Pages

Saturday, December 24, 2011

Sales girl

Pagi ini aku duduk di depan rumah ketika tiba-tiba lewat di depanku Siska, seorang cewek yang bekerja sebagai penjual kosmetik di sebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya bisa mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya. Siska benar-benar cewek yang seksi sekali, badannya tidak terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok. Keberaniannya untuk memakai rok mini membuatku selalu ingin mengetahui apa yang ada di balik roknya yang sangat minim itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa di jalan saja. Namun saat ini, ketika isteriku tidak di rumah dan keadaan benar-benar sepi, keberanianku mendadak muncul.

Saat itu Siska yang sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh. Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali dan mendatangiku. Di depan pintu pagar ia bertanya sopan.
"Ada apa Oom, kok tumben manggil".
Aku hanya tersenyum dan membalasnya, "Kamu mau masuk kerja ya, kok udah rapi jam berapa sih masuknya.., mampir dulu dong".
Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yang putih tidak terlalu kena make up namun justru memancarkan keseksiannya sebagai akibat dari rok mini serta blouse yang dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan kalau memang dia berangkat agak pagi karena mau mampir ke rumah temannya untuk suatu keperluan.

Aku mempersilakan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya, "Ibu dimana.., kok sepi..", Aku jawab dengan ringan kalau isteriku sedang keluar kota. Kulihat dia hanya mengangguk-angguk saja, kugiring dia duduk di teras samping rumahku yang lebar dan rimbun itu.
"Kita duduk di sini saja ya, biar santai, sambil saya ganti pakaian dulu". Dia segera duduk disofa sambil tangannya meraih majalah yang ada di situ. Aku jadi agak senang, karena majalah yang diraihnya itu adalah majalah porno yang aku dapat dari luar negeri. Di dalam aku segera mengganti piyamaku dengan kaos dan celana pendek tanpa celana dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati keseksiannya.

Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yang menjadi perhatiannya, ternyata gambar cewek yang sedang dijilati vaginanya. Dengan bergaya tidak tahu aku segera duduk di depannya.
Siska tertawa menyeringai sambil berkata: "Aduh Oom majalahnya kok serem sekali ya".
Aku tidak menanggapi, tetapi aku hanya tersenyum saja. Aku membuka omongan dengan menanyakan di mana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yang kira-kira bisa aku pakai dari omong-omong itu aku tahu kalau dia bekerja di Sarinah dicounter kosmetik mahal untuk pria. Dalam sekejap aku sudah menghabiskan uang 800 ribu untuk memesan kosmetik pada dia. Siska sangat senang karena aku demikian boros membelanjakan uangku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tidak, duduknya mulai tidak rapi sehingga pahanya agak renggang. Saat itu aku sekilas melihat celana dalamnya yang berwarna kuning, penisku langsung bergetar karena pemandangan yang sekilas itu.

Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam pengaruhku, akupun mulai melaksanakan jebakan yang aku rencanakan tadi.
"Siska, kamu suka berenang nggak?, Dia menjawab spontan.., suka sekali Oom kenapa ya?
Aku menjawab lagi, "Enggak Oom punya baju renang yang bagus sekali yang Oom beli di Amerika, tetapi Tante tidak berani memakainya, kamu mau ya?".
"Mau saja Oom, asalkan tante nggak marah kan?".

Aku segera mengambil pakaian renang yang aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yang seksi dan kuberikan kepada beberapa kenalanku yang berani memakainya, saat ini aku masih mempunyai beberapa buah dan kupilih yang paling seksi buat Siska. Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar-benar akan membuat tubuh yang memakainya jadi menonjolkan keseksiannya.

Ketika kutunjukkan pada Siska, matanya berbinar-binar.., "Aduh Oom bagus sekali ya, tetapi ini pasti mahal sekali harganya".
Aku hanya mengangguk kataku, "Biar mahal kalau yang memakai pantas kan jadi tambah bagus. Kalau Siska nggak keberatan, Oom kepengen lihat Siska pakai pakaian renang ini mau kan?"

Siska pertamanya agak ragu-ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya, dimana saya bisa ganti Oom. Di sini saja di ruang tamu, aku sengaja menunjuk ke dalam ruang tamuku.
"Oom tunggu disini ya", katanya. Aku hanya mengangguk dan Siska masuk ke ruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tidak masuk ke dalam melihat Siska ganti, karena aku kuatir dia lepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar-debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tidak kunjung keluar juga.

Tiba-tiba kudengar Siska memanggilku, "Oom, Oom ke sini saja Siska malu keluar". Aku tergesa-gesa masuk ke ruang tamuku. Kulihat pakaian Siska bergeletakan di lantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yang aku berikan itu. Benar-benar pas buat Siska, buah dadanya yang besar itu menggantung manja di balik pakaian renang itu dan dari samping sebagian buah dadanya menyembul keluar. Secara tiba-tiba Siska mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan letak rambutnya yang kacau, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. penisku langsung tegak penuh melihat ketiak Siska ini, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku agar keluar keteras.

"Di sini lebih jelas Siska, kan pakaian renang memakainya di luar ruangan bukan di dalam". Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu. Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yang hanya dilapisi pakaian renang itu. Ternyata pakaian renang itu tidak dapat menyembunyikan puting susunya yang tampak menonjol itu dan juga potongannya yang berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Siska yang hitam keriting itu keluar di sisi paha tanpa disadari oleh pemiliknya.
Aku tertawa sambil berkata, "Aduh Siska.., bulumu luar biasa ya.., sampai keluar semua tuh!". Siska agak terkejut dan melihat kearah yang kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi.
"Memangnya lebat ya Sis kok sampai keluar semua.
Siska menjawab enteng juga, "Habis pakaian renangnya seksi sih jadi ya mestinya di cukur sedikit biar nggak keluar semua".
Aku bilang pada Siska, "Sudah Sis sana kamu ganti saja dengan pakaianmu sendiri".

Kalau tadi aku tidak mengikuti ketika Siska mencoba pakaian renang, saat ini aku ikut masuk dan menunggunya ganti.
Siska berkata, "Lho Oom kenapa kok di sini.., Oom keluar dulu dong Siska mau ganti", katanya manja.
Aku diam saja, "Sudahlah apa bedanya telanjang dengan pakai pakaian renang ini, toh Oom sudah bisa membayangkan di dalamnya".
Siska memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat. Mataku terbelalak melihat buah dadanya yang montok dan bulu vaginanya yang lebat itu, benar-benar di luar ukuran, super lebat dan gondrong.

Aku sudah tak tahan lagi dengan sigap aku berdiri dan mendekati Siska, kuremas payudaranya dan kucium bibirnya. Siska hanya pasrah saja, tanpa tunggu komando lagi celanaku langsung kulepaskan dan kusuruh Siska memegang penisku. Siska langsung menggenggamnya dengan halus, aku yang sudah bernafsu segera menarik Siska pelan-pelan ke sofa sambil tetap berciuman dan Siska masih menggenggam penisku. Ketika aku sudah berhasil duduk di sofa, kusuruh Siska duduk di pangkuanku dan kuselipkan penisku di bibir vaginanya. Dengan sekali tekan, penisku amblas di liang vagina Siska.

Ternyata Siska memang betul-betul sudah tidak perawan, tetapi vaginanya masih terasa seret.., mungkin masih jarang dipakai. Gerakan pantat Siska cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memelukku erat-erat. Kurasakan hangatnya liang vagina Siska yang masih peret itu, geseran buah dadanya di dadaku membuatku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Siska yang menduduki penisku, aku kuatir kalau aku akan cepat ambrol, dengan tergesa gesa kudorong Siska sehingga ia berdiri dan terlepaslah penisku dari liang vaginanya.

Aku mendudukkan dia di atas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat vaginanya terkuak lebar dengan bibirnya yang berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari vaginanya sendiri. Langsung saja lidahku menjilati clitoris Siska yang membengkak seperti kacang tanah itu. Siska menggeliat sambil merintih, bulu vaginanya yang lebat kusisihkan ke samping sehingga lidahku makin leluasa menyusuri tepi bibir vagina Siska untuk kemudian ujung lidahku kumasukkan ke liang vaginanya yang menganga itu. Siska betul-betul tidak tahan dengan jilatanku ini, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri, sedang mulutnya merintih-rintih.

Ketika kulihat lendir vagina Siska sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Siska, saat itu tiba-tiba saja Siska menangkap penisku dan langsung di masukkannya ke dalam mulutnya, dihisapnya penisku kuat kuat. Kuluman Siska tidak terlalu nikmat, tetapi aku tertegun melihat Siska yang begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yang indah sekali buah dada Siska berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yang dipulas lipstick tipis mengulum penisku. Tak tahan dengan semua ini segera kucabut penisku dari bibir Siska dan kudorong Siska hingga terbaring, pelan-pelan kuletakkan penisku di bibir vaginanya yang berbulu lebat itu, Siska membantuku dengan menyibakkan bulu vaginanya serta menguakkan vaginanya, pelan-pelan aku menusukkan penisku untuk merasakan liang vagina Siska yang hangat itu sampai akhirnya penisku mencapai dasar vagina Siska. Siska mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar ke kiri dan berganti ke kanan. Aku tidak sempat merojokkan penisku, karena goyangan Siska yang alami membuat aku tidak mampu menahan rasa nikmat yang luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap puting susunya sementara air maniku menyembur keluar oleh sedotan dan goyangan Siska itu. Aku tahu kalau Siska belum mencapai kepuasan, tetapi aku tidak peduli, yang penting aku puas dan aku sudah membayarnya.

Benar saja, setelah beberapa lama aku terhanyut oleh rasa nikmat yang diberikannya, Sisca segera mendorongku dan mengatakan kalau dia mau segera pergi, bahkan dia minta ijin padaku untuk mandi terlebih dahulu. Aku hanya mengiakan apa yang diminta Siska, rasanya aku masih terbius oleh semua ini. Satu kalimat yang aku pesankan pada Siska, sering-seringlah mampir, pasti ada bonus yang menarik untuknya bila selalu membuatku puas seperti pagi ini

TAMAT


No comments:

Post a Comment