Cerita ini diawali di atas Kereta Api Senja Utama II tujuan Yogya-Jakarta saat di Stasiun Purwokerto, di mana kereta berhenti sebentar aku turun untuk membeli rokok. Namun karena terlalu lama aku turun keluar, aku hampir ketinggalan kereta, begitu kereta mulai berjalan perlahan aku naik lewat gerbong paling belakang.
Saat aku berjalan menuju ke tempat dudukku, aku melihat seorang gadis yang rasanya pernah kukenal, namun aku ragu untuk menegurnya karena aku hanya melihat dari belakang. Namun saat lewat di sampingnya aku memberanikan diri untuk menatap wajahnya, dan kebetulan dia juga melihatku. Begitu aku yakin kalau dia adalah kekasihku yang hilang 5 tahun yang lalu, karena setelah lulus SMA kami berpisah, aku kuliah di Yogya dan dia mencari kerja di Jakarta, tanpa ada alamat yang jelas. Maka aku memberanikan diri untuk menyapanya.
"Yan!" tegurku, namun dia sepertinya tidak mengenali diriku karena brewok di wajahku dan rambutku yang panjang sebahu. Lalu kembali aku menyapanya,
"Yan! masa kamu tidak kenal sama aku?", tanyaku padanya.
Diapun balik bertanya kepadaku, "Mas siapa ya?", tanya dia.
"Aku Riady", jawabku, kulihat dia tersentak kaget begitu mendengar namaku. Tampak di wajahnya, air matanya menetes jatuh, aku tidak tahu dia sedih atau gembira saat itu.
Kemudian aku mengajak dia untuk pindah ke gerbong tempatku, kebetulan aku duduk sendirian, tanpa menunggu jawaban aku mengambil tas yang di bawanya, dan dia mengikutiku sambil terus menggandeng tanganku seolah tak ingin berpisah lagi. Lalu kami bercerita saling melepas rindu, bahkan dia mengira aku bakal meninggalkan dia sehingga dia menerima laki-laki lain untuk menggantikanku. Namun aku sadar akan hal itu aku tidak mau memaksanya untuk kembali padaku.
Lama kami cerita lalu dia minta aku untuk mengantarnya ke kamar kecil. Sambil menyalakan sebatang rokok aku mengantarnya dan menunggunya di pintu WC kereta. Sambil menikmati rokok aku menunggunya, tiba-tiba dia memintaku mengambilkan handuk kecil di tasnya, saat aku berikan handuk tersebut dia langsung menarik tanganku masuk ke dalam WC kereta tersebut dan langsung mengunci pintunya. Dia mendekap diriku erat sekali sehingga payudaranya terhimpit dengan dadaku, aku menundukkan kepala untuk mengecup bibirnya, dan lidah kami bermain dalam mulutnya. Begitu nikmat rasanya saat itu hingga penisku menjadi membengkak karena rangsangan. Ingin sekali aku mengelus payudaranya tapi tidak bisa karena himpitannya. Namun dia menggesekkan vaginanya begitu merasakan penisku membengkak.
Aku sangat menikmati hal itu, kemudian aku pun menurunkan tanganku untuk meremas pantatnya. Dia hanya semakin keras menggesekkan vaginanya sampai dia mengerang merasakan kenikmatan. Aku selipkan tanganku ke balik celana jeans yang dipakainya menyusuri belahan pantatnya. Dia kembali mengerang seraya mengendurkan dekapannya.
"Ooocchh Maass", erangnya menahan nikmat.
"Aahh, Mass.. ayoo", ajaknya sambil merintih.
Kemudian kutarik kembali tanganku dan membuka ruitsliting celananya.
"Cepetan Mass!" pintanya, sambil menurunkan celananya hingga hanya mengenakan CD saja.
Kulihat CD-nya sudah basah oleh lendir yang keluar dari liang vaginanya. Kemudian kuelus sambil kutekan vaginanya yang masih tertutup oleh CD itu sehingga terlihat bentuknya yang sungguh menggiurkan.
"Ayo doong Mass! aku nggak tahan nich, oochh!", erangnya memohon.
Aku merasa kasihan padanya, kemudian kuturunkan CD-nya dan kumainkan klitorisnya yang menonjol dan keras.
"Yang cepet Mass! Ooo.. aacchh, Mass", erangnya.
"Enaakk! Aahh, cepeet, Maass!" teriaknya keenakan.
Langsung aku berjongkok dan menjilati vaginanya yang basah dan tertutup oleh lebatnya bulu kemaluannya.
"Auchh! Diapakan memekku Mass", tanya dia,
"Ooohh, Mass! Enaak! Oohh, terruuss!" pintanya.
Namun tiba-tiba dia berkata,
"Mass, akuu pingin pipis niich."
Tapi aku tidak mempedulikan teriakannya, isapanku terhadap kelentitnya semakin kuat hingga beberapa detik kemudian tampak pahanya merapat dan menghimpit kepalaku. Dia mengejang dan dari mulutnya terdengar teriakannya,
"Ouucchh.. Mass! Heeggh, akhh.. akhuu udaah nggak kuaats, heegh, ookh", cairan deras keluar dengan deras mengalir di sela pahanya yang jenjang itu, diiringi denyutan-denyutan vaginanya. Setelah mengejang beberapa saat dia tampaknya menjadi lemas karena orgasme yang baru saja dia alami.
Karena takut ketahuan penumpang lain maka kami tidak melanjutkan permainan. Dia merapikan pakaiannya, kemudian aku menggandengnya ke tempat duduk agar tidak terjatuh karena badannya masih lemas. Tanpa terasa kereta sudah memasuki stasiun Jatinegara, dan dia harus turun di sini karena rumah kontrakannya di Bekasi, sedang aku turun di Gambir, namun sebelum berpisah aku mengecup keningnya dan tak lupa meminta alamatnya.
Bersambung . . . .
No comments:
Post a Comment