Hmm...kira-kira ciuman seperti apa yang membuat pasangan Anda bergetar? A la Tom Cruise atau Demi Moore nampaknya cukup menantang. Mau tahu rahasia mereka? Ini dia!
Semua adegan ciuman di layar lebar sepertinya tampak sungguhan. Adegan ciuman ini kadang terkesan mengharukan, romantis, menggairahkan atau bahkan menjijikkan. Namun ada beberapa adegan ciuman di film Hollywood yang bisa menjadi kunci sukses Anda menjalin hubungan dengan pasangan.
Pages
▼
Friday, August 31, 2012
Thursday, August 30, 2012
Kisah Perbudakan Ratih - 1
Belakangan ini Surya mulai mencurigai ada yang tidak beres dengan istrinya, Ratih. Sudah sebulan ini dia selalu menolak setiap kali diajak bersetubuh. Berbagai alasan dikemukakan Ratih, mulai dari capek, sedang datang bulan, hingga sedang tidak bernafsu. Pernah beberapa kali setelah melalui sedikit perdebatan, Ratih bersedia melayaninya. Namun hubungan itu berlangsung dengan dingin. Dia tidak mengimbangi setiap gerakannya, melainkan hanya membiarkan saja Surya menggerayangi tubuhnya tanpa melakukan gerakan balasan. Bahkan sempat-sempatnya Ratih menguap beberapa kali ketika itu. Bila sudah begini maka gairah Surya pun langsung lenyap, dan akhirnya dia tertidur dalam kekecewaan.
Pagi ini setelah tiba di kantor, dia meminjam mobil stafnya, dan kembali ke rumah sambil membawa videocam yang sudah disimpannya beberapa lama ini di lemari kantornya. Dia ingin mengamati apa saja yang dilakukan istrinya sepanjang hari, sehingga begitu capek untuk melayaninya di malam hari.
Pagi ini setelah tiba di kantor, dia meminjam mobil stafnya, dan kembali ke rumah sambil membawa videocam yang sudah disimpannya beberapa lama ini di lemari kantornya. Dia ingin mengamati apa saja yang dilakukan istrinya sepanjang hari, sehingga begitu capek untuk melayaninya di malam hari.
Wednesday, August 29, 2012
Cinta kilat gay Jakarta - 3
Tuesday, August 28, 2012
Lily Panther : Tantangan - 6
"Kok lama?" tanya JJ.
"Ngantrinya yang lama" jawabku pendek sambil meneguk Coca Cola yang sudah tidak dingin lagi.
"Gimana? Masih mau lagi? Kalo begini semalam bisa terima order lebih dari 5 kali nih, udah banyak yang menanyakan kamu tadi" kata JJ, tentu saja mereka semua tahu siapa si JJ, dan gadis yang bersamanya pasti adalah para anak buahnya.
"Satu dua lagi boleh juga sih" jawabku kepalang tanggung, malam ini aku benar benar di obral seperti pelacur jalanan.
"Ngantrinya yang lama" jawabku pendek sambil meneguk Coca Cola yang sudah tidak dingin lagi.
"Gimana? Masih mau lagi? Kalo begini semalam bisa terima order lebih dari 5 kali nih, udah banyak yang menanyakan kamu tadi" kata JJ, tentu saja mereka semua tahu siapa si JJ, dan gadis yang bersamanya pasti adalah para anak buahnya.
"Satu dua lagi boleh juga sih" jawabku kepalang tanggung, malam ini aku benar benar di obral seperti pelacur jalanan.
Monday, August 27, 2012
Ale and Me
Sunday, August 26, 2012
Andai Aab tau
Rasa bersalah pada isteriku kian menggunung dengan segala rahasiaku. Ingin rasanya berterus terang selekas mungkin sebelum semuanya terlambat. Namun aku belum siap untuk bisa menerima konsekwensi terburuk yang sering menghantui. Aku tidak mau ditinggal isteri yang sangat kucintai jika dia tahu betapa bejatnya aku. Apalagi jika harus berpisah dengan anakku, aku tidak sanggup.
Namun aku pun tertekan. Jika dokter keluargaku atau Aab Saddam (begitu aku memanggil dosen yang berasal dari Irak itu) meneleponku hanya sekedar tanya kabar misalnya, apalagi sampai datang mengunjungiku, rasa itu semakin menyiksaku. Aku mencoba menghilangkan rasa bersalahku, tapi biar bagaimana pun aku pernah bercinta dengan mereka dan isteriku tidak tahu bahwa telah kukhianati. Untungnya Mr. Smith si bule baik hati itu sudah kembali ke negara asalnya dan hanya setahun sekali datang ke rumah. Meski email untuknya masih sering kukirim, namun beban terhadapnya tidak terlalu berat dibandingkan yang lain.
Namun aku pun tertekan. Jika dokter keluargaku atau Aab Saddam (begitu aku memanggil dosen yang berasal dari Irak itu) meneleponku hanya sekedar tanya kabar misalnya, apalagi sampai datang mengunjungiku, rasa itu semakin menyiksaku. Aku mencoba menghilangkan rasa bersalahku, tapi biar bagaimana pun aku pernah bercinta dengan mereka dan isteriku tidak tahu bahwa telah kukhianati. Untungnya Mr. Smith si bule baik hati itu sudah kembali ke negara asalnya dan hanya setahun sekali datang ke rumah. Meski email untuknya masih sering kukirim, namun beban terhadapnya tidak terlalu berat dibandingkan yang lain.
Saturday, August 25, 2012
Cinta terpendam yang tercapai
Awal ceritanya ketika SMP kelas 3, aku menyukai adik kelas, bernama Widya. Ini merupakan cinta pertamaku bersemi. Tetapi ketika usia kami terlalu muda untuk pacaran. Hingga kedua orang tuanya kurang setuju untuk itu (kata mama aku masih kecil), Jadi untuk ketemu sembunyi-sembunyi alias Back street. Ini berjalan hingga 3 tahun lamanya, hingga aku kelas 3 SMA memberanikan diri untuk bertandang ke rumahnya agar dapat restu hubungan kami dari orang tuanya. Ternyata yang aku dapat ketika sampai rumahnya adalah makian disertai pengusiran. Sakit hatiku mendengar perkataan dan sikap orang tuanya, sehingga aku memutuskan untuk tidak menemuinya lagi. Lagipula aku mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian EBTANAS.
Sepulang dari sekolah melihat pengumuman lulusan, ternyata Widya telah menunggu dirumah sedang ngobrol dengan orang tua saya. Dia memberi selamat atas kelulusanku dan memberitahu bahwa Widya akan pindah kota mengikuti orang tuanya. Hatiku hancur sekali mendengar berita ini (sudah jatuh ketimpa tangga) itu yang aku alami.
Sepulang dari sekolah melihat pengumuman lulusan, ternyata Widya telah menunggu dirumah sedang ngobrol dengan orang tua saya. Dia memberi selamat atas kelulusanku dan memberitahu bahwa Widya akan pindah kota mengikuti orang tuanya. Hatiku hancur sekali mendengar berita ini (sudah jatuh ketimpa tangga) itu yang aku alami.
Friday, August 24, 2012
Gairah Tante Vivi - 4
Tante Vivi menjerit dan mengerang-erang dengan keras, pinggulnya menggeliat semakin hebat menahan kenikmatan yang kuberikan pada alat kelaminnya. Aku benar-benar puas bisa membuatnya seperti itu. Kuremas dan kucengkeram kuat bulatan bokongnya yang kenyal agar jangan bergerak terlalu liar, seolah tak ingin melepaskan pagutannya, mukaku sedikit kuangkat kembali sembari menghirup udara segar lalu lidahku kujulurkan sepanjang mungkin sambil menyusuri dan menjilati permukaan bukit kemaluan lunaknya yang putih merangsang. Mulutku tak henti-hentinya mengecup gemas bukit terlarang milik Tante Vivi itu.
"oouuhh.., nngghhnngghh.., ngghh..", mulut Tante Vivi merintih dan mengerang tak karuan menahan geli dan nikmat. Pinggulnya digoyang-goyang kiri kanan, sesekali kurasakan kedua pahanya yang kini menjepit kepalaku sambil mengejan kuat ke bawah seolah ingin memuntahkan cairan kenikmatan tubuhnya. Memang kenyataannya demikian, lidahku yang sesekali menelusup masuk ke dalam liang vaginanya sambil menyentil gemas daging clitorisnya seolah menemukan sumber air kecil yang mengalir deras. Sementara tangan kiriku masih mencengkeram bokongnya, dengan gemas lalu kusibakkan dengan jemari tangan kananku bibir kemaluannya yang tebal, jemariku itu sampai gemetar seolah masih tak percaya dengan segala keindahan ini, terasa begitu lunak, hangat dan basah ketika jemari tanganku secara perlahan menyibakkan bibir kemaluannya mengintip keindahan celah dan liang vagina sempitnya yang ternyata berwarna kemerahan.
"oouuhh.., nngghhnngghh.., ngghh..", mulut Tante Vivi merintih dan mengerang tak karuan menahan geli dan nikmat. Pinggulnya digoyang-goyang kiri kanan, sesekali kurasakan kedua pahanya yang kini menjepit kepalaku sambil mengejan kuat ke bawah seolah ingin memuntahkan cairan kenikmatan tubuhnya. Memang kenyataannya demikian, lidahku yang sesekali menelusup masuk ke dalam liang vaginanya sambil menyentil gemas daging clitorisnya seolah menemukan sumber air kecil yang mengalir deras. Sementara tangan kiriku masih mencengkeram bokongnya, dengan gemas lalu kusibakkan dengan jemari tangan kananku bibir kemaluannya yang tebal, jemariku itu sampai gemetar seolah masih tak percaya dengan segala keindahan ini, terasa begitu lunak, hangat dan basah ketika jemari tanganku secara perlahan menyibakkan bibir kemaluannya mengintip keindahan celah dan liang vagina sempitnya yang ternyata berwarna kemerahan.
Thursday, August 23, 2012
Bonus - 3
Pukul 19.00 Sofi mempersilakan kami untuk memasuki arena dan perlahan tirai penutup koridor sutera merah itu tertutup demikian pula untuk tirai jendela lainnya dan tiba-tiba ruangan berubah menjadi hangat. "Inilah bonus itu Mas Pras," bisik Niken di sela-sela langkah kami ke ruang tengah. Benar-benar bonus yang hebat dan aku tidak pernah habis pikir akan hal ini, lantai ruangan tengah yang tadi beralaskan karpet merah kini berlapis kain satin lembut, entah apa maksud dari interior ini, aku masih bertanya dalam hati.
Kami sudah di balik tirai itu dan berada di ruang tengah namun Sofi menjelaskan aturan mainnya yaitu semua peserta harus melepas pakaian yang ada di tubuh kami masing-masing dan bagi yang wanita silakan dandan secantik-cantiknya di washroom yang tersedia, dan bagi laki-laki dipersilakan mengambil suplemen penyegar tubuh agar tetap fit. Aku melihat tampak ada beberapa jenis dan aneka warna vibrator yang tersedia bagian pinggir sisi meja lain yang membuat pesta ini kelihatan lebih lengkap. Sofi bak seorang guide professional memberi petunjuk kepada yang lain dan aku akhirnya bisa menebak bahwa sebentar lagi akan ada nude party. Aku terperangah ketika melihat Niken baru saja keluar dari washroom, diikuti Yeni, kemudian Sofi, wajah ketiganya anggun berhias bibir sensual yang merah menantang dan masing-masing punya kelebihan, si cantik yaitu Niken, si hyperseks yaitu Yeni, dan si semok Sofi. Bau harum lebih menyeruak ke ruangan, dan aku melihat Bram jakunnya semakin cepat naik-turun pertanda birahinya sudah di ubun-ubun.
Kami sudah di balik tirai itu dan berada di ruang tengah namun Sofi menjelaskan aturan mainnya yaitu semua peserta harus melepas pakaian yang ada di tubuh kami masing-masing dan bagi yang wanita silakan dandan secantik-cantiknya di washroom yang tersedia, dan bagi laki-laki dipersilakan mengambil suplemen penyegar tubuh agar tetap fit. Aku melihat tampak ada beberapa jenis dan aneka warna vibrator yang tersedia bagian pinggir sisi meja lain yang membuat pesta ini kelihatan lebih lengkap. Sofi bak seorang guide professional memberi petunjuk kepada yang lain dan aku akhirnya bisa menebak bahwa sebentar lagi akan ada nude party. Aku terperangah ketika melihat Niken baru saja keluar dari washroom, diikuti Yeni, kemudian Sofi, wajah ketiganya anggun berhias bibir sensual yang merah menantang dan masing-masing punya kelebihan, si cantik yaitu Niken, si hyperseks yaitu Yeni, dan si semok Sofi. Bau harum lebih menyeruak ke ruangan, dan aku melihat Bram jakunnya semakin cepat naik-turun pertanda birahinya sudah di ubun-ubun.
Wednesday, August 22, 2012
Desah nafas - 2
Tak ada yang kuberi tahu seorang pun, tentang hilangnya keperkasaanku. Dan untuk memastikan kelainanku, seminggu kemudian aku mengunjungi sebuah lokasi prostitusi yang cukup jauh dari kotaku. Tepatnya di daerah Cianjur. Aku ingin lebih meyakinkan lagi keadaanku. Nafsu sexualku tetap menggebu-gebu. Tapi buat apa, jika tak mampu melakukannya. Sungguh sangat tak berarti. Memalukan..
Tanpa banyak basa-basi lagi, kupilih seorang wanita yang sesuai dengan seleraku. Montok, cantik, putih dan mulus. Tak kutanya nama dan hal ikhwalnya menjadi seorang WTS. Aku langsung saja menggumul tubuhnya. Saling berpagutan bibir, sambil melepaskan pakaian masing-masing. Dorongan birahiku sangat kuat. Dengan penuh nafsu, kubaringkan tubuhnya. Lalu kutindih tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Kontan saja, vagina-ku menyentuh pahanya. Kurasakan lagi desakan kuat dari dalam tubuh, yang menjalar pada penis-ku. Jangankan untuk memasukan pada vagina-nya. Baru menyentuhnya juga, aku tak tahan menahan kuatnya arus air mani. Sehingga.. cret.. cret.. maniku muncrat pada perutnya. Lalu aku terkulai lemas.
Tanpa banyak basa-basi lagi, kupilih seorang wanita yang sesuai dengan seleraku. Montok, cantik, putih dan mulus. Tak kutanya nama dan hal ikhwalnya menjadi seorang WTS. Aku langsung saja menggumul tubuhnya. Saling berpagutan bibir, sambil melepaskan pakaian masing-masing. Dorongan birahiku sangat kuat. Dengan penuh nafsu, kubaringkan tubuhnya. Lalu kutindih tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Kontan saja, vagina-ku menyentuh pahanya. Kurasakan lagi desakan kuat dari dalam tubuh, yang menjalar pada penis-ku. Jangankan untuk memasukan pada vagina-nya. Baru menyentuhnya juga, aku tak tahan menahan kuatnya arus air mani. Sehingga.. cret.. cret.. maniku muncrat pada perutnya. Lalu aku terkulai lemas.
Tuesday, August 21, 2012
Wanita flat yang kesepian
Nama saya Eva M, 22 tahun, saya seorang mahasiswi yang sedang kuliah di Coventry, saya mengambil jurusan ilmu sosial. Masih ingat, kan? Dan sekarang saya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya, jadi saya tidak lagi menceritakan tentang hasil riset saya bersama 2 teman saya. Hehehee..
Kejadian ini terjadi beberapa waktu yang lalu tepatnya 02/16/01 pada saat saya sedang sangat horny dengan pelukan dari seorang pria. Entah mengapa, sejak SMP saya mempunyai libido yang sangat besar, saya tidak pernah puas dengan seks yang telah saya lakukan. Saya sering melakukan hubungan seks dengan pacar saya, William. Saya melakukan setiap kami bertemu, tetapi sekarang rasanya tidak mungkin untuk memuaskan nafsu seks saya andai saya hanya terpaku pada dia sebab dia sekarang berada di Hawai, sedangkan saya ada di Inggris.
Kejadian ini terjadi beberapa waktu yang lalu tepatnya 02/16/01 pada saat saya sedang sangat horny dengan pelukan dari seorang pria. Entah mengapa, sejak SMP saya mempunyai libido yang sangat besar, saya tidak pernah puas dengan seks yang telah saya lakukan. Saya sering melakukan hubungan seks dengan pacar saya, William. Saya melakukan setiap kami bertemu, tetapi sekarang rasanya tidak mungkin untuk memuaskan nafsu seks saya andai saya hanya terpaku pada dia sebab dia sekarang berada di Hawai, sedangkan saya ada di Inggris.
Monday, August 20, 2012
Montir perkasa - 2
Tanganku yang lain tidak tinggal diam ikut mengocok punya si brewok yang pada saat yang sama sedang melumat payudaraku. Dia sangat menikmati setiap jengkal payudaraku, dia menghisapnya kuat-kuat diselingi gigitan-gigitan yang meninggalkan jejak merah di kulitnya yang putih. Sungguh kagum aku dengan penisnya dalam genggamanku, yang benar-benar keras dan perkasa membuatku tidak sabar ingin segera mencicipinya. Maka aku melepaskan emutanku pada penis Zul dan berkata pada si brewok,
"Sini dong Mas, gua mau nyepong kontolnya!"
"Sini dong Mas, gua mau nyepong kontolnya!"
Sunday, August 19, 2012
Kenangan bersama Rio
Ini pengalaman yang benar-benar terjadi pada diriku. Nama ku sebut saja Afdhal (bukan nama sebenarnya). Umurku sekarang 25 tahun. Aku tinggal disalah satu kota di pulau Sumatera. Aku merupakan lulusan sekolah yang dididik dengan sistem semi meliter dan tinggal diasrama. Kini aku telah menjadi pegawai pemerintahan disuatu instansi di sebuah kota di Sumatera. Baiklah aku akan menceritakan pengalaman yang tak pernah akan terlupakan olehku.
Setelah tamat SMP, aku diterima disuatu sekolah yang didik dengan semi meliter yang berada di luar propinsiku. Kami tinggal diasrama dengan aturan yang sangat ketat dari pembina dari Angkatan dan para guru-guru kami. Kami siswa sekolah tersebut memang cowok semua. Saat aku Kelas 1 semua berjalan seperti biasa. Namun sewaktu di kelas 2, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya terjadi. Awalnya karena kami tinggal diasrama dan tidur, makan, mandi dan lain sebagainya dilakukan secara bersama-sama.
Setelah tamat SMP, aku diterima disuatu sekolah yang didik dengan semi meliter yang berada di luar propinsiku. Kami tinggal diasrama dengan aturan yang sangat ketat dari pembina dari Angkatan dan para guru-guru kami. Kami siswa sekolah tersebut memang cowok semua. Saat aku Kelas 1 semua berjalan seperti biasa. Namun sewaktu di kelas 2, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya terjadi. Awalnya karena kami tinggal diasrama dan tidur, makan, mandi dan lain sebagainya dilakukan secara bersama-sama.
Saturday, August 18, 2012
Kak Linda tetanggaku yang baik
Perkenalkan namaku Rendi, umurku saat ini 19 tahun. Kuliah dikota S yang terkenal dengan sopan santunnya. Aku anak kedua setelah kakakku Ana. Ibuku bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ayahku juga bekerja di kantor. Tinggi badanku biasa saja layaknya anak seusiaku yakni 169 kg. Di situs ini aku akan menceritakan kisah unikku. Pengalaman pertama dengan apa yang namanya sex. Kisah ini masih aku ingat selamanya karena pengalaman pertama memang tak terlupakan. Saat itu usiaku masih 10 tahun pada waktu itu aku masih kelas 4 SD. Kisah ini benar benar aku alami tanpa aku rubah sedikit pun.
Aku punya teman sebayaku namanya Putri, dia juga duduk di bangku SD. Aku dan dia sering main bersama. Dia anak yang sangat manis dan manja. Dia mempunyai dua kakak. Kakak pertama namanya Rio di sudah bekerja di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda. Saat itu dia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku. Dia lebih cantik dari pada adiknya Putri. Tingginya kira kira 160 cm dan ukuran payudaranya cukup seusianya tidak besar banget tapi kenceng.
Waktu itu hari sangat panas, aku dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan rumahnya bersebelahan. Saat itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri ditinggal bersama kakaknya Linda.
"Main dokter dokter yuk, aku bosen nich mainan ini terus"ajak Putri
Aku punya teman sebayaku namanya Putri, dia juga duduk di bangku SD. Aku dan dia sering main bersama. Dia anak yang sangat manis dan manja. Dia mempunyai dua kakak. Kakak pertama namanya Rio di sudah bekerja di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda. Saat itu dia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku. Dia lebih cantik dari pada adiknya Putri. Tingginya kira kira 160 cm dan ukuran payudaranya cukup seusianya tidak besar banget tapi kenceng.
Waktu itu hari sangat panas, aku dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan rumahnya bersebelahan. Saat itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri ditinggal bersama kakaknya Linda.
"Main dokter dokter yuk, aku bosen nich mainan ini terus"ajak Putri
Friday, August 17, 2012
A Taste of Honey 1 - The Beginning - 1
Pengalamanku ini adalah pengalaman pertama aku merasakan kehangatan tubuh wanita. Namun untuk mempermudah memahami kisah-kisahku, maka pengalaman pertama ini kutulis belakangan setelah kisah-kisahku bersama para wanita kubagikan dalam cerita sebelumnya. Aku menganggap bahwa dengan menuliskan pengalaman pertama ini setelahnya, maka para pembaca akan dapat menarik kaitan antara cerita satu dengan yang lainnya. Cerita ini terjadi sekitar tahun 1991 ketika aku masih kuliah di Bogor. ***** Dengan bergantinya tahun akademik, maka aku memutuskan untuk pindah kos ke daerah pinggiran Kota Bogor. Toh kuliahku juga sudah tidak terlalu padat lagi, tinggal satu semester dan setelah itu mulai penyusunan skripsi. Setelah cari sana cari sini akhirnya kudapatkan sebuah paviliun berukuran 5 X 4 di sebuah kampung dengan kamar mandi di dalam. Rumah ini terletak bukan di kompleks perumahan, melainkan hanya di sudut perkampungan warga biasa. Saat itu kondisi Bogor masih sejuk dan jarak antar rumah di daerah itu masih agak jarang. Pemilik rumahku seorang pegawai negeri yang sudah MPP dengan istrinya yang berjualan di Pasar Ramayana. Anak-anak mereka sebagian sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta. Yang bungsu sedang melanjutkan kuliah di Bandung. Pertama kali tinggal di sini aku sudah merasa kerasan. Lingkungannya tidak terlalu ramai, tetapi angkutan ke kota dan ke kampus relatif lancar dan sampai malampun masih ada. Kalau siang hampir semua tetangga bekerja. Meskipun kalau siang sepi namun menurut bapak kosku lingkungan ini aman. Tidak pernah ada kejadian kehilangan jemuran atau sandal yang diletakkan di luar. Ada yang menjadi karyawan swasta, buruh atau pegawai negeri. Hampir setiap orang di lingkungan ini saling mengenal sehingga akupun merasa at home. Rumahku terletak di sudut kampung, di depan dan samping rumah adalah kebun dan sawah. Jendela nako di kamarku menghadap ke pekarangan tetangga di belakang. Namanya Pak Suhaidi, kami biasa memanggil Pak Edi atau kadang Pak Hadi. Istrinya dipanggil Ibu Heni, umurnya tiga puluhan. Beda umur keduanya cukup jauh sekitar sepuluh tahun. Pak Edi bekerja di lingkungan kampusku meski berbeda fakultas sebagai staf administrasi. Ibu Heni di rumah saja, namun kadang kulihat ia membawa baju untuk dikreditkan kepada orang-orang menengah ke bawah di dalam lingkungan kami. Anaknya laki-laki kelas empat SD, namanya Eka. Agak nakal tapi masih dalam batas-batas kewajaran. Satu hal yang kuperhatikan bahwa Pak Edi tidak pernah pergi bersama-sama dengan Ibu Heni. Aku sebagai warga baru tentu tidak sopan untuk mencari tahu tentang hal ini. Namun lama kelamaan kudengar bahwa memang begitu dari dulu. Katanya mereka dijodohkan dan Ibu Heni sebenarnya tidak mencintai suaminya. Selentingan lain yang kudengar Ibu Heni dulu pernah terlibat affair dengan seorang pejabat. Namun beberapa lama tinggal di sini kelihatannya mereka akur-akur saja, tidak pernah terdengar ribut-ribut atau kata-kata keras bernada tinggi dari rumah itu. Wajah keduanya memang bertolak belakang. Pak Edi seorang yang gemuk, pendek dan raut mukanya seram meskipun sebenarnya ramah juga kalau diajak ngobrol. Ibu Heni terlihat sebagai seorang wanita yang pandai merawat dirinya dan menampilkan pesona dirinya. Ia aktif ikut berbagai kegiatan, mulai dari senam di lingkungan ibu-ibu PKK dan pada sebuah sanggar senam di Bogor, arisan ibu-ibu di lingkungan serta kegiatan lingkungan lainnya. Tubuhnya terlihat segar dengan senyum yang selalu mengembang. Wajahnya cantik, kulitnya putih, badannya sintal dengan tinggi sekitar 163 cm dan berat seimbang. Dadanya montok, rambutnya berombak kecil dipotong sedikit dibawah bahu. Kalau kuperhatikan ia merupakan perpaduan tubuh Chintami Atmanegara dan wajah Cucu Cahyati. Bulu halus menghiasi kakinya, mulai dari paha sampai ke betisnya. Kelihatan indah sekali kalau dia pas mengenakan celana pendek. Kaki kirinya mengenakan gelang kaki dengan bandul yang beradu setiap kali dia berjalan. Crik.. Crik.. Criikk, selalu kudengar bunyi itu kalau dia berjalan. Setiap pagi Ibu Heni menyapu halaman rumahnya. Aku sering mengintipnya dari jendela nako kamarku yang berkaca gelap dan kututup. Halaman rumahnya agak rimbun dengan berbagai tanaman perdu. Kadang ia menyapu ke arah kamarku dengan menggunakan daster longgar, tetapi tangan yang satunya selalu menutupkan leher dasternya ke dadanya sehingga aku tidak bisa menikmati buah dadanya. Kalau sedang menyapu pantatnya bergoyang-goyang Kelihatannya ia seolah-olah menyadari kalau sering kuintip. Kalau sudah begitu ia melepaskan tangan yang menutup leher dasternya, namun arah menyapunya berubah menyamping sehingga yang kelihatan hanyalah silhouet tubuhnya dengan segumpal daging yang menggantung di dadanya. Tinggal aku di balik jendela nako hitam sedang meremas dan mengocok kemaluanku dengan membayangkan sedang menggumuli tubuh Ibu Heni sampai akhirnya mencapai klimaks. Sehari-hari aku disibukkan dengan jadwal kuliah, praktikum dan laporannya. Ada satu dua teman yang datang dan minta advis untuk bermacam-macam masalah. Mulai dari masalah perkuliahan sampai pacaran dan masalah pribadi lainnya. Rasanya aku dipandang sebagai orang bijak yang mampu memecahkan masalah teman-teman. Kalaupun aku tidak menemukan jalan keluarnya paling tidak ada yang mendengarkan keluhan, kata mereka. Dengan nada bercanda sering kukatakan pada teman-temanku satu hal yang aku tidak mau dengar yaitu kurang duit, karena aku juga tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan atau membantu. Kadang aku merasa tidak enak mengetik sampai larut malam karena mengganggu tetangga. Ketika kutanyakan pada bapak kosku, ia mengatakan tidak apa-apa karena toh jarak antar rumah agak jauh. Saat itu komputer belum banyak dipakai. Lagian kata dosenku ia lebih menghargai laporan dengan mesin ketik manual, karena orisinalitasnya. Kalau menggunakan komputer paling hanya copy file dan kemudian diedit sedikit. Kalau bertemu dengan Ibu Heni selama ini aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Kalaupun keluar suara hanya sekedar selamat pagi, siang, sore. Suatu sore ia berdiri di dalam pagar pekarangannya dan memanggilku yang baru pulang dari praktikum. "Anto.. Dik.. Dik Anto sebentar Dik. Ada perlu sedikit," katanya dengan suaranya yang manja dan merdu. Aksennya ringan, khas Sunda. "Ada apa Bu? Apa yang bisa saya bantu?" kataku. "Saya ada perlu nih. Masuk dulu yuk. Nggak enak bicara di pagar. Nanti disangka sedang nagih hutang". Ia kemudian membuka pintu pagar sampingnya dan aku masuk ke dalam pekarangannya. Beberapa sudut rumahnya cukup terlindung oleh rimbunnya dedaunan perdu sehingga tidak terlihat dari luar pagar. Beberapa tempat di atas pekarangannya ditanami dengan rumput manila. "Eka cawu kemarin rapornya jelek. Dapat ranking sepuluh dari belakang. Makanya kalau Dik Anto bisa, saya mau minta tolong agar bisa kasih pelajaran tambahan, les begitu, untuknya. Nanti ada upah lelahnya lho," katanya lagi. "Ah Ibu kok sungkan begitu. Saya dengan senang hati mau bantu. Tapi saya tidak mau dibayar kok," jawabku. "Jangan begitu Dik, saya yang jadinya nggak enak. sudah minta tolong tidak tahu berterima kasih," rayunya. "Begini saja Bu, saya akan kasih les pada Eka kapanpun sepanjang Eka mau dan saya ada di rumah, karena kadang ada perubahan jadwal kuliah. Mengenai lain-lainnya saya serahkan saja pada Bu Heni," kataku memutuskan. Bu Heni setuju dengan keputusanku tadi dan iapun mengucapkan terima kasih berkali-kali. Akupun mohon diri dan secara tak sengaja tanganku bergesekan dengan tangannya ketika menutup pintu pagar. Terasa lembut dan halus. Dadaku berdesir dan berdebar-debar. Aku jadi salah tingkah ketika berjalan pulang ke kamarku. Mulai saat itu Eka menjadi muridku. Kemampuan otaknya sendiri memang lemah, tapi ia mempunyai semangat untuk belajar sehingga perlahan-lahan nilainya di sekolah mulai membaik. Ibu Heni sangat senang dengan perkembangan Eka. Kalau Eka datang ia membawa kue titipan ibunya untuk kami makan bersama-sama sambil belajar. Uang yang diberikan Ibu Heni sebenarnya kutolak, tapi karena ia selalu memaksa terpaksa kuterima juga. Menurutku Ibu Heni terlalu banyak membayarku untuk waktuku memberikan les privat kepada anaknya. Suatu sore sekitar jam empat sepulang dari kampus aku melihat dari belakang tubuh Ibu Heni yang baru pulang senam. Ia mengenakan kaus tipis warna merah muda yang ditutup jaket training Pak kuning dengan garis putih. Sungguh serasi dengan warna kulitnya. Leher belakangnya masih terlihat berkeringat. Kembali dadaku berdesir melihatnya. Aku menyusul langkahnya, tapi sebelum menjejerinya ia kebetulan menoleh ke belakang. "Eiit.. Dik Anto. Baru pulang kuliah?" tanyanya. "I i.. I.. Iya Bu," jawabku tergagap. Sepanjang gang yang kami lalui terlihat sepi. Kusejajarkan langkahku dengan langkahnya. Ritsluiting jaketnya terbuka setengah sehingga dadanya yang terbungkus kaus tipis tampak menonjol ke depan. Tangan kami bersinggungan dan seolah-olah tanpa sengaja telapak tangannya memegang telapak tanganku sebentar. Badanku panas dingin. Ibu Heni hanya tersenyum saja. Sampai di kamar pikiranku menjadi tidak keruan. Sambil berganti celana pendek dan t-shirt kulihat dari jendela Ibu Heni sedang makan es cream menghadap kamarku. Ia mengulum es krimnya dengan nikmat sekali. Kubayangkan ia sedang menjilati kemaluanku. Langsung saja aku BT (Bawah Tegang). Kututupkan kaca nako, korden dan kuintip dia dari balik korden. Kembali fantasiku melayang dan tanganku sudah menggenggam dan mengusap adik kecilku yang meronta-ronta. Belum sampai klimaks Ibu Heni sudah masuk ke dalam rumahnya. Dengan mendengus kecewa kuhentikan kegiatan tanganku. Kuputuskan kuteruskan saja nanti malam sambil berbaring. Pintu kamar kubuka. Udara terasa panas karena mendung, kemudian kuhidupkan kipas angin. Kurapikan mejaku yang berantakan dengan membelakangi pintu. Karena asyiknya membereskan meja aku tidak menyadari ada orang lain yang masuk ke kamarku. Aku baru sadar ketika perasaanku kemudian mengatakan ada orang di belakangku. Aku menengok ke belakang dan.. "E e e.. Eh, Ibu. Ma.. Ma. A.. Aaf saya hanya pakai celana pendek," kataku terbata-bata ketika tahu bahwa yang masuk kamarku adalah Ibu Heni. "Nggak apa-apa. Saya yang minta maaf karena masuk tanpa mengetuk pintu. Kulihat kamu lagi sibuk beresin meja" katanya, "Eka aya di dieu To? Urang balik tadi masih ada di imah, sekarang geus ngilang. Ka mana eta budak?" Dia menanyakan apakah Eka, anaknya, ada disini, karena waktu di pulang Eka masih ada di rumah. "Nggak ada Bu, saya sendirian aja dari tadi". Ia menatapku tajam. Aku menghindar dari tatapannya, namun aku mencuri pandang mengamatinya. Ia maih mengenakan kaus tipis merah jambu yang dipakainya tadi dan di bawah ia hanya mengenakan celana pendek sebatas paha berwarna biru. Paha bawahnya terlihat putih. Bulu-bulu halus terlihat di paha sampai di betisnya. Aku menelan ludah dan keringat dingin mulai menitik di pori-poriku. Badanku panas dingin dan gemetar, mukaku memerah. Ibu Heni mendekatiku dan memegang tanganku. "Kamu sakit To, minum obat dulu gih!" katanya. ("Alamak, kalau sakit begini cocoknya minum obat kuat Bu, mungkin kalau di sini ada kuku bima TL langsung kuminum", keluhku dalam hati.) "Nggak kok bu, saya nggak apa-apa," kataku sambil menepis tangannya dengan halus. Tetapi kemudian justru tangannya menangkap dan memegang tanganku, kemudian diusap-usapnya bulu tanganku yang tumbuh jarang. Sekujur badanku meremang. Aku menahan desakan di balik celana pendekku. Adik kecilku mulai ingin ikut mencampuri urusan orang dewasa dan berontak. Dilepasnya tanganku dan Ibu Heni berjalan ke arah pintu, celingukan memperhatikan sekelilingnya sesaat, kemudian sandalnya dan sepatuku diangkat dan dimasukkan ke dalam kamar. Ia menutup pintu, menguncinya dengan gerendel dan kembali berjalan ke arah tempatku berdiri dan berhenti setengah meter di depanku. Aku tidak berani menatapnya. Ia diam saja di depanku dan kedua tangannya memegang, mengusap pipiku kemudian mengarahkan mukaku untuk menatapnya. Bau parfum yang lembut bercampur dengan bau tubuhnya bagaikan sebuah feromon pemikat lawan jenis. Lututku gemetar seakan tidak kuat menahanku berat tubuhku. Terpaksa kutatap wajahnya. Begitu indah dengan leher jenjangnya yang masih berkeringat. Ia menatapku dengan tersenyum. Mulutnya yang merekah merah mengeluarkan napas segar, bau harum mint. Setelah kupaksakan menatap dan melihatnya, baru aku tahu bahwa bra-nya yang berwarna putih terlihat kontras dengan kausnya, menutup hanya puting dan sepertiga buah dadanya yang seakan-akan mau tumpah keluar semuanya. Kepalaku berdenyut-denyut, mataku mulai berkunang-kunang dan agak kabur. Ia memegang tanganku dan mendekapkan dengan kedua tangannya di dadanya. Gemuruh di dadaku seakan mau meledak. Kemudian dilepasnya tanganku dan dia merebahkan kepalanya di dadaku. Tubuhku serasa melayang tidak menginjak bumi. "Ja.. Ngan Bu, nanti sebentar lagi Bapak pulang," kataku. Ia hanya tersenyum saja. "Pak Edi pulangnya nanti malam, Bapak dan Ibu kosmu pulang kampung selama tiga hari. Ini kuncinya dititip sama aku tadi siang," katanya sambil merogoh kantung celananya dan mengeluarkan kunci rumah induk. Aku kehabisan kata-kata, mulutku terkunci rapat. Di luar gerimis mulai turun. Sekilas ada rasa takut yang menyergapku, takut ketahuan oleh seseorang. Ibu Heni menyapukan bibirnya ke bibirku dengan lembut. Aku tidak berani membalasnya. Ia kemudian mengulangi dan melumat bibirku. Dengan kaku kubalas lumatannya. Terasa lembut dan nikmat sekali bibirnya. Lama kelamaan ciumanku berubah menjadi lumatan ganas. Aku dulu pernah berciuman dengan gadisku, tapi tidak seganas dan sebuas ini. Lidahnya mendorong lidahku dan menyelusuri rongga atas mulutku. Aku membalasnya, kudorong lidahnya, dia menyedot lidahku. Apapun yang dia lakukan kubalas dengan hal yang sama. Lihai sekali dia dalam berciuman. Aku mendapat banyak pelajaran dari Ibu Heni dalam teknik berciuman. Kepalanya miring sehingga mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak perpaduan bibir kami mulai terdengar. Desakan dari balik celana pendekku mengganjal perutnya dan ia semakin menekan selangkanganku dengan kuat. "Lepas bajunya dulu, To!" ia menyuruhku. Kulepas kausku, dan sekaligus kulepas celana pendek dan celana dalamku dalam sekali gerakan. Dadaku yang bidang dan berbulu lebat membuatnya berdecak kagum. Kejantananku langsung mencuat keluar dalam kondisi lurus, bahkan sedikit mengacung ke atas. Kepala penisku lebih besar dari batangnya, kelihatan kemerahan dan mengkilat karena dari lubangnya sudah mulai keluar cairan bening agak kental dan lengket. Kalau ukuran batangnya menurutku normal-normal saja, namun karena kepalanya lebih besar secara keseluruhan maka terlihat lebih besar dari ukurannya. "Hmm.. Besar di ujung, pasti hebat permainanmu," komentarnya. Diusapnya lubang kejantananku dengan ibu jarinya dan diratakannya cairan bening yang keluar tadi di atas kepalanya sehingga kini semakin mengkilat. Diusap-usapnya kepala penisku sampai membesar maksimal. Hujan telah turun dengan deras, udara mulai terasa dingin. Ibu Heni melepaskan pelukannya. Dengan gerakan pelan dan gemulai ia melepas kausnya dan kemudian melepas celana pendek dan celana dalamnya. Tangannya membuka kancing bra-nya dan sebentar ia sudah dalam keadaan bugil. Aku benar-benar tercengang melihat keindahan tubuh yang selama ini hanya ada dalam fantasiku. Perutnya masih terlihat datar dengan gunung kembarnya yang puncaknya kemerahan yang menggantung bebas. Kini kami berdua sama-sama dalam keadaan polos tanpa selembar benangpun. Selang beberapa menit kemudian Ibu Heni berkata ditelingaku dengan lirih, "Kita ke ranjang.. Sa.. Yang..". Dengan naluriku tiba-tiba saja aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan dia membalasnya dengan sangat liar, kemudian aku merasa penisku semakin tegak dan terasa lebih keras dari biasanya. Aku berbaring di ranjang dan Ibu Heni merangkak di atasku. Dadanya disodorkan ke mulutku dan dengan rakus kusedot dan kujilati buah dadanya. Aku tidak tahu apa yang mesti aku lakukan selanjutnya tetapi Ibu Heni pasti akan memberitahuku. Tangan dan mulutnya menarik-narik bulu dadaku dengan lembut. Sekali waktu dia menarik terlalu keras karena gemasnya. Aku terpekik."Ouuw.. Pelan sedikit Bu. Sakit..". "Habisnya gemas melihat bulu dadamu". Dia terus memintaku meremas-remas payudaranya dan menghisap putingnya secara bergantian. Kemudian aku disuruh menjilat vaginanya yang basah dan tampak kemerahan, tetapi aku tidak bisa melakukannya karena ada perasaan aneh. Melihat hal itu ia mengambil inisiatif. "Kayaknya Ibu yang harus memberikan pelajaran kepadamu nih..!!" Katanya lirih, lalu dia mulai menjilati tubuhku dari mulai leher perlahan-lahan turun kebawah dan berhenti disekitar paha. Dia juga menjilati biji zakarku. "Agh.. Ugh.. Ouhh.. Enak Bu.. Ugh..!!" desahku. "Hari ini aku benar-benar mendapat durian runtuh," pikirku. Hal yang belum pernah kualami akan kurasakan sore ini. Ibu Heni menggigit pahaku di bagian dalam dekat pangkal paha seolah-olah mengingatkan ini bukanlah mimpi tetapi kenyataan yang benar-benar sedang kualami. Ibu Heni terus melanjutkan aksinya, kini dia jongkok di atas pahaku.
Bersambung . . . .
Bersambung . . . .
Wednesday, August 15, 2012
The last sanctuary - 1
Pasir putih dan angin pantai. Kedua kaki mungil itu berlari menelusuri garis buih-buih yang terhempas ke tepian. Tawa kecil penuh keriangan terdengar dari bibir gadis itu. Tangannya bergerak terayun di samping tubuhnya. Angin mengibarkan gaun putihnya dan menyibakkan rambutnya. Gadis itu tampak begitu ceria. Kulitnya yang putih seakan bercahaya diterpa sinar mentari.
Kedua kaki mungil itu terus berlari. Terjatuh, tapi segera bangkit kembali. Tawa kecil penuh keriangan masih terdengar walau semakin jauh. Gadis molek bergaun putih berhenti. Matanya menerawang ke lautan tanpa batas. Kedua kaki mungil bergerak kembali. Berlari dan terus berlari. Tertawa dan terus tertawa. Pasir putih dan angin pantai. Gadis molek bergaun putih menanti setia. Sampai sebuah perahu menepi dan mengajaknya pergi.
Atas nama cinta.
Kedua kaki mungil itu terus berlari. Terjatuh, tapi segera bangkit kembali. Tawa kecil penuh keriangan masih terdengar walau semakin jauh. Gadis molek bergaun putih berhenti. Matanya menerawang ke lautan tanpa batas. Kedua kaki mungil bergerak kembali. Berlari dan terus berlari. Tertawa dan terus tertawa. Pasir putih dan angin pantai. Gadis molek bergaun putih menanti setia. Sampai sebuah perahu menepi dan mengajaknya pergi.
Atas nama cinta.
Tuesday, August 14, 2012
Tika istri gelapku - 1
Berawal ketika aku mendapat respon dari beberapa wanita yang sempat membaca kisah-kisahku pornoku, di antaranya seorang gadis muda yang masih mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kota Makassar. Usianya kutaksir maksimal 28 tahun. Namanya Tika (nama samaran). Dia sangat tertarik dengan kisahku dan ingin kenalan denganku lebih jauh, bahkan kami sepakat lewat e-mail untuk saling tukar pengalaman.
Saya masih ingat, waktu itu sekedar iseng membuka inbox emailku kalau-kalau ada email yang masuk. Tepatnya 4 Juni 2003, sebuah alamat email yang bertuliskan @yahoo.au di ujungnya, kucoba klik dan ternyata ia mengajakku kenalan. Akupun mencoba membalasnya sesuai janjiku pada setiap kisah porno yang kukirim, meskipun kalimatnya ala kadarnya yang penting tidak mengecewakan bagi pengirimnya. Apalagi namanya menunjukkan nama seorang wanita, sehingga pasti kuusahakan menyapanya. Hanya dalam tempo 24 jam kemudian, email itu kembali muncul di kotak emailku dan isinya menunjukkan ada keseriusan mau kenalan lebih jauh denganku. Akupun semakin menunjukkan keseriusan mau kenalan dengannya, apalagi setelah kuketahui kalau ia tinggal tidak terlalu jauh jaraknya dari kota tempat tinggalku. Kami hanya beda kota kabupaten, tapi ada dalam satu wilayah propinsi Sulsel.
Saya masih ingat, waktu itu sekedar iseng membuka inbox emailku kalau-kalau ada email yang masuk. Tepatnya 4 Juni 2003, sebuah alamat email yang bertuliskan @yahoo.au di ujungnya, kucoba klik dan ternyata ia mengajakku kenalan. Akupun mencoba membalasnya sesuai janjiku pada setiap kisah porno yang kukirim, meskipun kalimatnya ala kadarnya yang penting tidak mengecewakan bagi pengirimnya. Apalagi namanya menunjukkan nama seorang wanita, sehingga pasti kuusahakan menyapanya. Hanya dalam tempo 24 jam kemudian, email itu kembali muncul di kotak emailku dan isinya menunjukkan ada keseriusan mau kenalan lebih jauh denganku. Akupun semakin menunjukkan keseriusan mau kenalan dengannya, apalagi setelah kuketahui kalau ia tinggal tidak terlalu jauh jaraknya dari kota tempat tinggalku. Kami hanya beda kota kabupaten, tapi ada dalam satu wilayah propinsi Sulsel.
Monday, August 13, 2012
Supter cruentus divum - 1
Kisah horror ini menceritakan tentang Famitha, drakula wanita yang hidup dalam keabadian sekaligus gelimang seks. Famitha bermaksud membantu Dara, pelacur yang dikejar-kejar oleh induk semangnya. Namun rencana tidak selamanya berjalan mulus, dan petaka itu justru terjadi ketika Famitha sedang berpacu dalam seks yang kasar.
Dengan bersujud dan dengan kepala tertunduk, air mataku mengalir perlahan mencoba menahan kepedihan yang muncul seiring terbenamnya mentari ke peraduan. Coba kuingat doa-doa suci yang dulu biasa kuucapkan kala hari menjelang malam. Doa-doa pembawa ketentraman jiwa dari ketakutan yang mengiringi datangnya malam. Karena malam begitu kejam dan penuh rahasia, doa mendatangkan damai dan mengundang para malaikat pelindung menampakan diri mereka di hadapanku. Menghibur diriku dengan kidung-kidung surgawi yang merdu bagai nyanyian bidadari, harum bagai aroma bunga mawar ketika merekah.
Dengan bersujud dan dengan kepala tertunduk, air mataku mengalir perlahan mencoba menahan kepedihan yang muncul seiring terbenamnya mentari ke peraduan. Coba kuingat doa-doa suci yang dulu biasa kuucapkan kala hari menjelang malam. Doa-doa pembawa ketentraman jiwa dari ketakutan yang mengiringi datangnya malam. Karena malam begitu kejam dan penuh rahasia, doa mendatangkan damai dan mengundang para malaikat pelindung menampakan diri mereka di hadapanku. Menghibur diriku dengan kidung-kidung surgawi yang merdu bagai nyanyian bidadari, harum bagai aroma bunga mawar ketika merekah.
Sunday, August 12, 2012
Maniak hewan - 1
Namaku Mei, umur 19 tahun, tinggal bersama dua orang pembantuku, yang satu bernama Siti, dan yang satunya lagi bernama Jono. Kami tinggal di sebuah rumah kontrakan. Aku seorang siswi SMU swasta di Surabaya, aku memang tidak terlalu cantik, tetapi kulitku putih mulus. Kedua orang tuaku tinggal di Jakarta dengan kedua adikku. Kebetulan saat ini adalah liburan sekolah, jadi aku sama sekali tidak punya kegiatan. Liburan kali ini aku sedang malas pulang.
Aku mempunyai kebiasaan yang agak aneh, yaitu aku suka apabila ada orang, apalagi dari golongan tukang becak, tukang sampah, tukang bangunan, maupun para penjual makanan dan minuman, memperhatikan payudaraku. Dan untuk ukuran anak seusiaku, ukurannya terlalu besar, yaitu 40C, tetapi agak menggantung, dengan puting berwarna merah kecoklatan, karena sering kupelintir-pelintir. Ada saja caraku menarik perhatian mereka. Kalau aku memanggil bakso, aku sengaja tidak memakai BH, sehingga putingku menonjol dari balik kaosku. Orang belakang rumahku sedang membangun rumah, sehingga banyak tukang di sana. Aku sengaja berolah raga lompat tali tanpa memakai BH di halaman belakang, sehingga payudaraku bergoyang kesana-kemari, dan tentu saja hal ini diperhatikan oleh tukang-tukang itu.
Aku mempunyai kebiasaan yang agak aneh, yaitu aku suka apabila ada orang, apalagi dari golongan tukang becak, tukang sampah, tukang bangunan, maupun para penjual makanan dan minuman, memperhatikan payudaraku. Dan untuk ukuran anak seusiaku, ukurannya terlalu besar, yaitu 40C, tetapi agak menggantung, dengan puting berwarna merah kecoklatan, karena sering kupelintir-pelintir. Ada saja caraku menarik perhatian mereka. Kalau aku memanggil bakso, aku sengaja tidak memakai BH, sehingga putingku menonjol dari balik kaosku. Orang belakang rumahku sedang membangun rumah, sehingga banyak tukang di sana. Aku sengaja berolah raga lompat tali tanpa memakai BH di halaman belakang, sehingga payudaraku bergoyang kesana-kemari, dan tentu saja hal ini diperhatikan oleh tukang-tukang itu.
Saturday, August 11, 2012
Pak dukun bapa anakku
Sri Mardiana, tapi teman-temanku di sekolah tempat aku mengajar memanggil Ana sahaja. Umurku 30 tahun, walaupun guru-guru di sekolahku mengatakan umurku tak melebihi 25 tahun. Memang aku sentiasa bersenam dan menjaga bentuk badanku agar sentiasa kelihatan ramping dan langsing.
Suamiku seorang guru, mengajar di sekolah lain. Telah enam tahun kami berkahwin tapi belum dikurniakan seorang anak. Keluarga suamikudan keluargaku selalu bertanya bila kami akan menimag anak. Dengan selamba suamiku mengatakan mungkin tiada rezeki. Di rumah kami selalu berbincang mengenai perkara ini.
Suamiku seorang guru, mengajar di sekolah lain. Telah enam tahun kami berkahwin tapi belum dikurniakan seorang anak. Keluarga suamikudan keluargaku selalu bertanya bila kami akan menimag anak. Dengan selamba suamiku mengatakan mungkin tiada rezeki. Di rumah kami selalu berbincang mengenai perkara ini.
Friday, August 10, 2012
Trik hebat mengatasi ejakulasi dini
Fakta membuktikan bahwa sebagian pria tidak dapat memuaskan pasangannya saat bercinta. Pria yang seperti ini biasanya sudah selesai permainannya alias mengalami ejakulasi yang terlalu cepat sementara pasanganya belum mencapai apa-apa. Bagaimana cara mengatasi ejakulasi dini ini?
Hingga kini belum ada obat yang terbukti efektif dalam mengobati ejakulasi dini. Tapi ada beberapa trik atau teknik tertentu yang cukup efisien dalam menunda ejakulasi. Empat hal berikut bisa anda lakukan untuk Anda yang kesulitan menunda ejakulasi. Dengan empat teknik berikut anda bisa memperpanjang permainan seks anda dan bisa memuaskan pasangan anda.
Hingga kini belum ada obat yang terbukti efektif dalam mengobati ejakulasi dini. Tapi ada beberapa trik atau teknik tertentu yang cukup efisien dalam menunda ejakulasi. Empat hal berikut bisa anda lakukan untuk Anda yang kesulitan menunda ejakulasi. Dengan empat teknik berikut anda bisa memperpanjang permainan seks anda dan bisa memuaskan pasangan anda.
Thursday, August 9, 2012
Aku korban Pleki
Haloo pembaca RumahSeks, namaku Diva, umurku masih 15 tahun, saat ini aku masih SMU. Aku ingin berbagi pengalamanku yang benar - benar nyata. Aku mulai saja ceritanya.
Pada waktu bulan mei kemarin ada liburan sekolah selama 2 minggu. Saat itu orang tuaku sedang ada acara pesta di luar kota yaitu perkawinan teman ayahku saat SMP. Bulan Juni aku ada test Ulangan Umum Cawu 3, sehingga aku tidak boleh ikut ke pesta.
Pada waktu bulan mei kemarin ada liburan sekolah selama 2 minggu. Saat itu orang tuaku sedang ada acara pesta di luar kota yaitu perkawinan teman ayahku saat SMP. Bulan Juni aku ada test Ulangan Umum Cawu 3, sehingga aku tidak boleh ikut ke pesta.
Wednesday, August 8, 2012
Lily Panther - Menggapai matahari - 2
Posisi doggie yang dia minta tak menurunkan hasrat birahiku, sodokan demi sodokan menghantam rahimku, terasa sakit dan nikmat, sesekali ditariknya rambutku ke belakang sambil menyodok keras, desahan bebas lepas memenuhi kamar ini, aku benar benar bebas meng-ekspresikan kenikmatan yang kuraih, tanpa beban, tanpa malu, semua kulakukan dengan penuh perasaan, seakan tak ada lagi hari esok.
Setelah beberapa lama mengocokku, akhirnya kurasakan semprotan keras menghantam dinding vaginaku seiring dengan cairan hangat yang membasahi dan memenuhi relung relung kenikmatanku. Aku menjerit kaget dan nikmat bersamaan dengan jeritan orgasmenya, dicabutnya penis itu dan diusap usapkan ke pantatku, kurasakan spermanya meleleh keluar membasahi pahaku, akupun telungkup dalam kelelahan nan nikmat. Napas kami menderu seperti habis berlari lari, dia mengusap punggungku dengan mesranya.
Setelah beberapa lama mengocokku, akhirnya kurasakan semprotan keras menghantam dinding vaginaku seiring dengan cairan hangat yang membasahi dan memenuhi relung relung kenikmatanku. Aku menjerit kaget dan nikmat bersamaan dengan jeritan orgasmenya, dicabutnya penis itu dan diusap usapkan ke pantatku, kurasakan spermanya meleleh keluar membasahi pahaku, akupun telungkup dalam kelelahan nan nikmat. Napas kami menderu seperti habis berlari lari, dia mengusap punggungku dengan mesranya.
Tuesday, August 7, 2012
Pengalaman pertama
Nama saya Joko, saya terhitung baru terjun ke dalam Cerita Rumah Seks ini, site ini saya temukan secara tidak sengaja. Sejak kecil saya sering berpindah-pindah karena mengikuti ayah saya yang pegawai bank. Saya sekarang hampir menyelesaikan kuliah di salah satu universitas di ibukota, yang katanya kampus perjuangan orde baru. Umur saya 24 tahun, seharusnya saya sudah lulus setahun yang lalu, tapi karena saya sibuk kerja serabutan plus main saham jadinya baru sekarang sempat ikut ujian 'kompre' mudah-mudahan lulus, doain ya?
Saya mulai melakukan onani sejak akhir kelas 4 SD, diajarkan oleh teman saya yang bernama D. Katanya jika saya mengocok kemaluan saya akhirnya akan terasa nikmat. Pada awalnya saya sama sekali tidak terpikir apa yang dia maksud, bagi saya nikmat adalah apabila dibelikan mainan oleh ayah, atau dijajani bakso oleh ibu saya. Begitulah, akhirnya sampai sekarang saya masih rutin melakukannya dengan tangan saya atau dengan guling (bagi yang laki-laki dan punya guling pasti tahu bagaimana caranya). Sejak kecil saya selalu tertarik dan mengagumi perempuan, bahkan sebagian besar sahabat saya adalah perempuan. Saya pacaran (yang serius) sudah 18 kali, terus terang tadinya saya juga kaget dengan bilangan ini (walaupun toh saya yakin pasti ada yang jauh lebih dari itu, setelah membaca hampir semua kisah di site ini). Ini adalah kisah dari salah satu pacar saya (yang terakhir dan masih sampai sekarang).
Saya mulai melakukan onani sejak akhir kelas 4 SD, diajarkan oleh teman saya yang bernama D. Katanya jika saya mengocok kemaluan saya akhirnya akan terasa nikmat. Pada awalnya saya sama sekali tidak terpikir apa yang dia maksud, bagi saya nikmat adalah apabila dibelikan mainan oleh ayah, atau dijajani bakso oleh ibu saya. Begitulah, akhirnya sampai sekarang saya masih rutin melakukannya dengan tangan saya atau dengan guling (bagi yang laki-laki dan punya guling pasti tahu bagaimana caranya). Sejak kecil saya selalu tertarik dan mengagumi perempuan, bahkan sebagian besar sahabat saya adalah perempuan. Saya pacaran (yang serius) sudah 18 kali, terus terang tadinya saya juga kaget dengan bilangan ini (walaupun toh saya yakin pasti ada yang jauh lebih dari itu, setelah membaca hampir semua kisah di site ini). Ini adalah kisah dari salah satu pacar saya (yang terakhir dan masih sampai sekarang).
Monday, August 6, 2012
Andani Citra - Sampah-sampah cinta 1
Suatu hari aku bangun pagi sekali, hari itu aku kuliah siang jam sebelas sementara jam di kamarku masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Maunya sih tidur lagi, tapi kantukku sudah hilang dan tidak bisa tidur lagi, mungkin gara-gara kemarin aku tidur terlalu awal, kira-kira setengah delapan malam.
Ini adalah hari kedua aku sendirian di rumah, orang tuaku selalu sibuk, Papa sedang mengurus bisnis di Malaysia ditemani mamaku yang kebetulan juga mau berobat di sana, sedangkan pembantuku satu-satunya juga sedang pulang kampung sejak lima hari yang lalu karena saudaranya meninggal. Janjinya sih sore ini dia akan kembali, yah kuharap begitulah karena aku capek sekali selama tiga hari ini harus mengurus makan dan beres-beres sendiri.
Ini adalah hari kedua aku sendirian di rumah, orang tuaku selalu sibuk, Papa sedang mengurus bisnis di Malaysia ditemani mamaku yang kebetulan juga mau berobat di sana, sedangkan pembantuku satu-satunya juga sedang pulang kampung sejak lima hari yang lalu karena saudaranya meninggal. Janjinya sih sore ini dia akan kembali, yah kuharap begitulah karena aku capek sekali selama tiga hari ini harus mengurus makan dan beres-beres sendiri.
Sunday, August 5, 2012
Lily Panther 10 Mutiara Hitam
Pengantar: Bagi pembaca yang telah mengikuti ceritaku, lupakan synopsis ini dan langsung ke cerita, tapi bagi yang baru "menemukan" cerita ini diharap mengikutinya sejak awal seri Lily Panther.
Serial ini menceritakan pengalamanku sejak awal mula menjadi seorang pekerja sex (baca: "Kisah seorang Call Girl") hingga menjadi seorang call girl yang freelance, termasuk petualangan dengan berbagai macam dan tipe orang, bermacam permainan dan bermacam macam lainnya.
Serial ini menceritakan pengalamanku sejak awal mula menjadi seorang pekerja sex (baca: "Kisah seorang Call Girl") hingga menjadi seorang call girl yang freelance, termasuk petualangan dengan berbagai macam dan tipe orang, bermacam permainan dan bermacam macam lainnya.
Saturday, August 4, 2012
Montir-montir nakal - 1
Siang itu, saya menyetir mobilku ke sebuah bengkel. Terus terang, bengkel itu bukan bengkel langgananku. Ayahku yang mengusulkan bengkel itu. Katanya, para pekerja bengkel itu amat cermat dan servisnya memuaskan. Jadi, kupikir tak ada salahnya untuk mencoba. Dari luar, bengkel itu nampak tak jauh berbeda dengan bengkel lainnya. Tanpa kesulitan, saya menyetir mobilku masuk dan berhenti di dalam garasi bengkel itu. Begitu saya keluar dari mobilku, tiga montir pria mendatangiku.
Tampang mereka ramah, berwajah tampan bak cover model. Seragam montir mereka berlumuran oli dan berbau keringat. Tangan mereka terlihat besar dan kokoh. Dengan ramah, seorang dari mereka menyalamiku dan berkata,
Tampang mereka ramah, berwajah tampan bak cover model. Seragam montir mereka berlumuran oli dan berbau keringat. Tangan mereka terlihat besar dan kokoh. Dengan ramah, seorang dari mereka menyalamiku dan berkata,
Friday, August 3, 2012
Sebuah Tantangan - 4
Kuambil HP-ku dan kuhubungi Yeni, tapi HP-nya nggak aktif.
"Kurang ajar" teriak batinku.
"Aku tahu kamu kaget dan nggak suka tapi Yeni bilang kamu nggak akan bisa menolak, makanya aku bayar 3 kali lipat dari biasanya" lanjutnya dengan wajah menyeringai seperti srigala lapar hendak menerkam mangsa yang sudah tak terjerat tak berdaya.
"Kurang ajar" teriak batinku.
"Aku tahu kamu kaget dan nggak suka tapi Yeni bilang kamu nggak akan bisa menolak, makanya aku bayar 3 kali lipat dari biasanya" lanjutnya dengan wajah menyeringai seperti srigala lapar hendak menerkam mangsa yang sudah tak terjerat tak berdaya.
Thursday, August 2, 2012
Lia sekretaris seksi - 1
Hari itu aku datang ke kantor sekitar pukul 9.30 pagi. Sebenarnya aku malas untuk masuk kerja hari ini, tetapi akan ada rapat bulanan yang diikuti semua departemen. Terlebih ayahku akan datang juga dalam rapat itu, jadi akupun harus masuk kerja.
Sebenarnya aku lebih suka pergi dengan teman kuliahku dulu di Amerika yang datang ke Jakarta. Dia ingin aku ajak jalan-jalan.. Tapi yach karena ada rapat sialan ini aku harus tunda deh sampai malam nanti. Aku sudah janjian dengan dia, akan aku jemput sehabis pulang kantor nanti. Eh.. Dia malah menolak dan bilang dia yang akan ke kantorku sore nanti. Dia bilang tidak apa harus menunggu karena dia bisa bertemu dengan sekretarisku, Lia.
Sebenarnya aku lebih suka pergi dengan teman kuliahku dulu di Amerika yang datang ke Jakarta. Dia ingin aku ajak jalan-jalan.. Tapi yach karena ada rapat sialan ini aku harus tunda deh sampai malam nanti. Aku sudah janjian dengan dia, akan aku jemput sehabis pulang kantor nanti. Eh.. Dia malah menolak dan bilang dia yang akan ke kantorku sore nanti. Dia bilang tidak apa harus menunggu karena dia bisa bertemu dengan sekretarisku, Lia.
Wednesday, August 1, 2012
Margie, Ilen dan Elang - 2
Kami bertiga menghabiskan malam di Bengkel. Ngobrol, bertemu teman-teman yang ada di sana. Sekitar pukul dua belas, kami pulang. Saat kami keluar dari mobil Elang, dia menyerahkan sebuah bungkusan kepadaku.
"Ini. Semoga kalian suka."
Aku sangat capek, dan Eca pun demikian. Besok musti masuk kerja dan kupikir sekarang sudah saatnya tidur. Eca setuju, tapi dia bilang ingin mandi air hangat dulu. Dia menuju kamar mandi dan aku mengganti pakaian dengan baju tidur, lantas merebahkan diri di tempat tidur. Kunyalakan TV dan menonton film HBO. Bingkisan dari Elang telah kami lemparkan di dekat telepon. Aku mendengar shower dimatikan, dan beberapa saat kemudian Eca muncul di kamar tidur. Handuk terlilit di tubuhnya dan satu di kepalanya. Rambutnya yang hitam tampak lembab namun tidak terlalu basah. Dia belum berganti dengan gaun tidurnya. Aku tetap menonton TV, sedang Eca, tidak. Dia meraih bungkusan yang diberikan Elang.
"Oh, boy! Apa ini?"
"Ini. Semoga kalian suka."
Aku sangat capek, dan Eca pun demikian. Besok musti masuk kerja dan kupikir sekarang sudah saatnya tidur. Eca setuju, tapi dia bilang ingin mandi air hangat dulu. Dia menuju kamar mandi dan aku mengganti pakaian dengan baju tidur, lantas merebahkan diri di tempat tidur. Kunyalakan TV dan menonton film HBO. Bingkisan dari Elang telah kami lemparkan di dekat telepon. Aku mendengar shower dimatikan, dan beberapa saat kemudian Eca muncul di kamar tidur. Handuk terlilit di tubuhnya dan satu di kepalanya. Rambutnya yang hitam tampak lembab namun tidak terlalu basah. Dia belum berganti dengan gaun tidurnya. Aku tetap menonton TV, sedang Eca, tidak. Dia meraih bungkusan yang diberikan Elang.
"Oh, boy! Apa ini?"