Pages

Saturday, February 2, 2013

Mbak Titis aduhai - 2

Awek Pantat Panas CantikSesampai di dalam rumah aku tidak menemukan siapa pun. Dimana Mbak Titis, pikirku. Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. Kosong juga. Wah, di mana nih. Perlahan aku berjalan ke dapur sambil berharap cemas. Kalo udah pada tidur ya aku pulang aja. Sampai aku dikejuntukan oleh sepasang tangan yang melingkar dipinggangku dari belakang.
"malam ini temenin Mbak ya", terdengar bisikan di telingaku.
Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Titis dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Titis persis di depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Titis. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Titis menghembuskan nafas. Aku benar-benar dibuat terpesona.
Mbak Titis sudah berganti pakaian dengan kimono warna pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Titis. Tidak ada perlawanan dari Mbak Titis. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Titis beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Titis meremas lembut kemejaku. Aku mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Titis. Kuusap perlahan punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulut Mbak Titis. Bibir Mbak Titis lembut sekali, wangi dan itu membuatku semakin bernapsu.


Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak Titis semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. Setelah ketemu, kuloloskan talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono tersebut merosot sedikit menjuntai ke lantai.

Kumundurkan tubuhku dan nampaklah pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai ama yang kuharapkan. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34a. Tapi aku suka banget ama yang segitu.
"Dimas Kenapa berhenti?", ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Titis dan berlutut di depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Titis. Yang kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Titis. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Titis. Mbak Titis hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. Mbak Titis terus mendesis sampai suatu saat Mbak Titis hampir terduduk karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya.
Aku bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Titis di tembok dapur dengan posisi tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Titis. Tangan kanan Mbak Titis mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Titis berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Titis semakin mendesis tidak karuan.
"Oh... Mas... Shh... sh..."
Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Titis.
Oughhh... Mbak Titis melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Titis, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Titis bergetar menerima sapuan hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu.
"Ouhh... Mas...", tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai menghisap gundukan indah Mbak Titis.
"oh... Sshh... Sshh... Mas... enak banget mas...", desah Mbak Titis. Desahan itu membuatku semakin ganas. Penisku sudah tegang dari tadi tapi aku masih ingin bermain dengan Mbak Titis. Hisapanku di vagina Mbak Titis semakin liar. Sementara Mbak Titis meliuk-liuk menerima serangan di vaginanya.
"mas.. Kamu kok pinter banget sih...", kata Mbak Titis manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya.

Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Titis. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu tetek Mbak Titis. Aku segera bangkit. Kupandangi sejenak tetek Mbak Titis yang sedari tadi belum kusentuh sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Titis, titik2 keringat bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah tetek Mbak Titis, tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di tetek yang sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Titis mendongakkan wajahnya menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting tetek kiri Mbak Titis. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi.
"terusin mas... terusin",
Aku semakin gencar mengulum puting tetek Mbak Titis. Sesekali kusedot dengan keras.
"Ahh.!" Mbak Titis berteriak kecil.
Aku melirik ke tetek yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu tetek kanan Mbak Titis dengan sangat liar sementara tangan kananku meremas-remas dengan kuat tetek yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak Titis berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara penisku sengaja kugesek-gesekkan ke vagina Mbak Titis.
Mbak Titis terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Titis kupaksa untuk menungging. Mbak Titis menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Kuarahkan penisku ke vagina Mbak Titis. Pelan aku coba menerobos liang vagina Mbak Titis. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Titis. Setelah beberapa saat akhirnya penisku sudah berada dalam jepitan vagina Mbak Titis.
"Mbak..." aku menahan sebentar penisku. Mbak Titis melenguh panjang.
"ouhh...hss...mas..."
aku segera menarik penisku pelan sampai tersisa kepalanya dalam vaginanya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Titis lagi-lagi melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas menggantung. Penisku terus kupacu di dalam vagina Mbak Titis. Sampai suatu ketika tubuh Mbak Titis mengejang hebat dan Mbak Titis melolong hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Titis masih bergetar beberapa saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai.
Kudiamkan sebentar penisku di dalam vagina Mbak Titis dan membiarkan Mbak Titis mengatur napasnya, menikmati orgasmenya.

Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke vagina Mbak Titis.
"Oh...uh...oh...uh", suara Mbak Titis keenakan.
"Mas, enak banget", tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di teteknya. Spontan kuremas tetek Mbak Titis. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuatnya menggelinjang ga karuan. Sodokanku di vaginanya kupercepat sementara remasanku semakin kuat di teteknya. Akhirnya, aku mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian anus Mbak Titis. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Titis semakin melolong tidak karuan. Kepalanya terayun-ayun menambah keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan penisku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di penisku.
"Mbak, enak banget Mbak", cerocosku.
"heh...uh... terusin mas. Ahh..."
Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Titis. Aku tidak berani terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Titis. Penisku masih terus menghunjam di vagina Mbak Titis. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari penisku.
"Mbak... Aku dah mo keluar Mbak... Mphhh..."
Iiiiyyaaaa maasss... mbak juga... aaayooo masss..."
Kupercepat gerakanku. Penisku terus menerobos vagina sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku...
Croot...croot...croot... Ah... Ah... Ah...
Gerakan penisku kuhentikan di dalam vagina Mbak Titis. Dan tubuh Mbak Titis pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan kiriku yang bermain di teteknya dengan sangat kuat.
"AHHH... DIMAAASSSSHHHHH", teriaknya memenuhi ruangan dapur.
Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Titis. Kutarik penisku pelan-pelan, dan kuhunjamkan lagi ke dalam vagina Mbak Titis tapi dengan gerakan yang sangat pelan. kedua tanganku meremas lembut tetek Mbak Titis. Nikmat banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Titis sementara Mbak Titis masih berguncang-guncang menerima orgasmenya.
Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan penisku bertahan di dalam vagina Mbak Titis. Lalu, pelan-pelan kutarik penisku. Mbak Titis melenguh merasakan gesekan pelan di vaginanya.
"Mbak... Nikmat banget. Mbak cantik sekali", bisikku pelan.
"Dimas... Kamu hebat. Hhh...mbak nggak ngira kamu mau ama mbak", katanya sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai.
Aku tersenyum aja mendengarnya.
"Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Dimas mau ya nemenin Mbak lagi?"
"Mmmmm... Siap Mbak! Apapun buat Mbak!", jawabku sambil berkelakar.

Itu adalah kisah pertamaku dengan Mbak Titis, istri bosku. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Titis tiap malam. Ga jadi nyesel deh, Pak Min banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak Miiinnn... Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Titis dan memberinya kepuasan. Demikian juga Mbak Titis memberiku pengalaman, dan sensasi-sensasi baru lainnya.

Tamat


No comments:

Post a Comment