Pages

Tuesday, August 7, 2012

Pengalaman pertama

Awek Pantat Panas CantikNama saya Joko, saya terhitung baru terjun ke dalam Cerita Rumah Seks ini, site ini saya temukan secara tidak sengaja. Sejak kecil saya sering berpindah-pindah karena mengikuti ayah saya yang pegawai bank. Saya sekarang hampir menyelesaikan kuliah di salah satu universitas di ibukota, yang katanya kampus perjuangan orde baru. Umur saya 24 tahun, seharusnya saya sudah lulus setahun yang lalu, tapi karena saya sibuk kerja serabutan plus main saham jadinya baru sekarang sempat ikut ujian 'kompre' mudah-mudahan lulus, doain ya?

Saya mulai melakukan onani sejak akhir kelas 4 SD, diajarkan oleh teman saya yang bernama D. Katanya jika saya mengocok kemaluan saya akhirnya akan terasa nikmat. Pada awalnya saya sama sekali tidak terpikir apa yang dia maksud, bagi saya nikmat adalah apabila dibelikan mainan oleh ayah, atau dijajani bakso oleh ibu saya. Begitulah, akhirnya sampai sekarang saya masih rutin melakukannya dengan tangan saya atau dengan guling (bagi yang laki-laki dan punya guling pasti tahu bagaimana caranya). Sejak kecil saya selalu tertarik dan mengagumi perempuan, bahkan sebagian besar sahabat saya adalah perempuan. Saya pacaran (yang serius) sudah 18 kali, terus terang tadinya saya juga kaget dengan bilangan ini (walaupun toh saya yakin pasti ada yang jauh lebih dari itu, setelah membaca hampir semua kisah di site ini). Ini adalah kisah dari salah satu pacar saya (yang terakhir dan masih sampai sekarang).



Pacar saya bernama si A, saya kenal dia dari teman saya yang anak Tar-Q, singkatnya dalam satu minggu saya resmi jadi pacarnya (detilnya tak usahlah). Pada awalnya kami berdua hanya berani melakukan petting di mobil. Dengan CD yang masih melekat kami berdua saling menggesek-gesekkan kemaluan sampai keduanya terpuaskan, kami melakukannya di mobil Starlet saya. Pernah suatu malam saat kami sedang melakukan petting, ada tukang nasi goreng lewat dengan petromaks yang super terang, walaupun kaca mobil saya sudah 70% urung juga dia dapat melihat apa yang kami lakukan, tadinya saya mengira dia akan cuek bebek. Ternyata dia menggedor kaca mobil saya, saat saya hampir mencapai orgasme. Jika A tidak menahan saya seraya hampir menangis, tentu terjadi pertumpahan darah malam itu entah saya atau dia yang mati. A tinggal di Bogor bersama keluarganya, tak lama kemudian setelah A lulus, ia pindah ke Jakarta menetap di rumah dinas ayahnya di bilangan kompleks PH. Di rumah itu A tinggal bersama kakak tertuanya (yang 99% selalu berada di luar rumah) dan tantenya yang bekerja dan pulang jam 20.00. Akhirnya A diterima bekerja di salah satu bank asing yang tetap berdiri tegak ditengah krisis ini. Kami semakin leluasa melakukan petting di rumahnya yang praktis tidak ada orang.

Pernah suatu kali tantenya pulang ke Bogor dan kakaknya pergi ke luar kota, dan kami berdua benar-benar bebas. Seperti biasa, acara petting dimulai, dia mulai mendesah setiap kali penis saya yang menegang saya gesekkan pada clitorisnya bersamaan dengan jilatan-jilatan saya pada lubang telinganya. "Aahh.. Mas.. mmhh..", erangannya terdengar sangat merdu di telinga saya. Saya semakin bernafsu untuk melakukan apapun, jari-jari saya 'bergerilya' masuk kebalik CD-nya dan mulai meraba-raba clitorisnya dengan gerakan perlahan yang makin cepat.. makin cepat, "Aahh.. ahh.. ahh.. ahh.. ahh.. Jokkoo.. aahh", dia mengerang sambil memeluk saya erat-erat, sesaat saya kesulitan melakukan manuver dengan tangan saya, karena himpitan buah dadanya. Saya semakin giat mempermainkan clitorisnya, dan mulai meraba masuk kedalam dan dia terkejut sebentar, tapi kemudian membiarkan saya, sementara tangan saya yang lain mendekap dan memeluk punggungnya agar dia merasa aman dan tenang. Jari-jari saya mulai meraba masuk ke dalam vaginanya, saya merasakan lubang itu sangat basah dan menimbulkan bunyi "Clekk.. clekk.. clekk" tiap kali jari tengah saya keluar masuk (untuk beberapa saat, saya melupakan penis saya). Saya sangat excited dengan pengalaman pertama saya ini (walaupun banyak memiliki koleksi film VCD, VHS maupun BETA, tetap saja..). Saya berusaha memasukkan jari telunjuk saya dengan harapan A akan semakin terpuaskan dan dugaan saya benar! "aahh.." dia berteriak agak keras sebelum kemudian melanjutkan dengan rintihan-rintihan kecil yang susul-menyusul.

Saya memutuskan untuk menambah kenikmatannya lagi, saya mulai mempermainkan clitorisnya lagi dengan jempol saya, sementara kedua jari yang lain tetap mondar-mandir di dalam vaginanya. Saya sangat kaget karena A menggelinjang begitu hebat, sampai tangan kiri saya hampir tak kuat memeluknya. Beberapa menit kemudian ia mulai mengerang panjang "aahh.. aahh.." sebelum akhirnya tubuhnya terkulai lemas dipelukan saya. A kemudian tersenyum memandangi wajah saya, ia kemudian mencium bibir saya dengan sangat lembut sekali dan saya mulai teringat dengan penis saya (yang belum mendapat jatah). Kemudian saya mengeluarkan tangan saya dari balik CD-nya. Ia agak terhenyak kaget ketika kedua jari saya melepaskan diri dari vaginanya, seolah takut tidak akan mendapatkan kenikmatan itu lagi. Saya mulai memeluknya dengan kedua belah tangan saya, sementara tangan kanan saya yang basah oleh cairan vaginanya mulai menanggalkan kancing bajunya. A terlihat semakin bergairah mengetahui bahwa permainan yang lebih besar segera akan dimulai. Ia juga berusaha melepaskan kemeja saya dengan tergesa-gesa. Tubuh bagian atasnya hanya terbungkus BH sekarang, dan ia telah berhasil juga menanggalkan baju saya.

Saya berusaha melepaskan BH-nya dari belakang, dan akhirnya buah dadanya tidak ditutupi sehelai benang pun, ia mulai memeluk saya erat-erat, menggesek-gesekkan putingnya pada dada saya yang berbulu, saya mulai mengulum bibirnya, lidah kami saling berpagutan. Tak lama, lidahnya mulai menjilati bagian langit-langit mulut saya. Saya mengerang namun tak dapat berbicara apa-apa sementara A semakin buas mengetahui saya menyukai permainan lidah itu. Saya semakin tidak dapat mengontrol diri dan mulai membuka celana panjang saya dan jatuh berserakan di lantai ruang tamunya. Saya mulai mencabut roknya dengan gerakan tergesa-gesa. Celana dalamnya yang berwarna putih rupanya telah basah oleh permainan kami tadi, saya memelorotkan CD-nya dan melemparkannya ke sofa di ruang tamu bersama-sama dengan baju kami berdua. Kami berdua telanjang bulat di ruang tamu rumahnya. Akhirnya saya mulai membaringkan dia di sofa dan menciumi lehernya dan menjilati buah dadanya. Gigitan-gigitan saya pada puting payudaranya membuat A semakin bernafsu dan memeluk saya lebih erat dan mulai meraba-raba punggung saya dengan kukunya. Saya semakin tidak sabar, dan memasukkan dua jari sekaligus kedalam vaginanya. Ia kaget sebentar kemudian merasakan kenikmatan yang jauh lebih hebat dari sebelumnya, ini saya rasakan dengan gerakannya yang makin kuat dan gelinjangannya yang makin banyak.

Ia mulai merintih dan melenguh dan saya mendengar dengus nafasnya yang makin memburu. Saya sudah tidak tahan lagi! Saya mengarahkan penis saya kedalam liang vaginanya, terasa sempit, sangat sempit! Ia kaget sekali ketika saya melakukannya, "Jangaan.. jangan..", ia menolak. Saya mengeluarkan penis saya yang sebagian telah masuk tadi, dan mulai menciuminya lagi. Saya sempat tersenyum padanya, dan ia membalas dengan pandangan mata yang campur aduk karena sadar bahwa keperawanannya akan hilang sebentar lagi. Saya menggendongnya ke kamar tidurnya yang tak jauh dari ruang tamu. Di atas kasur saya membuka lebar-lebar kedua belah pahanya sehingga vaginanya terkuak. Saya mulai menciumi bibirnya, lehernya, payudaranya turun ke perutnya. Ia melonjak sedikit ketika saya menciumi perutnya, kemudian saya mulai menjilati clitorisnya dan memasukkan jari tangan saya lagi. Vaginanya lebih basah dari yang tadi dan setiap kali jari saya menyeruak kedalam terasa ada cairan yang lumer keluar. Saya tak dapat membayangkan kenikmatan dia saat itu, karena kamarnya yang remang-remang hanya dapat melukiskan bola matanya yang indah mengerjap-ngerjap sambil mulutnya terbuka lebar dan mengeluarkan desahan-desahan panjang.

Teriakannya makin lama semakin keras pada saat vaginanya benar-benar basah, karena seprei di bawah selangkangannya telah basah pula saya mulai memasukkan penis saya, saat dia mencapai orgasmenya yang kedua. Dia kaget, kedua tangannya berusaha mendorong saya tapi saya pegangi kedua tangannya dan mulai memasukkan penis saya sedikit demi sedikit. Hanya sepertiga dari penis saya yang dapat masuk kedalam vaginanya, toh saya tetap melakukan gerakan memompa keluar masuk pada saat dia mulai merasakan kenikmatan dan mungkin ia berpikir saya tidak akan bergerak lebih jauh ia mulai mengendurkan tangannya, pada saat itu kedua tangan saya mengangkat pahanya ke atas mendekati payudaranya sehingga vaginanya terbuka maksimal, saat itu dengan seluruh kekuatan saya dorong penis saya kedalam, kini penis saya telah seluruhnya berada di dalam liang kemaluannya. Ia merintih dan melenguh nikmat, saya benar-benar menyukai rintihan kenikmatannya! Tapi sesaat saya kaget karena tidak melihat darah sedikit pun dimana-mana! Tapi saat itu otak saya tidak saya berikan kesempatan untuk berpikir lebih banyak. Saya mulai dengan gerakan perlahan, dia menggerak-gerakkan pinggulnya, penis saya seperti dipijat-pijat. Saya merebahkan diri ke badannya dan dia mulai menggerayangi punggung saya, kemudian telapak tangannya mulai memegangi pantat saya. Setiap kali saya mendorong masuk, kedua tangannya ikut mendorong pantat saya, seolah ia ingin menelan penis saya dalam-dalam. Rintihan dan lenguhan kami berdua saling bersahutan malam itu. Rintihannya semakin keras ketika saya berusaha memasukkan penis saya lebih dalam dan lebih dalam lagi.

Akhirnya kedua tangannya tergelepar kesamping terlepas dari pantat saya dan ia mulai mendapatkan orgasmenya yang ketiga. Saya memandangi wajahnya yang memerah, saya pandangi putingnya yang mengeras dengan bercak-bercak merah diseputar putingnya, kemudian saya cium dia di pipi, kening dan mulai mengulum bibirnya. Saat itu saya kira dia sudah sangat kelelahan dengan ketiga ledakan kenikmatan yang dirasakannya, tangannya melemas dan nafasnya mulai teratur dan ia memeluk saya erat sekali. Pada saat itu saya mulai mempercepat hentakan penis saya kedalam vaginanya. Kedua kakinya menyilang di belakang pantat saya dan mulai membantu menekan kedalam. Rintihannya kembali terdengar dan kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya, saya tertawa kecil dan menutup bibirnya dengan telapak tangan saya, "Enak banget ya", bisik saya ke telinganya yang mungil, ia mengangguk dan berkata "Habis tadi dalem banget.." ia kemudian tersenyum dan kami berdua tertawa kecil. "Kamu belum dapet ya?" tanyanya, saya mengangguk sambil tetap mengayunkan pinggul saya perlahan. "Kamu mau dapet lagi nggak?" tanya saya dengan sedikit menggoda. Ia hanya tersenyum, ketika itu badan saya mulai terasa pegal karena paha yang mengangkang terus-menerus. Akhirnya saya kembali mempercepat tempo dan ia mulai membuka mulutnya sambil mendesis-desis "sshh.. ahh.. mmhh.. aahh.. ouuhh", saya tak kuasa menahan lebih lama lagi, penis saya serasa meledak di dalam vaginanya. Kemudian saya meluruskan kaki saya dan berusaha mengeluarkan sisa-sisa air mani yang mungkin masih tertinggal. Peluh di wajah saya jatuh menetes di pipinya yang putih mulus, ia menyekanya dan mengusap kening serta pipi saya. Dengan penis tetap berada di dalam vaginanya saya mencari-cari handuk yang tergeletak ditempat tidurnya. Saya seka pelipis saya, lehernya, dadanya serta ketiaknya. Saya melepaskan penis saya perlahan-lahan, dia memandangi wajah saya sambil membuka mulutnya, ketika penis saya terdorong seluruhnya keluar ia mengeluarkan rintihan pendek. Saya berbaring disampingnya, "Tetangga sebelah denger nggak ya?", ia cuma tersenyum genit seraya berkata "Yaa.. habis masukinnya dalem banget.." rengutnya manja sambil memegangi tangan saya. Kami berpelukan kemudian berguling-guling di kasurnya. Saya mulai menciuminya lagi, "Badan gue lengket nich..", tolaknya. Kemudian kita berpelukan lagi dan kembali berguling hanya kali ini karena terlalu ke bibir ranjang, saya terjatuh ke lantai dan kami berdua tertawa tertahan (khawatir para tetangga akan mendengar aktivitas kita berdua). Akhirnya ia mulai beranjak dan berjalan ke ruang tamu. Saya duduk di pinggir tempat tidurnya dan kembali berpikir, "Kok nggak berdarah, sih?" tanya saya dalam hati. Tak lama kemudian ia muncul dan bersandar di pintu kamarnya, rok dan bajunya sudah dikenakan tapi CD-nya berada dalam genggamannya. "Kenapa?" tanyanya, "Ah, nggak.. cuma capek saja.." jawabku. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan saya berjalan ke ruang tamu untuk memunguti pakaian saya. Tapi saya tetap tak habis pikir.

TAMAT


No comments:

Post a Comment