat sekali Mas, sudah lama kita tidak begini", dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. "Aah.." dia merintih sedikit karena penisnya yang masih di dalam saya jepit. Dia mulai mengeluarkan penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.
"Mitra kita akan tertarik dengan kecantikan kamu nanti", katanya dengan penuh arti.
Di luar mobil sudah menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.Saya memakai onepice merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya. Supir saya membukakan pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu ditutup saya menarik bagian rok saya yang masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya yang ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah bergerak dan sedikit terlihat seksi dengan belahan di depan. Supir sepertinya sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus menutup pintu."Jon tolong mampir ke Hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor."
Bersambung . . . .
Memory rumah kontrakan
Hai para netter, cerita ini berdasar kisah nyata seorang teman kami. Saya punya teman sebut saja dia Edy asal kota P, Sumatera Selatan. Kami kuliah di kota J. Pengalaman ini terjadi saat kami mengawali kuliah dan bersama dalam satu kontrakan. Suka duka kami lalui bersama sampai dalam hal pacaran pun kami saling membantu dalam berbagai hal. Hingga suatu waktu Edi mendapatkan seorang pujaan hati sebut saja Dewi, sering Dewi diantar jemput kalau kuliah karena mereka satu kampus dan kebetulan kontrakan Edi berdekatan dengan kost tempat tinggal Dewi. Mereka berdua bagaikan Romeo dan Juliet. Dimana ada Edi di situ ada Dewi. Hubungan mereka pun semakin akrab dan intim.
Suatu ketika, malam Minggu tepatnya Dewi minta diantar ke tempat temannya yang sedang merayakan ulang tahun. Acara sangat meriah sekali, hingga jam 24:00 acara masih berlangsung. Tetapi Dewi mengajak pulang, karena waktu yang sudah kelewat malam. Sebenarnya Edi pun menolak karena begitu meriahnya pesta ulang tahun tersebut. Dan akhirnya Edi pun menyanggupi untuk segera mengantar pulang Dewi, malam semakin larut dan udara dingin pun menyelimuti dan menghembus sepoi-sepoi dalam deru sepeda motor Edi, mereka sempat berhenti sejenak di pompa bensin untuk mengisi bensin. Sesampai di kost tempat Dewi ternyata pintu gerbang sudah dikunci, padahal Dewi sudah pesan kepada pembantu agar pintu jangan dikunci, soalnya Dewi pulangnya ke kost terlambat. Dan akhirnya Edi pun kasih solusi.
"Dewi.. gimana kalau tidur saja di kontrakanku," kata Edi.
Dewi terdiam sejenak.
"Gimana ya.. aku kan enggak enak sama temen kamu Ed," jawab Dewi.
"Itu bisa diatur, nanti yang penting kamu mau tidak, dari pada tidur di jalan," kata Edi sambil senyum.
"Ayolah keburu dilihat orang kan nggak enak di jalanan seperti ini Nan," kata Edi.
Dewi pun menyetujinya, mereka pun bergegas menuju kontrakan Edi. Sesampainya di rumah kontrakan tampak sunyi dan hanya hembusan angin malam karena teman-teman Edi pada malam mingguan dan tidak ada yang pulang di rumah kontrakan.
"Ayo masuk, kok diam saja," kata Edi menyapa Dewi.
Dewi pun terhentak sedikit terkejut.
"Teman-temanmu dimana Ed?" tanya Dewi.
"Mereka kalau malam Minggu jarang tidur di rumah," jawab Edi.
"Ooo gitu," sergah Dewi.
Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di kamar Edi.
"Nan, selamat bobok ya.." kata Edi.
Dewi pun tampak kelelahan dan tertidur pulas. Setengah jam kemudian Edi kembali ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu kamar tidak diberikan kepada Dewi, tapi betapa kagetnya Edy melihat Dewi tidur hanya menggunakan BH dan celana dalam, karena saat itu posisi tubuh Dewi miring hingga selimut yang menutupi tubuhnya bagian punggung tersingkap.
Entah setan mana yang menyusup di benak Edy. Edy pun langsung mendekat ke arah Dewi, dengan tenangnya Edy langsung mencium bibir Dewi. Dewi pun terbangun.
"Apa-apaan kamu Ed?" sergah Dewi sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Tanpa pikir panjang Edy langsung menarik selimut dan Edi pun langsung menindih Dewi yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. Dewi meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia berusaha melepas BH dan CD-nya. Tenaga Edi lebih kuat hingga akhirnya BH dan CD Dewi terlepas dengan paksa oleh Edi. Nampak jelas buah dada Dewi dan bulu lembut kemaluannya. Dewi kelelahan tanpa daya dan hanya menangis memohon kepada Edy. Edi tetap melakukan aksinya dengan meraba dan mencium semua tubuh Dewi tanpa sedikitpun terlewatkan. Dewi terus memohon, Edi pun tak menggubrisnya.
Dan setelah puas menciumi vagina Dewi, Edi melakukan aksi lebih brutal. Ia mengangkat kedua kaki Dewi di atas perut dan dengan cepat Edy mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi.
Dewi menjerit tertahan dan hanya isak tangis yang terdengar, "Kumohon Ed, hentikan!" seru Dewi dalam isak tangisnya.
Dan "Bleess, bleess," penis Edi masuk dalam vagina Dewi walaupun di awal masuknya cukup sulit.
Edy pun mulai menggoyang pinggulnya hingga penisnya terkocok di dalam vagina Dewi. Darah segar pun keluar dari liang jinak Dewi, ia pun terus memohon.
"Akh.. akh.. hentikan Ed..!" desah Dewi.
Tampak sekali wajah Dewi menunjukkan kelelahan, dan sekarang hanya terdengar erangan kenikmatan di antara kedua insan ini.
"Ah.. ah.. ah.." Edi pun terus mengocok penisnya dalam vagina Dewi dan beberapa saat kemudian terasa Edi akan mengeluarkan sperma, ia pun langsung mencabut dan mengocoknya dari luar dan.. "Croot.. Croot.. Serr.." sperma Edi muncrat tepat di bibir Dewi dan sekitar wajah.
Mereka kelelahan dan akhirnya tertidur.
Hari menjelang pagi saat itu jam menunjukkan pukul 07:30 pagi, Dewi terbangun bersamaan dengan itu Edi juga terbangun. Edi melihat Dewi yang sedang mengenakan BH dan CD.
"Antar aku pulang sekarang Ed.." kata Dewi.
"Iya.. aku cuci muku dulu," jawab Edi.
Edi pun mengantar Dewi pulang ke kostnya.
Selang beberapa bulan hubungan mereka mulai retak, ada selentingan kabar kalau Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta, dan akhirnya Edi dan Dewi resmi bubaran. Tapi reaksi Edi tidak sampai di situ, justru setelah putus dengan Dewi ia gencar mendekati Sinta. Dengan berbagai cara dan upaya akhirnya Edi berhasil mendapatkan Sinta dan mereka resmi jadian. Sama seperti yang dilakukannya dulu, ia sering antar jemput kuliah Sinta dan kalaupun jemput Sinta biasanya tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan kemana saja sambil cari makan tentunya. Sering pula Sinta diajak ke tempat kontrakan Edi lebih sering dibandingkan Dewi pacar yang dulu.
Pagi itu kuliah jam ke-2 mereka satu ruangan tapi dosen tidak hadir jadi kosong, mereka berdua bergegas ke tempat Edi, sampai di kontrakan rumah sepi soalnya teman-teman ada yang ke kampus dan ada juga yang masih tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar Edi, Sinta tiduran di ranjang sambil mendengarkan musik. Edi masuk membawakan kopi susu dan tanpa basa basi Edi membelai rambut Sinta dan Sinta pun bersandar dalam dekapan Edi. Edi langsung mencium bibir Sinta dan tangannya mulai masuk dalam baju street Sinta dan meremas-remas payudara.
"Ed.. jangan dong.." desah Sinta.
"Enggak apa-apa, kan cuma dikit," kata Edi, tapi Edi terus menyerang, ia melepas seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun hanya diam tanpa perlawanan, dan jelas sudah seluruh tubuh Sinta yang kuning langsat dan payudara lumayan besar.
Mereka mulai bergelut mencium dan meremas satu sama lain.
"Sin, kulum dong kontolku!" kata Edi.
Dibimbingnya kepala Sinta menuju kemaluan Edi dan, "Em.. kemaluanmu besar juga Ed," kata Sinta.
Edi hanya diam menikmati hisapan mulut Sinta. Edi pun langsung saja menjilati dan menghisap vagina Sinta hingga mereka melakukan posisi 69.
"Ugh.. Ugh.." desah Sinta.
Kemudian Edi duduk dengan kaki dijulurkan, ia minta Sinta duduk di atasnya layaknya seorang anak kecil. Tepat penis Edi masuk dalam vagina Sinta.
"Pelan-pelan Ed.." kata Sinta mendesah.
Sinta mulai menaik-turunkan pinggulnya dan "Bleess, bleess.." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina Sinta.
"Ah.. ah.. ah.." desah Sinta sambil menggoyangkan pinggulnya.
Edi pun merespon gerakan tersebut. Dan mereka melakukan gerakan yang seirama, "Ah.. ah.. ah.." desah Sinta semakin keras.
"Aku nggak kuat Ed.." Edi hanya diam menikmati gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta.
Dan akhirnya, "Ugh.. ugh.. ugh.. ahh.." desah Sinta yang tubuhnya mengelenjang sambil memeluk tubuh Edi.
Ternyata Sinta mencapai puncak kenikmatan. Dan Edi membalikkan tubuh Sinta tepat di bawah badannya, Edi mulai mengocok penisnya yang belum lepas dari vagina Sinta, dan "Ahk.." desah Edi dan beberapa saat kemudian Edi mencabut penisnya dan meletakkan di bibir Sinta dan "Croot.. Croot.. Serr.." sperma Edi muncrat tepat di seluruh wajah Sinta. Mereka pun akhirnya berpelukan setelah mencapai kepuasan.
Semenjak kejadian itu mereka sering melakukannya di kontrakan Edi. Entah siang atau malam karena Sinta sering menginap dan tidur satu ranjang bersama Edi. Hubungan mereka semakin intim dan hanya bertahan selama 8 bulan. Hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu mengajak membina hubungan kembali. Edi akhirnya pisah dengan Sinta dan kembali lagi dengan Dewi.
Suatu sore Dewi datang ke kontrakan Edi, Dewi langsung masuk menunggu di kamar Edi karena diminta teman-teman Edi.
"Edi baru mandi" kata salah seorang temannya.
"Ooo," jawab Sinta, dan beberapa saat kemudian Edi masuk dan hanya mengenakan handuk dilingkarkan di pinggulnya.
"Sama siapa Wii.." kata Edi.
"Sendiri," jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi.
Edi tanggap dengan situasi itu, ia langsung mencium bibir Dewi dan melepas baju street warna biru muda yang dipakai Dewi. Edi langsung mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi.
"Ah.. ah.." desah Dewi.
Tangan Dewi langsung meremas penis Edi yang saat itu handuknya telah jatuh ke lantai. Edi mulai melapas celana panjang Dewi serta CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang.
"Ah.. ah.." desah Dewi yang semakin merasakan kenikmatan.
Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian dengan sergapnya Edi mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap terangkat.
"Bleess, bleess.." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina, Edi suka dengan posisi seperti itu karena vagina terasa sempit.
Edi mulai menggerakkan kemaluannya keluar-masuk.
"Ah.. ah.. ah.." erangan kenikmatan keluar dari bibir Dewi, Edi pun merasakan kenikmatan pula.
"Ugh.. ugh.." desah Edi pelan. Beberapa saat kemudian Edi melepas penisnya, Dewi mulai menghisap dan menjilati penis Edi sambil dikocok dengan jari-jemari lembut Dewi.
"Kulum dong Wi.." desah Edi. Dewi turuti saja apa kemauan Edi.
Kemudian Edi kembali memasukkan penisnya dalam vagina Dewi, "Bless.." langsung masuk dan Dewi sempat menjerit tertahan karena menahan sakit.
Kemudian Edi mulai menggerakkan penisnya, "Bleess.. bleess.." kemaluan Edi keluar-masuk.
"Ah.. ah.. ugh.." tubuh Dewi mulai bergetar dan mengelejang.
"Aku keluar Ed.." desah Dewi tapi Edi masih mengocok penisnya dalam vagina Dewi dan Dewi hanya menahan.
Kedua tangannya mencengkeram kuat bibir tempat tidur sambil menahan gerakan yang Edi lakukan. Edi mulai bergetar, "Ugh.." desahnya.
"Di luar apa di dalam Wi.." kata Edi pelan.
Dewi hanya diam dan "Croot.. croot.. serr.." sperma Edi keluar di dalam vagina Dewi.
Edi pun rebah sambil memeluk tubuh Dewi yang hangat dan lunglai.
Mereka tersenyum puas.
"Kamu pinter dech sekarang Wi.." kata Edi.
"Pinter apa'an," jawabnya.
"Pinter mainnya, belum lagi bulu vagina kamu tambah lebat."
Dewi hanya tersenyum saja sambil tangannya membelai batang kemaluan Edi. Hari sudah menjelang pukul tujuh malam dan akhirnya mereka berpakaian dan keluar untuk makan malam.
TAMAT
Suatu ketika, malam Minggu tepatnya Dewi minta diantar ke tempat temannya yang sedang merayakan ulang tahun. Acara sangat meriah sekali, hingga jam 24:00 acara masih berlangsung. Tetapi Dewi mengajak pulang, karena waktu yang sudah kelewat malam. Sebenarnya Edi pun menolak karena begitu meriahnya pesta ulang tahun tersebut. Dan akhirnya Edi pun menyanggupi untuk segera mengantar pulang Dewi, malam semakin larut dan udara dingin pun menyelimuti dan menghembus sepoi-sepoi dalam deru sepeda motor Edi, mereka sempat berhenti sejenak di pompa bensin untuk mengisi bensin. Sesampai di kost tempat Dewi ternyata pintu gerbang sudah dikunci, padahal Dewi sudah pesan kepada pembantu agar pintu jangan dikunci, soalnya Dewi pulangnya ke kost terlambat. Dan akhirnya Edi pun kasih solusi.
"Dewi.. gimana kalau tidur saja di kontrakanku," kata Edi.
Dewi terdiam sejenak.
"Gimana ya.. aku kan enggak enak sama temen kamu Ed," jawab Dewi.
"Itu bisa diatur, nanti yang penting kamu mau tidak, dari pada tidur di jalan," kata Edi sambil senyum.
"Ayolah keburu dilihat orang kan nggak enak di jalanan seperti ini Nan," kata Edi.
Dewi pun menyetujinya, mereka pun bergegas menuju kontrakan Edi. Sesampainya di rumah kontrakan tampak sunyi dan hanya hembusan angin malam karena teman-teman Edi pada malam mingguan dan tidak ada yang pulang di rumah kontrakan.
"Ayo masuk, kok diam saja," kata Edi menyapa Dewi.
Dewi pun terhentak sedikit terkejut.
"Teman-temanmu dimana Ed?" tanya Dewi.
"Mereka kalau malam Minggu jarang tidur di rumah," jawab Edi.
"Ooo gitu," sergah Dewi.
Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di kamar Edi.
"Nan, selamat bobok ya.." kata Edi.
Dewi pun tampak kelelahan dan tertidur pulas. Setengah jam kemudian Edi kembali ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu kamar tidak diberikan kepada Dewi, tapi betapa kagetnya Edy melihat Dewi tidur hanya menggunakan BH dan celana dalam, karena saat itu posisi tubuh Dewi miring hingga selimut yang menutupi tubuhnya bagian punggung tersingkap.
Entah setan mana yang menyusup di benak Edy. Edy pun langsung mendekat ke arah Dewi, dengan tenangnya Edy langsung mencium bibir Dewi. Dewi pun terbangun.
"Apa-apaan kamu Ed?" sergah Dewi sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Tanpa pikir panjang Edy langsung menarik selimut dan Edi pun langsung menindih Dewi yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. Dewi meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia berusaha melepas BH dan CD-nya. Tenaga Edi lebih kuat hingga akhirnya BH dan CD Dewi terlepas dengan paksa oleh Edi. Nampak jelas buah dada Dewi dan bulu lembut kemaluannya. Dewi kelelahan tanpa daya dan hanya menangis memohon kepada Edy. Edi tetap melakukan aksinya dengan meraba dan mencium semua tubuh Dewi tanpa sedikitpun terlewatkan. Dewi terus memohon, Edi pun tak menggubrisnya.
Dan setelah puas menciumi vagina Dewi, Edi melakukan aksi lebih brutal. Ia mengangkat kedua kaki Dewi di atas perut dan dengan cepat Edy mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi.
Dewi menjerit tertahan dan hanya isak tangis yang terdengar, "Kumohon Ed, hentikan!" seru Dewi dalam isak tangisnya.
Dan "Bleess, bleess," penis Edi masuk dalam vagina Dewi walaupun di awal masuknya cukup sulit.
Edy pun mulai menggoyang pinggulnya hingga penisnya terkocok di dalam vagina Dewi. Darah segar pun keluar dari liang jinak Dewi, ia pun terus memohon.
"Akh.. akh.. hentikan Ed..!" desah Dewi.
Tampak sekali wajah Dewi menunjukkan kelelahan, dan sekarang hanya terdengar erangan kenikmatan di antara kedua insan ini.
"Ah.. ah.. ah.." Edi pun terus mengocok penisnya dalam vagina Dewi dan beberapa saat kemudian terasa Edi akan mengeluarkan sperma, ia pun langsung mencabut dan mengocoknya dari luar dan.. "Croot.. Croot.. Serr.." sperma Edi muncrat tepat di bibir Dewi dan sekitar wajah.
Mereka kelelahan dan akhirnya tertidur.
Hari menjelang pagi saat itu jam menunjukkan pukul 07:30 pagi, Dewi terbangun bersamaan dengan itu Edi juga terbangun. Edi melihat Dewi yang sedang mengenakan BH dan CD.
"Antar aku pulang sekarang Ed.." kata Dewi.
"Iya.. aku cuci muku dulu," jawab Edi.
Edi pun mengantar Dewi pulang ke kostnya.
Selang beberapa bulan hubungan mereka mulai retak, ada selentingan kabar kalau Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta, dan akhirnya Edi dan Dewi resmi bubaran. Tapi reaksi Edi tidak sampai di situ, justru setelah putus dengan Dewi ia gencar mendekati Sinta. Dengan berbagai cara dan upaya akhirnya Edi berhasil mendapatkan Sinta dan mereka resmi jadian. Sama seperti yang dilakukannya dulu, ia sering antar jemput kuliah Sinta dan kalaupun jemput Sinta biasanya tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan kemana saja sambil cari makan tentunya. Sering pula Sinta diajak ke tempat kontrakan Edi lebih sering dibandingkan Dewi pacar yang dulu.
Pagi itu kuliah jam ke-2 mereka satu ruangan tapi dosen tidak hadir jadi kosong, mereka berdua bergegas ke tempat Edi, sampai di kontrakan rumah sepi soalnya teman-teman ada yang ke kampus dan ada juga yang masih tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar Edi, Sinta tiduran di ranjang sambil mendengarkan musik. Edi masuk membawakan kopi susu dan tanpa basa basi Edi membelai rambut Sinta dan Sinta pun bersandar dalam dekapan Edi. Edi langsung mencium bibir Sinta dan tangannya mulai masuk dalam baju street Sinta dan meremas-remas payudara.
"Ed.. jangan dong.." desah Sinta.
"Enggak apa-apa, kan cuma dikit," kata Edi, tapi Edi terus menyerang, ia melepas seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun hanya diam tanpa perlawanan, dan jelas sudah seluruh tubuh Sinta yang kuning langsat dan payudara lumayan besar.
Mereka mulai bergelut mencium dan meremas satu sama lain.
"Sin, kulum dong kontolku!" kata Edi.
Dibimbingnya kepala Sinta menuju kemaluan Edi dan, "Em.. kemaluanmu besar juga Ed," kata Sinta.
Edi hanya diam menikmati hisapan mulut Sinta. Edi pun langsung saja menjilati dan menghisap vagina Sinta hingga mereka melakukan posisi 69.
"Ugh.. Ugh.." desah Sinta.
Kemudian Edi duduk dengan kaki dijulurkan, ia minta Sinta duduk di atasnya layaknya seorang anak kecil. Tepat penis Edi masuk dalam vagina Sinta.
"Pelan-pelan Ed.." kata Sinta mendesah.
Sinta mulai menaik-turunkan pinggulnya dan "Bleess, bleess.." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina Sinta.
"Ah.. ah.. ah.." desah Sinta sambil menggoyangkan pinggulnya.
Edi pun merespon gerakan tersebut. Dan mereka melakukan gerakan yang seirama, "Ah.. ah.. ah.." desah Sinta semakin keras.
"Aku nggak kuat Ed.." Edi hanya diam menikmati gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta.
Dan akhirnya, "Ugh.. ugh.. ugh.. ahh.." desah Sinta yang tubuhnya mengelenjang sambil memeluk tubuh Edi.
Ternyata Sinta mencapai puncak kenikmatan. Dan Edi membalikkan tubuh Sinta tepat di bawah badannya, Edi mulai mengocok penisnya yang belum lepas dari vagina Sinta, dan "Ahk.." desah Edi dan beberapa saat kemudian Edi mencabut penisnya dan meletakkan di bibir Sinta dan "Croot.. Croot.. Serr.." sperma Edi muncrat tepat di seluruh wajah Sinta. Mereka pun akhirnya berpelukan setelah mencapai kepuasan.
Semenjak kejadian itu mereka sering melakukannya di kontrakan Edi. Entah siang atau malam karena Sinta sering menginap dan tidur satu ranjang bersama Edi. Hubungan mereka semakin intim dan hanya bertahan selama 8 bulan. Hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu mengajak membina hubungan kembali. Edi akhirnya pisah dengan Sinta dan kembali lagi dengan Dewi.
Suatu sore Dewi datang ke kontrakan Edi, Dewi langsung masuk menunggu di kamar Edi karena diminta teman-teman Edi.
"Edi baru mandi" kata salah seorang temannya.
"Ooo," jawab Sinta, dan beberapa saat kemudian Edi masuk dan hanya mengenakan handuk dilingkarkan di pinggulnya.
"Sama siapa Wii.." kata Edi.
"Sendiri," jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi.
Edi tanggap dengan situasi itu, ia langsung mencium bibir Dewi dan melepas baju street warna biru muda yang dipakai Dewi. Edi langsung mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi.
"Ah.. ah.." desah Dewi.
Tangan Dewi langsung meremas penis Edi yang saat itu handuknya telah jatuh ke lantai. Edi mulai melapas celana panjang Dewi serta CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang.
"Ah.. ah.." desah Dewi yang semakin merasakan kenikmatan.
Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian dengan sergapnya Edi mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap terangkat.
"Bleess, bleess.." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina, Edi suka dengan posisi seperti itu karena vagina terasa sempit.
Edi mulai menggerakkan kemaluannya keluar-masuk.
"Ah.. ah.. ah.." erangan kenikmatan keluar dari bibir Dewi, Edi pun merasakan kenikmatan pula.
"Ugh.. ugh.." desah Edi pelan. Beberapa saat kemudian Edi melepas penisnya, Dewi mulai menghisap dan menjilati penis Edi sambil dikocok dengan jari-jemari lembut Dewi.
"Kulum dong Wi.." desah Edi. Dewi turuti saja apa kemauan Edi.
Kemudian Edi kembali memasukkan penisnya dalam vagina Dewi, "Bless.." langsung masuk dan Dewi sempat menjerit tertahan karena menahan sakit.
Kemudian Edi mulai menggerakkan penisnya, "Bleess.. bleess.." kemaluan Edi keluar-masuk.
"Ah.. ah.. ugh.." tubuh Dewi mulai bergetar dan mengelejang.
"Aku keluar Ed.." desah Dewi tapi Edi masih mengocok penisnya dalam vagina Dewi dan Dewi hanya menahan.
Kedua tangannya mencengkeram kuat bibir tempat tidur sambil menahan gerakan yang Edi lakukan. Edi mulai bergetar, "Ugh.." desahnya.
"Di luar apa di dalam Wi.." kata Edi pelan.
Dewi hanya diam dan "Croot.. croot.. serr.." sperma Edi keluar di dalam vagina Dewi.
Edi pun rebah sambil memeluk tubuh Dewi yang hangat dan lunglai.
Mereka tersenyum puas.
"Kamu pinter dech sekarang Wi.." kata Edi.
"Pinter apa'an," jawabnya.
"Pinter mainnya, belum lagi bulu vagina kamu tambah lebat."
Dewi hanya tersenyum saja sambil tangannya membelai batang kemaluan Edi. Hari sudah menjelang pukul tujuh malam dan akhirnya mereka berpakaian dan keluar untuk makan malam.
TAMAT
Wednesday, February 15, 2012
Fantasi di akhir pekan - 1
Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang 'hal dan orang lain'. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di rumah tidur.
Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.
Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.
Eva yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!
Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.
*****
Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..
Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.
Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan 'memecahkan' putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..
"Apa Papa menikmatinya?" lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.
"Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya."
"Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?" tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.
Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..
"Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa." Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.
"Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!"
Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..
"Bagaimana denganku?" kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.
"Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi."
*****
Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..
"Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?"
Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.
"Ups, terlambat!" kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.
"Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang."
Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.
Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.
"Kamu menyukainya sayang?" tanyanya.
Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..
"Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu." katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.
"Siapa suruh mengalihkan senjatamu?" tanyanya.
"Kembalikan ke tempat semula!"
Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.
Bersambung . . . . .
Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.
Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.
Eva yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!
Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.
*****
Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..
Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.
Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan 'memecahkan' putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..
"Apa Papa menikmatinya?" lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.
"Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya."
"Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?" tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.
Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..
"Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa." Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.
"Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!"
Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..
"Bagaimana denganku?" kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.
"Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi."
*****
Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..
"Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?"
Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.
"Ups, terlambat!" kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.
"Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang."
Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.
Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.
"Kamu menyukainya sayang?" tanyanya.
Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..
"Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu." katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.
"Siapa suruh mengalihkan senjatamu?" tanyanya.
"Kembalikan ke tempat semula!"
Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.
Bersambung . . . . .
Tuesday, February 14, 2012
Gairah karyawanku
Cerita ini kubuat semata-mata hanya ingin berbagi pengalaman, dimana kejadian yang kualami ini sungguh-sungguh terjadi kurang lebih setahun yang lalu. Sengaja nama tempat-tempat yang pernah ada, kusamarkan karena tidak enak dengan karyawan lain.
Aku adalah seorang pimpinan sebuah Biro Perjalanan Wisata yang terhitung masih baru di negara ini. Panggil saja aku Pram. Aku seorang laki-laki yang masih bujangan walau umurku sudah 32 tahun.
Pertama aku menjalankan perusahaan ini, aku merekrut beberapa karyawan yang layaknya perusahaan travel tentu banyak wanitanya. Salah satu karyawanku itu sebutlah namanya Esther, adalah tangan kananku dalam menjalankan roda perusahaan ini. Dia cukup berpengalaman di bidang marketing dan operasional. Orangnya cantik, putih, berumur sekitar 28 tahun. Pertama aku meng-interview dia kujabat tangannya, "Selamat siang, perkenalkan nama saya Pram, Pramono."
Dia pun menyebutkan namanya, "Esther.." dengan nada suaranya yang agak serak, yang bagiku terdengar seksi.
"Boleh saya lihat CV anda?" tanyaku.
"Silakan Pak," sahutnya.
Aku pun mulai bertanya seperti layaknya pimpinan perusahaan yang sedang meng-interview calon karyawannya.
"Sepertinya anda cukup pengalaman di bidang travel, sudah berkeluarga ?" tanyaku penuh selidik.
"Sudah Pak," jawabnya singkat.
Lalu ditambahkan, "Saya sudah berputra satu."
"Ooo.. Oke anda diterima, kapan anda mulai bergabung dengan kami?" tanyaku lagi.
"Mungkin minggu depan, bagaimana Pak?" jawabnya, sambil memainkan matanya yang indah.
"Hmm.. boleh, selamat ya.." kataku sambil menjabat tangannya.
Begitulah, Esther sejak itu menjadi karyawanku, dimana sewaktu marketing aku selalu mengajak dia. Dia pun kelihatan senang kalau aku mengajaknya keluar.
Dari seringnya kami keluar bersama entah kenapa dia sering memancing omongan kearah yang lebih pribadi. Sampai akhirnya pada suatu saat aku terkejut begitu mengetahui dia ternyata sudah bercerai dengan suaminya. "Hah?! pantas aku nggak pernah melihat suami kamu.." aku hanya bisa geleng-geleng kepala. "Yah, beginilah kehidupan saya Pak, saya janda dengan anak satu, maafkan saya Pak, selama ini saya berbohong pada Bapak." Esther menyahut dengan tetesan air mata di pipinya. Aku tidak tahan dengan pemandangan itu, lalu kubelai rambutnya, entah setan dari mana aku memeluk dirinya. Ternyata dia pun malah menghamburkan tubuhnya di dadaku, dengan tangisnya yang semakin kencang.
Sejak saat itu aku semakin dekat dengan Esther, tapi tetap aku menjaga hubungan kami itu dari karyawan lain. Dimana kalau kami sedang berdua, dia memanggilku dengan sebutan, "Mas". Tapi kalau ada karyawan lain dia tetap memanggilku, "Pak".
Sampai sebulan kemudian, aku ditemani Esther kerja lembur di kantor. Kurang lebih pukul 8 malam, aku istirahat sambil duduk di sofa yang ada di ruanganku. Saat itu Esther terlihat cantik dengan rok mini dipadu blazer coklatnya. "Mas, ayo cepet pulang, Rian kasian di rumah," rengeknya. Oh ya, Rian itu adalah putra dari suaminya dulu.
"Iya.. ya sebentar aku capek nih," aku menjawab sambil tersenyum, lalu kutarik tangannya agar duduk di sebelahku. Kami pun terlibat obrolan tentang masa lalunya, yang memancing tangisnya pecah lagi.
"Sudahlah, kamu berhak melanjutkan hidup kamu, jangan kamu sia-siakan, kamu masih punya tanggung jawab terutama dengan Rian, iya kan?" hiburku sambil memeluknya.
Perlahan kucium rambutnya yang harum itu, kukecup bibirnya. Esther pun membalas disertai air matanya yang masih menetes di pipinya. Entah kenapa aku semakin berani dengan mengecup lehernya, Esther pun hanya merintih kegelian, tapi dibiarkan saja aku terus menjelajahi seantero lehernya.
Tadinya aku berpikir, sudah sekian lama dia tidak mendapatkan sentuhan laki-laki masak sih dia tidak ada keinginan untuk itu? Sambil deg-degan tanganku mencoba meraih kancing blazernya. Yess! Ternyata dia hanya merintih, "Ouhh.. Masss.." malah tangannya meraba pahaku. Mendapat respon seperti itu aku menjadi kegirangan, satu-satu kubuka kancing blazernya, dan kulihat blouse dalamnya yang ternyata berwarna kuning juga, tapi sangat transparan, sehingga terlihat BH yang berwarna hitam itu menerawang di balik blouse-nya.
Kulihat matanya meredup seolah mengharap aku bertindak lebih jauh. "Iya sayang aku tau, kamu sudah lama kan tidak pernah mendapat sensasi seperti ini?" aku berkata dalam hati. Pelan-pelan kancing blouse itu kubuka, tidak sampai satu menit terbuka semua kancing itu. Entah pura-pura atau apa Esther tiba-tiba menutup blouse yang sudah terlanjur terbuka itu.
"Kenapa?" tanyaku keheranan.
"Hmm.. malu, malu Mas.." jawabnya.
"Aku tau sayang, kamu sebenarnya menginginkannya kan?" tanyaku yakin.
Dia cuma diam, dan tanpa menunggu jawaban dari Esther, perlahan kusingkirkan tangannya dari dua bukit kembar yang masih tertutup kain segitiga hitamnya. Sambil kembali aku melumat bibirnya kutelusupkan jariku di celah BH-nya. Dan, tanpa kesulitan kutemukan tonjolan daging di puncak buah dadanya yang ternyata sudah keras. Karena jari-jariku kejepit BH yang mungkin kesempitan buatnya, kupaksakan keluar buah dadanya yang kanan keluar dari balik BH-nya. Benar juga dugaanku, BH yang kutaksir 34 itu ternyata masih agak kesempitan, karena begitu bukit daging itu menyeruak keluar besarnya kurang lebih sebesar jeruk bali, dengan putingnya yang merah kehitaman.
"Mas dibuka saja, nanti BH-ku rusak," kata Esther tiba-tiba.
Pucuk dicinta ulam pun tiba! gumamku. Karena pengalamanku yang sudah menggauli sekian banyak wanita, kalau hanya membuka BH dengan satu tangan sih mudah saja. Dan, kedua buah dada Esther sekarang terpampang tepat di depan wajahku. "Boleh?" aku bertanya seolah minta ijin darinya. Esther hanya tersenyum, dan dua detik kemudian bibirku sudah menyentuh puting susunya sebelah kanan sedang tangan kananku beroperasi pada yang satunya. Perlahan kumainkan lidahku di tonjolan puting susunya sambil kutarik-tarik dengan bibirku. Sedang tanganku sibuk memilin-milin dan meremas buah dada yang satunya.
Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Esther. "Ouuhhh.. Masss.. terus.." Entah sadar atau karena kebiasaan dengan suaminya dulu, Esther mendaratkan tangannya di atas selangkanganku. Dan tanpa diminta dia langsung meremas-remas tonjolan di balik reitsleting celanaku. Kontan daging panjang di balik celanaku itu membengkak. Aku berpikir tidak adil, kalau dia sudah berani memegang kemaluanku, kenapa aku cuma di sekitar dadanya? Aku pun mengarahkan tanganku yang tadi memainkan buah dadanya, ke pahanya.
Entah karena refleks atau apa, Esther pun seperti membuka jalan dengan membuka kedua pahanya. Otomatis rok kuning mini miliknya ikut terkuak. Dari cuma mengelus pahanya, tanganku pun menjalar ke atas sampai menyentuh secarik kain yang menutupi bukit pubis di selangkangannya. Perlahan kuelus bukit kecil itu. "Mass.. Ouughh.." rintihan Esther terdengar semakin keras.
Sementara mulutku masih asyik mengulum dan mengenyot puting Esther, jemariku rasanya tidak betah kalau hanya mengelus secarik celana dalamnya. Kutelusupkan jari-jariku masuk dari pinggir celana dalam Esther yang ternyata berwarna hitam juga. Dan, begitu menyentuh daging di balik celana dalamnya, jari-jariku disambut dengan kehangatan dan kelembaban yang dikeluarkan oleh kemaluannya.
Ada tiga menit aku mengelus bibir kemaluan Esther, perlahan dari bawah ke atas, terus bergantian, sampai tiba-tiba saja dia berdiri dan, "Mas.. ehmm sebentar ya?" ternyata dia melorotkan sendiri celana dalamnya, lalu dibuang begitu saja di lantai. Aku hanya melongo memperhatikan kelakuannya, "Aku takut celanaku basah.." sahutnya malu-malu. Aku pun tersenyum dibuatnya. "Iya nih belum apa-apa sudah lengket tanganku." godaku. Wajah Esther merah sambil mencubit perutku.
"Curang! Mas Pram curang! celana Mas belum dibuka." gerutunya cemberut yang dibuat-buat.
"Ya udah, so mau kamu gimana?" tanyaku pura-pura nggak ngerti.
"Iiihhh.. norak! Ayo dong dibuka!" rengeknya manja.
Aku cuma terkekeh dibuatnya, tapi aku pun menuruti kemauannya. Sambil dibantu Esther, celana panjangku akhirnya lepas. Sekarang aku cuma memakai celana dalam.
"Yang ini? Belum!" dia menunjuk ke arah celana dalamku.
"Usaha dong.." jawabku sekenanya. Tapi Esther cuma memandang tonjolan daging panjang yang masih tersimpan rapi di balik celana dalamku. Tangannya kembali menyentuh tonjolan tersebut. Diurut perlahan dari bawah ke atas, dan pada ujungnya dia memainkan jarinya sedemikian rupa sampai aku merem melek dibuatnya, "Hmmm.. yahh.. ouffsshhh.. pintar kamu Ther.." gantian aku dibuatnya merintih keenakan. Sementara mulut dan bibirnya memagut leherku dengan lembutnya.
Tidak lama kemudian, "Aku buka ya?" tanya Esther.
Aku cuma mengangguk, "Terserah kamu sshhh.. mau diemut juga boleh.. oouuhh.." kataku disertai rintihan.
Sedetik kemudian mencuatlah batang kemaluanku dengan gagahnya. Sambil terus mengurut dan meremas-remas kemaluanku, Esther memuji kemaluanku, "Wahhh.. pantas..!"
Aku heran, "Apanya yang pantas?"
"Nggak Mas, tapi jangan marah ya? Aku sering membayangkan itunya Mas Pram kalau lagi tegang, soalnya sering kalau ininya Mas Pram lagi tegang aku nggak sengaja ngeliat.." katanya sambil meremas agak kuat kemaluanku.
"Kan nggak kelihatan?" tanyaku heran.
"Iya! Tapi kelihatan kok kalau punya Mas Pram gedeeee.. banget! Menuh-menuhin bungkusnya. Tuh liat tuh sampe tanganku aja nggak muat megangnya." Sahutnya penuh nafsu yang tertahan.
"Apa lagi kalau.. kalau.. mmmm.." omongannya terputus.
"Apa..?" tanyaku penasaran.
"Nggak, apa lagi kalau.. masuk ke sini.." sambil tangannya menunjuk ke arah liang kemaluannya sendiri.
"Ke mana Sayang? hmm? ke sini?" sahutku sambil tanganku menyingkap roknya dan kembali meraba bukit kemaluan Esther yang tercukur rapi itu.
"Ssstt.. ouhhh.. yahhh.. oufsshh.." kembali dia merintih pelan.
"Kuemut ya Sayang?" tanpa menunggu jawaban dariku, Esther langsung membuka lebar mulutnya dan, "Ouuhh.. Godd!" aku merintih nikmat karena kepala kemaluanku sudah dalam jepitan bibir Esther yang terlihat seksi itu.
Sementara lidah Esther memainkan kepala kemaluanku, aku sibuk dengan jariku memainkan bagian puncak dari lubang kemaluannya, yang di situ bertengger daging kecil klitorisnya yang sudah amat tegang. Esther begitu mahir dengan permainan mulutnya yang naik turun yang mengeluar-masukkan batang kemaluanku di mulutnya. Aku terbuai dihempas badai kenikmatan dengan hisapan dan emutan Esther di seluruh kemaluanku. Sambil mataku tertutup, aku membayangkan, yahh.. pantas saja dia janda, tentu pintar membuat pasangannya kelonjotan begini! Tapi aku pun saat itu juga berpikir, aku pun juga piawai kalau hanya membuat wanita kelojotan.
Setelah 10 menit berlalu, kuangkat kepala Esther dan otomatis batang kemaluanku tercabut dari keganasan permainan mulut dan bibirnya. Kulihat batang kemaluanku basah oleh air liur Esther.
"Ada apa Mas? nggak enak ya?" tanyanya khawatir.
Aku tersenyum, "Nggak.. enak kok, tapi pengen gantian aja," jawabku singkat.
Esther masih keheranan dengan sikapku, lalu dia kusuruh merebahkan tubuhnya di sofa merah di ruanganku itu.
"Mau ngapain Mas.." tanya Esther belum hilang keheranannya, tapi dia mau menuruti kehendakku dengan merebahkan tubuhnya di sofa.
Aku cuma tersenyum lalu, "Coba deh ya?" jawabku.
Aku mulai mengecup lututnya yang terjuntai ke lantai, sementara rok mininya kutarik ke atas, hingga terpampanglah selangkangan Esther yang polos dan sangat menggairahkan itu. Perlahan kutelusuri paha kanannya dari lutut bagian luar kemudian masuk ke arah belakang lututnya terus merangkak naik. Lantas paha yang satunya pun tidak luput dari kecupan bibir dan jilatan lidahku, perlahan naik ke arah bukit kemaluannya disertai erangan dan rintihannya yang terputus-putus.
Seperti tersadar akan apa yang akan kulakukan, dia berujar, "Mas, ehhh.. Mas.. jangan!" sambil kedua telapak tangannya menutupi selangkangannya dan kedua pahanya dirapatkan.
"Kenapa Sayang..?" tanyaku.
Dia bangkit, "Jangan Mas.. soalnya kan.." dia tidak melanjutkan kata-katanya.
"Kenapa.." aku menunggu jawabannya.
"Soalnya.. Soalnya punyaku bau.." jawabnya malu-malu.
"Masa sih? Mana sini aku cobain, bau apa nggak!" kataku sambil berusaha merebahkan tubuhnya kembali di sofa.
Kembali Esther menuruti kehendakku merebahkan tubuhnya di sofa, tapi selangkangannya masih tertutup rapat dan tangannya masih menelungkupi bagian kemaluannya. Kembali lidah dan bibirku menelusuri bagian atas pahanya, sampai akhirnya bibirku menyentuh tangannya yang tetap tidak mau minggir itu.
"Mas.. ouhhh Mas.. jangan Mas.. punyaku bau Sayang.. jangan dong.. ouh sshhh.. aku malu.." katanya sambil terus diiringi rintihannya.
"Hmmm.." Aku cuma bergumam sambil terus menciumi tangannya. Perlahan namun pasti, akhirnya kedua telapak tangan Esther mau juga minggir dan berganti mengelus-elus pipiku. Sementara kedua pahanya masih tertutup rapat seolah belum mau memberi kesempatan pada lidahku untuk mencicipi lubang surga yang dimiliki Esther ini. Kusapu terus dengan lidahku daerah lipatan pubis Esther yang ditumbuhi bulu-bulu tercukur rapi itu. Mulai tercium aroma kemaluan wanita yang khas yang biasanya merebak jika wanita semacam Esther ini didera nafsu birahi yang hebat. Aku sangat yakin lubang kemaluan Esther ini pasti paling tidak sudah mengeluarkan beberapa tetes cairan pelumas.
Entah sadar atau tidak atau memang Esther sudah amat menginginkannya, dengan sedikit tenaga dari tanganku akhirnya perlahan terbuka juga kedua pahanya yang sudah 10 menit tertutup rapat. Dan semakin menyeruaklah bau harum yang khas yang dikeluarkan dan ditebarkan oleh cairan yang keluar dari lubang itu.
Kedua paha Esther belum terbuka maksimal, jadi bentuk kemaluannya masih terlihat garis lurus dengan bibir labia mayora di lubang kemaluannya masih menutupi misteri yang ada di situ. Sedikit demi sedikit kuresapi kebasahan yang melekat di bibir kemaluan Esther. Oh Tuhan, akhirnya aku bisa menikmati kemaluan Esther yang sudah sekian lama kuimpikan. Semakin lebar tanpa sadar Esther membuka pahanya, perlahan semakin terkuaklah bibir luar kemaluan Esther memperlihatkan lubang yang mulai menganga yang di atas pucuk kemaluan itu ada secuil daging kecil bertengger dengan indahnya seolah bergetar tak sabar menunggu keliaran dari lidah dan mulutku.
Dan, "Ouhhh.. Mas.. God! Yahh..! esstthh.." dari mulut Esther pecah rintihan keras begitu lidahku menjelajahi bagian dalam lubang kemaluannya, terus kusentil klitoris yang sedari tadi mengharapkannya. Setiap milimeter apa yang ada di liang kemaluan Esther tidak ada yang terlewati, kujilat dan terus kujilati.
Sekarang jemari di tangan Esther hanya bisa mengelus rambutku. Esther tambah kelonjotan saat lidahku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dan menjilati tonjolan-tonjolan daging yang ada di dalam sana. Lalu kembali lidahku menjilati bibir bagian dalam kemaluannya terus ke atas sampai menyentuh klitorisnya. Ada 5 menit aku memainkan klitorisnya. Sementara erangan Esther makin keras dan tubuhnya semakin bergetar hebat. Aku pun mengimbanginya dengan mulai menggigit-gigit kecil bibir kemaluannya dengan bibir dan gigiku. "Mass.. kamu hebat Sayang.. ouuhh yess.. Goddd.. terus.. ouufff.. Mas Pram.. sshhh.. yaahh.. teruss Sayang.."
Kembali ke arah daging kecil itilnya, bibirku mulai menghisap klitoris Esther di dalam mulutku, sambil diemut-emut seperti layaknya ngemut permen. Klitoris yang ada di dalam mulutku itu kuemut dengan lembut sementara lidahku memainkannya di dalam. "Yahhh.. terusss.. hisap itilku.. Ouuff ssh.. yang kuat Masss.. terus.. yahh begitu.. oouuhh Mas.. Mas Prammm.. aku belum pernah seenak ini Masss.. Aduuhhh.. pintar banget sih Mass.. Godd.." rintihan Esther seperti memberi semangat buatku untuk terus menjilati dan menghisap itilnya lebih kuat.
Tubuh Esther berkelonjotan ke sana ke mari, sementara jari-jarinya menjambak rambutku, dan di sela-sela lidahku yang makin ganas dan liar menghisap dan mengemut klitorisnya, tiba-tiba, "Sruutt.. sruttt.. gleekk.. sruutt.. sruuttt.." entah dari mana datangnya tiba-tiba mulutku dibanjiri cairan yang begitu banyaknya sampai aku kewalahan untuk menghindarinya karena Esther sekarang bukan lagi menarik-narik rambutku, tapi malah berusaha membenamkan wajahku di lubang kemaluannya dengan menekan kuat kepalaku pada selangkangannya, sementara kedua pahanya menjepit kuat kepalaku. "Teruss.. Sayang.. aduhh.. yahhh.. dikit lagi.. oouuhhh Goddd.. essshhh.. sedikit lagi Masss.. aduuhh nikmat sekali.. essttt.. ouufff.."
"Sreettt.. srrr.. seeerrttt.. glekk serrr.. gllekk.." mau tidak mau cairan yang disemburkan dari lubang kemaluan Esther itu kutelan, karena memang kepalaku oleh Esther dibenamkan di liang kemaluannya serta dijepit dengan kuat oleh kedua pahanya. Entah sudah berapa kali Esther menyemburkan cairan kenikmatan yang keluar membanjir masuk ke dalam mulutku. Dan entah berapa kali aku menelannya. Karena setiap kuhisap klitorisnya, saat itu pula cairan itu menyembur kuat masuk ke dalam mulutku terus masuk ke dalam kerongkonganku yang berarti otomatis tertelan olehku.
Tapi entah kenapa aku begitu menyukai rasa cairan yang dikeluarkan oleh lubang kemaluan Esther ini, jadi aku malah tambah bernafsu untuk menghisap habis cairan yang terus membanjiri di dalam mulutku. Aroma cairan yang keluar dari kemaluan Esther ini sungguh beda dari wanita yang pernah kucicipi. Rasa dan aromanya begitu harum, gurih dan rasanya tidak ada rasa dan aroma cairan di dunia ini yang seenak dan segurih yang dimiliki Esther ini. Mungkin setelah sekitar 10 kali semburan, cairan itu tidak terlalu kuat lagi menyembur, hanya berupa tetesan saja.
Sementara itu Esther pun sedang menikmati multi orgasmenya yang panjang dengan rintihan dan erangan yang tidak putus-putusnya. Sampai 3 menit kemudian, dia pun mengendorkan jepitan pahanya di kepalaku dan melepaskan cengkeraman tangannya juga di kepalaku. Aku yang tadi sulit bernafas, sekarang bisa mengambil nafas lega, dan kupandangi lubang kemaluan Esther yang terlihat merah dan sangat basah, di situ masih terlihat tetesan cairan yang tadi begitu derasnya menyerbu mulutku. Kulihat juga sofa di bawah selangkangan Esther basah ternoda oleh sisa cairan yang masih terus menetes. Kupikir ketimbang mengotori sofaku, kutampung sisa cairan yang masih menetes itu dengan kembali menjilati lubang kemaluan Esther. Kontan Esther merengek, "Mass.. udah Sayang.. aduuhhh.. Gelii.. oouuhh.. ouufff.. ssttt.. Geli Sayang.. udah dong.. aduh enak Mas.. aduhh.. aku nafsu lagi nih.."
Kemudian dia menarik tubuhku dan langsung mencium bibirku dengan ganasnya, padahal di mulutku masih banyak sisa cairannya sendiri. Aku pun berusaha menolaknya, seperti mengetahui pikiranku, Esther menimpali, "Hmmm.. enak juga cairanku ya Mas? Gurih ya?" dia terlihat mengecapkan mulutnya seperti mencicipi masakan yang luar biasa lezatnya. Aku pun menjawab, "Esther, betul-betul deh cairan kamu ini bener-bener luar biasa enaknya. Kayaknya nggak ada deh di dunia ini yang bisa menandingi kelezatan dan kegurihan yang dikeluarkan kemaluan kamu.." aku setengah merayu. Dia cuma memelukku manja, namun beberapa saat kemudian kulihat dari kedua mata Esther keluar air, (air mata?) "Aduuh Mas Pram, aku belum pernah mengalami sensasi yang barusan kamu berikan padaku, aku nggak mau pisah Mas.. jangan tinggalkan aku ya? Pleasee.. kawini aku, Mas.." dia berkata sambil sesunggukan berurai air mata, dan tangannya menyeka mulutku dengan tissue dari kebasahan yang tadi membanjiri mulutku.
Kulihat jam sudah pukul 9:30 malam, "Ayo sayang kita pulang, kasihan Rian menunggu kamu di rumah." bisikku. Lalu kami pun merapikan pakaian dan pulang menuju rumah Ester.
Sejak saat itu Esther menjadi Sephiaku dan kami pun sering mengulangi kejadian tersebut hingga akhirnya kami berpisah karena Esther telah dinikahi oleh orang lain. Begitulah nasib manusia, jodoh benar-benar berada di Tangan yang Kuasa.
TAMAT
Aku adalah seorang pimpinan sebuah Biro Perjalanan Wisata yang terhitung masih baru di negara ini. Panggil saja aku Pram. Aku seorang laki-laki yang masih bujangan walau umurku sudah 32 tahun.
Pertama aku menjalankan perusahaan ini, aku merekrut beberapa karyawan yang layaknya perusahaan travel tentu banyak wanitanya. Salah satu karyawanku itu sebutlah namanya Esther, adalah tangan kananku dalam menjalankan roda perusahaan ini. Dia cukup berpengalaman di bidang marketing dan operasional. Orangnya cantik, putih, berumur sekitar 28 tahun. Pertama aku meng-interview dia kujabat tangannya, "Selamat siang, perkenalkan nama saya Pram, Pramono."
Dia pun menyebutkan namanya, "Esther.." dengan nada suaranya yang agak serak, yang bagiku terdengar seksi.
"Boleh saya lihat CV anda?" tanyaku.
"Silakan Pak," sahutnya.
Aku pun mulai bertanya seperti layaknya pimpinan perusahaan yang sedang meng-interview calon karyawannya.
"Sepertinya anda cukup pengalaman di bidang travel, sudah berkeluarga ?" tanyaku penuh selidik.
"Sudah Pak," jawabnya singkat.
Lalu ditambahkan, "Saya sudah berputra satu."
"Ooo.. Oke anda diterima, kapan anda mulai bergabung dengan kami?" tanyaku lagi.
"Mungkin minggu depan, bagaimana Pak?" jawabnya, sambil memainkan matanya yang indah.
"Hmm.. boleh, selamat ya.." kataku sambil menjabat tangannya.
Begitulah, Esther sejak itu menjadi karyawanku, dimana sewaktu marketing aku selalu mengajak dia. Dia pun kelihatan senang kalau aku mengajaknya keluar.
Dari seringnya kami keluar bersama entah kenapa dia sering memancing omongan kearah yang lebih pribadi. Sampai akhirnya pada suatu saat aku terkejut begitu mengetahui dia ternyata sudah bercerai dengan suaminya. "Hah?! pantas aku nggak pernah melihat suami kamu.." aku hanya bisa geleng-geleng kepala. "Yah, beginilah kehidupan saya Pak, saya janda dengan anak satu, maafkan saya Pak, selama ini saya berbohong pada Bapak." Esther menyahut dengan tetesan air mata di pipinya. Aku tidak tahan dengan pemandangan itu, lalu kubelai rambutnya, entah setan dari mana aku memeluk dirinya. Ternyata dia pun malah menghamburkan tubuhnya di dadaku, dengan tangisnya yang semakin kencang.
Sejak saat itu aku semakin dekat dengan Esther, tapi tetap aku menjaga hubungan kami itu dari karyawan lain. Dimana kalau kami sedang berdua, dia memanggilku dengan sebutan, "Mas". Tapi kalau ada karyawan lain dia tetap memanggilku, "Pak".
Sampai sebulan kemudian, aku ditemani Esther kerja lembur di kantor. Kurang lebih pukul 8 malam, aku istirahat sambil duduk di sofa yang ada di ruanganku. Saat itu Esther terlihat cantik dengan rok mini dipadu blazer coklatnya. "Mas, ayo cepet pulang, Rian kasian di rumah," rengeknya. Oh ya, Rian itu adalah putra dari suaminya dulu.
"Iya.. ya sebentar aku capek nih," aku menjawab sambil tersenyum, lalu kutarik tangannya agar duduk di sebelahku. Kami pun terlibat obrolan tentang masa lalunya, yang memancing tangisnya pecah lagi.
"Sudahlah, kamu berhak melanjutkan hidup kamu, jangan kamu sia-siakan, kamu masih punya tanggung jawab terutama dengan Rian, iya kan?" hiburku sambil memeluknya.
Perlahan kucium rambutnya yang harum itu, kukecup bibirnya. Esther pun membalas disertai air matanya yang masih menetes di pipinya. Entah kenapa aku semakin berani dengan mengecup lehernya, Esther pun hanya merintih kegelian, tapi dibiarkan saja aku terus menjelajahi seantero lehernya.
Tadinya aku berpikir, sudah sekian lama dia tidak mendapatkan sentuhan laki-laki masak sih dia tidak ada keinginan untuk itu? Sambil deg-degan tanganku mencoba meraih kancing blazernya. Yess! Ternyata dia hanya merintih, "Ouhh.. Masss.." malah tangannya meraba pahaku. Mendapat respon seperti itu aku menjadi kegirangan, satu-satu kubuka kancing blazernya, dan kulihat blouse dalamnya yang ternyata berwarna kuning juga, tapi sangat transparan, sehingga terlihat BH yang berwarna hitam itu menerawang di balik blouse-nya.
Kulihat matanya meredup seolah mengharap aku bertindak lebih jauh. "Iya sayang aku tau, kamu sudah lama kan tidak pernah mendapat sensasi seperti ini?" aku berkata dalam hati. Pelan-pelan kancing blouse itu kubuka, tidak sampai satu menit terbuka semua kancing itu. Entah pura-pura atau apa Esther tiba-tiba menutup blouse yang sudah terlanjur terbuka itu.
"Kenapa?" tanyaku keheranan.
"Hmm.. malu, malu Mas.." jawabnya.
"Aku tau sayang, kamu sebenarnya menginginkannya kan?" tanyaku yakin.
Dia cuma diam, dan tanpa menunggu jawaban dari Esther, perlahan kusingkirkan tangannya dari dua bukit kembar yang masih tertutup kain segitiga hitamnya. Sambil kembali aku melumat bibirnya kutelusupkan jariku di celah BH-nya. Dan, tanpa kesulitan kutemukan tonjolan daging di puncak buah dadanya yang ternyata sudah keras. Karena jari-jariku kejepit BH yang mungkin kesempitan buatnya, kupaksakan keluar buah dadanya yang kanan keluar dari balik BH-nya. Benar juga dugaanku, BH yang kutaksir 34 itu ternyata masih agak kesempitan, karena begitu bukit daging itu menyeruak keluar besarnya kurang lebih sebesar jeruk bali, dengan putingnya yang merah kehitaman.
"Mas dibuka saja, nanti BH-ku rusak," kata Esther tiba-tiba.
Pucuk dicinta ulam pun tiba! gumamku. Karena pengalamanku yang sudah menggauli sekian banyak wanita, kalau hanya membuka BH dengan satu tangan sih mudah saja. Dan, kedua buah dada Esther sekarang terpampang tepat di depan wajahku. "Boleh?" aku bertanya seolah minta ijin darinya. Esther hanya tersenyum, dan dua detik kemudian bibirku sudah menyentuh puting susunya sebelah kanan sedang tangan kananku beroperasi pada yang satunya. Perlahan kumainkan lidahku di tonjolan puting susunya sambil kutarik-tarik dengan bibirku. Sedang tanganku sibuk memilin-milin dan meremas buah dada yang satunya.
Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Esther. "Ouuhhh.. Masss.. terus.." Entah sadar atau karena kebiasaan dengan suaminya dulu, Esther mendaratkan tangannya di atas selangkanganku. Dan tanpa diminta dia langsung meremas-remas tonjolan di balik reitsleting celanaku. Kontan daging panjang di balik celanaku itu membengkak. Aku berpikir tidak adil, kalau dia sudah berani memegang kemaluanku, kenapa aku cuma di sekitar dadanya? Aku pun mengarahkan tanganku yang tadi memainkan buah dadanya, ke pahanya.
Entah karena refleks atau apa, Esther pun seperti membuka jalan dengan membuka kedua pahanya. Otomatis rok kuning mini miliknya ikut terkuak. Dari cuma mengelus pahanya, tanganku pun menjalar ke atas sampai menyentuh secarik kain yang menutupi bukit pubis di selangkangannya. Perlahan kuelus bukit kecil itu. "Mass.. Ouughh.." rintihan Esther terdengar semakin keras.
Sementara mulutku masih asyik mengulum dan mengenyot puting Esther, jemariku rasanya tidak betah kalau hanya mengelus secarik celana dalamnya. Kutelusupkan jari-jariku masuk dari pinggir celana dalam Esther yang ternyata berwarna hitam juga. Dan, begitu menyentuh daging di balik celana dalamnya, jari-jariku disambut dengan kehangatan dan kelembaban yang dikeluarkan oleh kemaluannya.
Ada tiga menit aku mengelus bibir kemaluan Esther, perlahan dari bawah ke atas, terus bergantian, sampai tiba-tiba saja dia berdiri dan, "Mas.. ehmm sebentar ya?" ternyata dia melorotkan sendiri celana dalamnya, lalu dibuang begitu saja di lantai. Aku hanya melongo memperhatikan kelakuannya, "Aku takut celanaku basah.." sahutnya malu-malu. Aku pun tersenyum dibuatnya. "Iya nih belum apa-apa sudah lengket tanganku." godaku. Wajah Esther merah sambil mencubit perutku.
"Curang! Mas Pram curang! celana Mas belum dibuka." gerutunya cemberut yang dibuat-buat.
"Ya udah, so mau kamu gimana?" tanyaku pura-pura nggak ngerti.
"Iiihhh.. norak! Ayo dong dibuka!" rengeknya manja.
Aku cuma terkekeh dibuatnya, tapi aku pun menuruti kemauannya. Sambil dibantu Esther, celana panjangku akhirnya lepas. Sekarang aku cuma memakai celana dalam.
"Yang ini? Belum!" dia menunjuk ke arah celana dalamku.
"Usaha dong.." jawabku sekenanya. Tapi Esther cuma memandang tonjolan daging panjang yang masih tersimpan rapi di balik celana dalamku. Tangannya kembali menyentuh tonjolan tersebut. Diurut perlahan dari bawah ke atas, dan pada ujungnya dia memainkan jarinya sedemikian rupa sampai aku merem melek dibuatnya, "Hmmm.. yahh.. ouffsshhh.. pintar kamu Ther.." gantian aku dibuatnya merintih keenakan. Sementara mulut dan bibirnya memagut leherku dengan lembutnya.
Tidak lama kemudian, "Aku buka ya?" tanya Esther.
Aku cuma mengangguk, "Terserah kamu sshhh.. mau diemut juga boleh.. oouuhh.." kataku disertai rintihan.
Sedetik kemudian mencuatlah batang kemaluanku dengan gagahnya. Sambil terus mengurut dan meremas-remas kemaluanku, Esther memuji kemaluanku, "Wahhh.. pantas..!"
Aku heran, "Apanya yang pantas?"
"Nggak Mas, tapi jangan marah ya? Aku sering membayangkan itunya Mas Pram kalau lagi tegang, soalnya sering kalau ininya Mas Pram lagi tegang aku nggak sengaja ngeliat.." katanya sambil meremas agak kuat kemaluanku.
"Kan nggak kelihatan?" tanyaku heran.
"Iya! Tapi kelihatan kok kalau punya Mas Pram gedeeee.. banget! Menuh-menuhin bungkusnya. Tuh liat tuh sampe tanganku aja nggak muat megangnya." Sahutnya penuh nafsu yang tertahan.
"Apa lagi kalau.. kalau.. mmmm.." omongannya terputus.
"Apa..?" tanyaku penasaran.
"Nggak, apa lagi kalau.. masuk ke sini.." sambil tangannya menunjuk ke arah liang kemaluannya sendiri.
"Ke mana Sayang? hmm? ke sini?" sahutku sambil tanganku menyingkap roknya dan kembali meraba bukit kemaluan Esther yang tercukur rapi itu.
"Ssstt.. ouhhh.. yahhh.. oufsshh.." kembali dia merintih pelan.
"Kuemut ya Sayang?" tanpa menunggu jawaban dariku, Esther langsung membuka lebar mulutnya dan, "Ouuhh.. Godd!" aku merintih nikmat karena kepala kemaluanku sudah dalam jepitan bibir Esther yang terlihat seksi itu.
Sementara lidah Esther memainkan kepala kemaluanku, aku sibuk dengan jariku memainkan bagian puncak dari lubang kemaluannya, yang di situ bertengger daging kecil klitorisnya yang sudah amat tegang. Esther begitu mahir dengan permainan mulutnya yang naik turun yang mengeluar-masukkan batang kemaluanku di mulutnya. Aku terbuai dihempas badai kenikmatan dengan hisapan dan emutan Esther di seluruh kemaluanku. Sambil mataku tertutup, aku membayangkan, yahh.. pantas saja dia janda, tentu pintar membuat pasangannya kelonjotan begini! Tapi aku pun saat itu juga berpikir, aku pun juga piawai kalau hanya membuat wanita kelojotan.
Setelah 10 menit berlalu, kuangkat kepala Esther dan otomatis batang kemaluanku tercabut dari keganasan permainan mulut dan bibirnya. Kulihat batang kemaluanku basah oleh air liur Esther.
"Ada apa Mas? nggak enak ya?" tanyanya khawatir.
Aku tersenyum, "Nggak.. enak kok, tapi pengen gantian aja," jawabku singkat.
Esther masih keheranan dengan sikapku, lalu dia kusuruh merebahkan tubuhnya di sofa merah di ruanganku itu.
"Mau ngapain Mas.." tanya Esther belum hilang keheranannya, tapi dia mau menuruti kehendakku dengan merebahkan tubuhnya di sofa.
Aku cuma tersenyum lalu, "Coba deh ya?" jawabku.
Aku mulai mengecup lututnya yang terjuntai ke lantai, sementara rok mininya kutarik ke atas, hingga terpampanglah selangkangan Esther yang polos dan sangat menggairahkan itu. Perlahan kutelusuri paha kanannya dari lutut bagian luar kemudian masuk ke arah belakang lututnya terus merangkak naik. Lantas paha yang satunya pun tidak luput dari kecupan bibir dan jilatan lidahku, perlahan naik ke arah bukit kemaluannya disertai erangan dan rintihannya yang terputus-putus.
Seperti tersadar akan apa yang akan kulakukan, dia berujar, "Mas, ehhh.. Mas.. jangan!" sambil kedua telapak tangannya menutupi selangkangannya dan kedua pahanya dirapatkan.
"Kenapa Sayang..?" tanyaku.
Dia bangkit, "Jangan Mas.. soalnya kan.." dia tidak melanjutkan kata-katanya.
"Kenapa.." aku menunggu jawabannya.
"Soalnya.. Soalnya punyaku bau.." jawabnya malu-malu.
"Masa sih? Mana sini aku cobain, bau apa nggak!" kataku sambil berusaha merebahkan tubuhnya kembali di sofa.
Kembali Esther menuruti kehendakku merebahkan tubuhnya di sofa, tapi selangkangannya masih tertutup rapat dan tangannya masih menelungkupi bagian kemaluannya. Kembali lidah dan bibirku menelusuri bagian atas pahanya, sampai akhirnya bibirku menyentuh tangannya yang tetap tidak mau minggir itu.
"Mas.. ouhhh Mas.. jangan Mas.. punyaku bau Sayang.. jangan dong.. ouh sshhh.. aku malu.." katanya sambil terus diiringi rintihannya.
"Hmmm.." Aku cuma bergumam sambil terus menciumi tangannya. Perlahan namun pasti, akhirnya kedua telapak tangan Esther mau juga minggir dan berganti mengelus-elus pipiku. Sementara kedua pahanya masih tertutup rapat seolah belum mau memberi kesempatan pada lidahku untuk mencicipi lubang surga yang dimiliki Esther ini. Kusapu terus dengan lidahku daerah lipatan pubis Esther yang ditumbuhi bulu-bulu tercukur rapi itu. Mulai tercium aroma kemaluan wanita yang khas yang biasanya merebak jika wanita semacam Esther ini didera nafsu birahi yang hebat. Aku sangat yakin lubang kemaluan Esther ini pasti paling tidak sudah mengeluarkan beberapa tetes cairan pelumas.
Entah sadar atau tidak atau memang Esther sudah amat menginginkannya, dengan sedikit tenaga dari tanganku akhirnya perlahan terbuka juga kedua pahanya yang sudah 10 menit tertutup rapat. Dan semakin menyeruaklah bau harum yang khas yang dikeluarkan dan ditebarkan oleh cairan yang keluar dari lubang itu.
Kedua paha Esther belum terbuka maksimal, jadi bentuk kemaluannya masih terlihat garis lurus dengan bibir labia mayora di lubang kemaluannya masih menutupi misteri yang ada di situ. Sedikit demi sedikit kuresapi kebasahan yang melekat di bibir kemaluan Esther. Oh Tuhan, akhirnya aku bisa menikmati kemaluan Esther yang sudah sekian lama kuimpikan. Semakin lebar tanpa sadar Esther membuka pahanya, perlahan semakin terkuaklah bibir luar kemaluan Esther memperlihatkan lubang yang mulai menganga yang di atas pucuk kemaluan itu ada secuil daging kecil bertengger dengan indahnya seolah bergetar tak sabar menunggu keliaran dari lidah dan mulutku.
Dan, "Ouhhh.. Mas.. God! Yahh..! esstthh.." dari mulut Esther pecah rintihan keras begitu lidahku menjelajahi bagian dalam lubang kemaluannya, terus kusentil klitoris yang sedari tadi mengharapkannya. Setiap milimeter apa yang ada di liang kemaluan Esther tidak ada yang terlewati, kujilat dan terus kujilati.
Sekarang jemari di tangan Esther hanya bisa mengelus rambutku. Esther tambah kelonjotan saat lidahku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dan menjilati tonjolan-tonjolan daging yang ada di dalam sana. Lalu kembali lidahku menjilati bibir bagian dalam kemaluannya terus ke atas sampai menyentuh klitorisnya. Ada 5 menit aku memainkan klitorisnya. Sementara erangan Esther makin keras dan tubuhnya semakin bergetar hebat. Aku pun mengimbanginya dengan mulai menggigit-gigit kecil bibir kemaluannya dengan bibir dan gigiku. "Mass.. kamu hebat Sayang.. ouuhh yess.. Goddd.. terus.. ouufff.. Mas Pram.. sshhh.. yaahh.. teruss Sayang.."
Kembali ke arah daging kecil itilnya, bibirku mulai menghisap klitoris Esther di dalam mulutku, sambil diemut-emut seperti layaknya ngemut permen. Klitoris yang ada di dalam mulutku itu kuemut dengan lembut sementara lidahku memainkannya di dalam. "Yahhh.. terusss.. hisap itilku.. Ouuff ssh.. yang kuat Masss.. terus.. yahh begitu.. oouuhh Mas.. Mas Prammm.. aku belum pernah seenak ini Masss.. Aduuhhh.. pintar banget sih Mass.. Godd.." rintihan Esther seperti memberi semangat buatku untuk terus menjilati dan menghisap itilnya lebih kuat.
Tubuh Esther berkelonjotan ke sana ke mari, sementara jari-jarinya menjambak rambutku, dan di sela-sela lidahku yang makin ganas dan liar menghisap dan mengemut klitorisnya, tiba-tiba, "Sruutt.. sruttt.. gleekk.. sruutt.. sruuttt.." entah dari mana datangnya tiba-tiba mulutku dibanjiri cairan yang begitu banyaknya sampai aku kewalahan untuk menghindarinya karena Esther sekarang bukan lagi menarik-narik rambutku, tapi malah berusaha membenamkan wajahku di lubang kemaluannya dengan menekan kuat kepalaku pada selangkangannya, sementara kedua pahanya menjepit kuat kepalaku. "Teruss.. Sayang.. aduhh.. yahhh.. dikit lagi.. oouuhhh Goddd.. essshhh.. sedikit lagi Masss.. aduuhh nikmat sekali.. essttt.. ouufff.."
"Sreettt.. srrr.. seeerrttt.. glekk serrr.. gllekk.." mau tidak mau cairan yang disemburkan dari lubang kemaluan Esther itu kutelan, karena memang kepalaku oleh Esther dibenamkan di liang kemaluannya serta dijepit dengan kuat oleh kedua pahanya. Entah sudah berapa kali Esther menyemburkan cairan kenikmatan yang keluar membanjir masuk ke dalam mulutku. Dan entah berapa kali aku menelannya. Karena setiap kuhisap klitorisnya, saat itu pula cairan itu menyembur kuat masuk ke dalam mulutku terus masuk ke dalam kerongkonganku yang berarti otomatis tertelan olehku.
Tapi entah kenapa aku begitu menyukai rasa cairan yang dikeluarkan oleh lubang kemaluan Esther ini, jadi aku malah tambah bernafsu untuk menghisap habis cairan yang terus membanjiri di dalam mulutku. Aroma cairan yang keluar dari kemaluan Esther ini sungguh beda dari wanita yang pernah kucicipi. Rasa dan aromanya begitu harum, gurih dan rasanya tidak ada rasa dan aroma cairan di dunia ini yang seenak dan segurih yang dimiliki Esther ini. Mungkin setelah sekitar 10 kali semburan, cairan itu tidak terlalu kuat lagi menyembur, hanya berupa tetesan saja.
Sementara itu Esther pun sedang menikmati multi orgasmenya yang panjang dengan rintihan dan erangan yang tidak putus-putusnya. Sampai 3 menit kemudian, dia pun mengendorkan jepitan pahanya di kepalaku dan melepaskan cengkeraman tangannya juga di kepalaku. Aku yang tadi sulit bernafas, sekarang bisa mengambil nafas lega, dan kupandangi lubang kemaluan Esther yang terlihat merah dan sangat basah, di situ masih terlihat tetesan cairan yang tadi begitu derasnya menyerbu mulutku. Kulihat juga sofa di bawah selangkangan Esther basah ternoda oleh sisa cairan yang masih terus menetes. Kupikir ketimbang mengotori sofaku, kutampung sisa cairan yang masih menetes itu dengan kembali menjilati lubang kemaluan Esther. Kontan Esther merengek, "Mass.. udah Sayang.. aduuhhh.. Gelii.. oouuhh.. ouufff.. ssttt.. Geli Sayang.. udah dong.. aduh enak Mas.. aduhh.. aku nafsu lagi nih.."
Kemudian dia menarik tubuhku dan langsung mencium bibirku dengan ganasnya, padahal di mulutku masih banyak sisa cairannya sendiri. Aku pun berusaha menolaknya, seperti mengetahui pikiranku, Esther menimpali, "Hmmm.. enak juga cairanku ya Mas? Gurih ya?" dia terlihat mengecapkan mulutnya seperti mencicipi masakan yang luar biasa lezatnya. Aku pun menjawab, "Esther, betul-betul deh cairan kamu ini bener-bener luar biasa enaknya. Kayaknya nggak ada deh di dunia ini yang bisa menandingi kelezatan dan kegurihan yang dikeluarkan kemaluan kamu.." aku setengah merayu. Dia cuma memelukku manja, namun beberapa saat kemudian kulihat dari kedua mata Esther keluar air, (air mata?) "Aduuh Mas Pram, aku belum pernah mengalami sensasi yang barusan kamu berikan padaku, aku nggak mau pisah Mas.. jangan tinggalkan aku ya? Pleasee.. kawini aku, Mas.." dia berkata sambil sesunggukan berurai air mata, dan tangannya menyeka mulutku dengan tissue dari kebasahan yang tadi membanjiri mulutku.
Kulihat jam sudah pukul 9:30 malam, "Ayo sayang kita pulang, kasihan Rian menunggu kamu di rumah." bisikku. Lalu kami pun merapikan pakaian dan pulang menuju rumah Ester.
Sejak saat itu Esther menjadi Sephiaku dan kami pun sering mengulangi kejadian tersebut hingga akhirnya kami berpisah karena Esther telah dinikahi oleh orang lain. Begitulah nasib manusia, jodoh benar-benar berada di Tangan yang Kuasa.
TAMAT
Saturday, February 11, 2012
Pesta untuk Rita
Malam itu Rita pulang agak terlambat dari tempat kerjanya. Sekitar jam 8 malam Rita menunggu bis sendirian di halte seberang kantornya. Tanpa diketahuinya, sebuah mobil van berkaca gelap telah mengamati dirinya dari jauh. Tiba-tiba sebuah van tersebut berhenti di depan halte tersebut dan Rita langsung diseret masuk ke dalam dan van kembali dijalankan. Di dalam van tersebut sudah ada enam orang pria dan Rita dipaksa untuk menuruti kemauan mereka. Rita duduk kursi bagian tengah dimana ia diapit oleh dua orang, dan tanpa basa-basi lagi dua orang tersebut langsung menggerayangi Rita dengan brutal.
Diperjalanan Rita dipaksa duduk dalam posisi mengangkang dan kedua orang tersebut mulai bergantian memasukkan tangannya dibalik rok span Rita sambil meremas-remas paha dan selangkangan Rita, hingga akhirnya kedua orang tersebut sudah tidak tahan lagi dan memaksa Rita mengocok batang kejantanan mereka bergantian. Rita dipaksa melingkarkan tangannya di batang kejantanan mereka kiri dan kanan dan dipaksa mengocoknya. Belum lagi selesai dikocok mobil sudah sampai di tujuan dan Rita langsung dipaksa masuk ke dalam rumah mereka, dan betapa kagetnya Rita ketika masuk ke dalam rumah tersebut, karena di sana sudah menunggu 30 orang lagi untuk mengantri Rita. Total 36 orang akan mengerjai Rita.
Rita didudukkan di kursi diantara mereka duduk dan mulailah mereka mengerjai Rita. Rita dipaksa membuka kancing bajunya sendiri hingga akhirnya blous Rita dilepaskan dari badannya, sementara yang lainnya mengobok-ngobok selangkangan Rita sambil menaikkan rok span Rita ke atas hingga celana dalamnya terlihat jelas. Sekarang Rita hanya memakai BH dan celana dalam saja serta sepatu hak tinggi yang dikenakannya. Mulailah Rita diobok-obok oleh mereka. Rita dipaksa duduk mengangkang dan dengan brutal mereka bergantian memaksa Rita untuk mengulum batang kejantanan mereka bergantian. Mulut Rita sibuk maju mundur mengulum batang kejantanan mereka, sementara kedua tangannya mengocok batang kejantanan kiri dan kanan. Cup BH Rita dibetot ke bawah hingga payudaranya tersembul keluar, lalu mereka bergantian menjepitkan batang kejantanan mereka di belahan payudara Rita dan mengocoknya turun naik. Bosan dengan gaya duduk, Rita dipaksa nungging, bagian selangkangan celana dalam Rita dikesampingkan dan langsung saja salah seorang dari mereka menyetubuhi Rita dari belakang, sementara 10 orang yang lainnya antri di belakang orang tersebut untuk mendapat giliran mengocok batang kejantanannya di liang kemaluan Rita.
Tiba-tiba dari arah depan, salah seorang memegang rambut dan kepala Rita hingga tidak dapat bergerak, ia mengeluarkan batang kejantanannya dan menampar-namparkannya di wajah Rita hingga ngaceng keras, kemudian memaksa Rita untuk segera mengulumnya. Lelaki tadi mulai mendorong dan menarik kepala Rita. Kepala Rita digerakkan maju mundur tanpa henti, terus menerus. Sepuluh orang antri di depan Rita untuk disepong oleh Rita. Mereka bergantian memasukkan kejantanan mereka ke mulut Rita sambil menampar-nampar wajah Rita dengan batang kejantanan mereka.
Setelah dua jam memperkosa Rita. Rita diistirahatkan selama setengah jam. Salah seorang mengambil minuman dan sepotong puding dari kulkas. Ternyata minuman tersebut adalah satu gelas air mani kental hasil pengocokan penis dari beberapa orang. Beberapa orang bergantian menyuapi Rita dengan puding yang kuahnya diambil dari gelas tersebut. Puding sperma dicekoki ke mulut Rita hingga tandas, dan Rita dipaksa minum air mani dingin tersebut hingga tak bersisa. Rita langsung mual-mual dan ingin muntah, namun oleh mereka Rita langsung diberi minum air putih.
Salah seorang mengambil 3 buah gelas berkaki yang agak besar dan mulailah mereka mengocok ramai-ramai di depan wajah Rita. Rita kembali dipaksa mengulum batang kejantanan dan disetubuhi beramai-ramai. Wajah Rita bergantian ditekan-tekan ke arah selangkangan mereka hingga batang kejantanan mereka terjepit diantara selangkangan dan wajah Rita. Ketika air mani mereka ingin muncrat keluar mereka mengumpulkannya di gelas tersebut. Tiga puluh enam porsi air mani terkumpul di dalam tiga gelas penuh, lalu disimpan sebentar dalam lemari es, agar lebih nikmat.
Setelah istirahat satu jam Rita kembali dikerjain. Seperti biasa, mereka hobi memuncratkan air mani di wajah wanita yang mereka perkosa. Rita dipaksa duduk di kursi dengan rileks, cup BH Rita di turunkan ke bawah hingga payudaranya tersembul keluar. Beberapa orang mengambil celana dalam mereka masing-masing, kemudian duduk di samping kiri dan kanan Rita. Dari bawah kursi mereka menarik sebuah baskom berukuran sedang yang ternyata isinya air mani yang dicampur dengan air sagu kurang lebih setengah liter yang sudah mereka kumpulkan berhari-hari sebelumnya. Salah seorang mencelupkan celana dalamnya ke baskom berisi air mani basi tersebut lalu Rita dipaksa membuka mulutnya dan langsung saja celana dalam yang sudah bermandikan air mani disumpalkan ke dalam mulut Rita hingga melesak semua ke dalam sambil ditekan-tekan supaya air mani tersebut meresap ke tenggorokan Rita. Secara bergantian mereka berbuat hal yang sama hingga air mani di dalam baskom habis, bahkan salah seorang memaksa Rita memasukkan sendiri celana dalam yang berlumuran mani tersebut ke dalam mulutnya.
Setelah puas menyumpalkan celana dalam di mulut Rita, kini mereka berdiri mengelilingi Rita sambil mengocok kemaluannya masing-masing. Rita tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali menuruti kemauan mereka. Satu persatu dari mereka mulai memuncratkan air maninya di wajah Rita. Batang kejantanan mereka diarahkan ke wajah Rita, bahkan ada yang memukul-mukulkan kemaluannya di wajah Rita hingga air maninya berhamburan di wajah Rita. Ada yang menekan-nekan wajah Rita ke selangkangan mereka hingga mereka ejakulasi dan air maninya berantakan di wajah Rita. Sebagian dari mereka bergantian memaksa Rita mengisap kemaluan mereka dalam-dalam hingga mentok dan buah zakar mereka bergelantungan di depan bibir Rita dan mereka mengeluarkan air mani mereka di dalam mulut Rita dan kembali Rita dipaksa menelan semua air mani yang keluar, bahkan hingga menetes keluar dari sudut mulut Rita. Sebagian lagi menyuruh Rita membuka mulutnya dan mereka mengarahkan batang kejantanan mereka ke mulut Rita kemudian menyemprotkan air maninya ke mulut Rita hingga berantakan di depan bibir Rita. Beberapa orang dari mereka muncrat sangat banyak hingga membuat garis putih kental dari dahi hingga ke bibir Rita. Salah seorang mengambil sendok kecil lalu menyendoki air mani yang berantakan di wajah dan payudara Rita dan Rita dipaksa menelan air mani tersebut hingga bersih tak tersisa.
Selesai memuncratkan sperma di wajah Rita mereka mengambil tiga gelas air mani yang tadi disimpan di lemari es. Dalam keadaan masih berlepotan sperma, kembali Rita dipaksa meminum air mani dari gelas pertama hingga tandas, Rita pun sampai muntah-muntah, namun mereka tidak peduli. Gelas kedua dituangkan di wajah Rita hingga berhamburan di seluruh wajah dan rambutnya hingga menetes di pundak dan payudaranya. Dua orang menyendoki sperma yang berlepotan tersebut dan menyuapinya ke mulut Rita, hingga semua sperma yang berlepotan tersebut habis.
Selesai diperkosa dan mandi sperma, Rita kembali disuruh berpakaian dan diantar pulang dan diturunkan di daerah dekat rumahnya. Sebelum diturunkan di jalan, orang yang mengantar Rita meminta Rita untuk melepas celana dalam dan BH-nya sebagai kenang-kenangan. Tanpa basa-basi orang tersebut langsung merogohkan tangannya ke dalam rok Rita dan langsung menarik turun celana dalam Rita. Sementara itu Rita terpaksa membuka blousnya kembali untuk melepas BH-nya. Rita diturunkan dijalan tak jauh dari rumahnya tanpa mengenakan BH dan celana dalam.
Tamat
Diperjalanan Rita dipaksa duduk dalam posisi mengangkang dan kedua orang tersebut mulai bergantian memasukkan tangannya dibalik rok span Rita sambil meremas-remas paha dan selangkangan Rita, hingga akhirnya kedua orang tersebut sudah tidak tahan lagi dan memaksa Rita mengocok batang kejantanan mereka bergantian. Rita dipaksa melingkarkan tangannya di batang kejantanan mereka kiri dan kanan dan dipaksa mengocoknya. Belum lagi selesai dikocok mobil sudah sampai di tujuan dan Rita langsung dipaksa masuk ke dalam rumah mereka, dan betapa kagetnya Rita ketika masuk ke dalam rumah tersebut, karena di sana sudah menunggu 30 orang lagi untuk mengantri Rita. Total 36 orang akan mengerjai Rita.
Rita didudukkan di kursi diantara mereka duduk dan mulailah mereka mengerjai Rita. Rita dipaksa membuka kancing bajunya sendiri hingga akhirnya blous Rita dilepaskan dari badannya, sementara yang lainnya mengobok-ngobok selangkangan Rita sambil menaikkan rok span Rita ke atas hingga celana dalamnya terlihat jelas. Sekarang Rita hanya memakai BH dan celana dalam saja serta sepatu hak tinggi yang dikenakannya. Mulailah Rita diobok-obok oleh mereka. Rita dipaksa duduk mengangkang dan dengan brutal mereka bergantian memaksa Rita untuk mengulum batang kejantanan mereka bergantian. Mulut Rita sibuk maju mundur mengulum batang kejantanan mereka, sementara kedua tangannya mengocok batang kejantanan kiri dan kanan. Cup BH Rita dibetot ke bawah hingga payudaranya tersembul keluar, lalu mereka bergantian menjepitkan batang kejantanan mereka di belahan payudara Rita dan mengocoknya turun naik. Bosan dengan gaya duduk, Rita dipaksa nungging, bagian selangkangan celana dalam Rita dikesampingkan dan langsung saja salah seorang dari mereka menyetubuhi Rita dari belakang, sementara 10 orang yang lainnya antri di belakang orang tersebut untuk mendapat giliran mengocok batang kejantanannya di liang kemaluan Rita.
Tiba-tiba dari arah depan, salah seorang memegang rambut dan kepala Rita hingga tidak dapat bergerak, ia mengeluarkan batang kejantanannya dan menampar-namparkannya di wajah Rita hingga ngaceng keras, kemudian memaksa Rita untuk segera mengulumnya. Lelaki tadi mulai mendorong dan menarik kepala Rita. Kepala Rita digerakkan maju mundur tanpa henti, terus menerus. Sepuluh orang antri di depan Rita untuk disepong oleh Rita. Mereka bergantian memasukkan kejantanan mereka ke mulut Rita sambil menampar-nampar wajah Rita dengan batang kejantanan mereka.
Setelah dua jam memperkosa Rita. Rita diistirahatkan selama setengah jam. Salah seorang mengambil minuman dan sepotong puding dari kulkas. Ternyata minuman tersebut adalah satu gelas air mani kental hasil pengocokan penis dari beberapa orang. Beberapa orang bergantian menyuapi Rita dengan puding yang kuahnya diambil dari gelas tersebut. Puding sperma dicekoki ke mulut Rita hingga tandas, dan Rita dipaksa minum air mani dingin tersebut hingga tak bersisa. Rita langsung mual-mual dan ingin muntah, namun oleh mereka Rita langsung diberi minum air putih.
Salah seorang mengambil 3 buah gelas berkaki yang agak besar dan mulailah mereka mengocok ramai-ramai di depan wajah Rita. Rita kembali dipaksa mengulum batang kejantanan dan disetubuhi beramai-ramai. Wajah Rita bergantian ditekan-tekan ke arah selangkangan mereka hingga batang kejantanan mereka terjepit diantara selangkangan dan wajah Rita. Ketika air mani mereka ingin muncrat keluar mereka mengumpulkannya di gelas tersebut. Tiga puluh enam porsi air mani terkumpul di dalam tiga gelas penuh, lalu disimpan sebentar dalam lemari es, agar lebih nikmat.
Setelah istirahat satu jam Rita kembali dikerjain. Seperti biasa, mereka hobi memuncratkan air mani di wajah wanita yang mereka perkosa. Rita dipaksa duduk di kursi dengan rileks, cup BH Rita di turunkan ke bawah hingga payudaranya tersembul keluar. Beberapa orang mengambil celana dalam mereka masing-masing, kemudian duduk di samping kiri dan kanan Rita. Dari bawah kursi mereka menarik sebuah baskom berukuran sedang yang ternyata isinya air mani yang dicampur dengan air sagu kurang lebih setengah liter yang sudah mereka kumpulkan berhari-hari sebelumnya. Salah seorang mencelupkan celana dalamnya ke baskom berisi air mani basi tersebut lalu Rita dipaksa membuka mulutnya dan langsung saja celana dalam yang sudah bermandikan air mani disumpalkan ke dalam mulut Rita hingga melesak semua ke dalam sambil ditekan-tekan supaya air mani tersebut meresap ke tenggorokan Rita. Secara bergantian mereka berbuat hal yang sama hingga air mani di dalam baskom habis, bahkan salah seorang memaksa Rita memasukkan sendiri celana dalam yang berlumuran mani tersebut ke dalam mulutnya.
Setelah puas menyumpalkan celana dalam di mulut Rita, kini mereka berdiri mengelilingi Rita sambil mengocok kemaluannya masing-masing. Rita tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali menuruti kemauan mereka. Satu persatu dari mereka mulai memuncratkan air maninya di wajah Rita. Batang kejantanan mereka diarahkan ke wajah Rita, bahkan ada yang memukul-mukulkan kemaluannya di wajah Rita hingga air maninya berhamburan di wajah Rita. Ada yang menekan-nekan wajah Rita ke selangkangan mereka hingga mereka ejakulasi dan air maninya berantakan di wajah Rita. Sebagian dari mereka bergantian memaksa Rita mengisap kemaluan mereka dalam-dalam hingga mentok dan buah zakar mereka bergelantungan di depan bibir Rita dan mereka mengeluarkan air mani mereka di dalam mulut Rita dan kembali Rita dipaksa menelan semua air mani yang keluar, bahkan hingga menetes keluar dari sudut mulut Rita. Sebagian lagi menyuruh Rita membuka mulutnya dan mereka mengarahkan batang kejantanan mereka ke mulut Rita kemudian menyemprotkan air maninya ke mulut Rita hingga berantakan di depan bibir Rita. Beberapa orang dari mereka muncrat sangat banyak hingga membuat garis putih kental dari dahi hingga ke bibir Rita. Salah seorang mengambil sendok kecil lalu menyendoki air mani yang berantakan di wajah dan payudara Rita dan Rita dipaksa menelan air mani tersebut hingga bersih tak tersisa.
Selesai memuncratkan sperma di wajah Rita mereka mengambil tiga gelas air mani yang tadi disimpan di lemari es. Dalam keadaan masih berlepotan sperma, kembali Rita dipaksa meminum air mani dari gelas pertama hingga tandas, Rita pun sampai muntah-muntah, namun mereka tidak peduli. Gelas kedua dituangkan di wajah Rita hingga berhamburan di seluruh wajah dan rambutnya hingga menetes di pundak dan payudaranya. Dua orang menyendoki sperma yang berlepotan tersebut dan menyuapinya ke mulut Rita, hingga semua sperma yang berlepotan tersebut habis.
Selesai diperkosa dan mandi sperma, Rita kembali disuruh berpakaian dan diantar pulang dan diturunkan di daerah dekat rumahnya. Sebelum diturunkan di jalan, orang yang mengantar Rita meminta Rita untuk melepas celana dalam dan BH-nya sebagai kenang-kenangan. Tanpa basa-basi orang tersebut langsung merogohkan tangannya ke dalam rok Rita dan langsung menarik turun celana dalam Rita. Sementara itu Rita terpaksa membuka blousnya kembali untuk melepas BH-nya. Rita diturunkan dijalan tak jauh dari rumahnya tanpa mengenakan BH dan celana dalam.
Tamat
Subscribe to:
Posts (Atom)