Pages

Monday, March 19, 2012

Pengalaman seks dengan teman kencanku ke 21 - 1

Awek Pantat Panas CantikNamaku Charles. Laki-laki. Aku lahir tahun 1975. Menurutku wajahku biasa saja, tapi bodyku cukup menarik bagi lawan jenisku. Tinggi 174 cm, padat berisi, berat 80 Kg. Ini bukan terlalu PD, tapi banyak wanita menyebutku "ganteng". Padahal, wajahku banyak jerawat, dan bopeng. Aku jadi tidak mengerti, ganteng dari mana? Ah, tapi yang bisa menilai dengan obyektif gantengnya seorang laki-laki 'kan wanita?

Aku tinggal di Pontianak, kota yang dilintasi garis khatulistiwa, sehingga suhunya selalu panas. Dan karena panasnya, banyak juga pemandangan yang bisa bikin panas di sini. Tertarik? Datang saja ke Pontianak. Cukup perkenalan denganku, kita lanjut perkenalan denganku di cerita lain.



Waktu aku baru pertama kali kenal situs ini, aku jadi tertarik untuk menceritakan kisah petualanganku yang tak mungkin kuceritakan kepada orang lain secara gamblang, jadi kalau ceritanya di sini, kan tidak malu dan tabu? Banyak lagi yang akan "mendengar" (membaca, maksudku). Sampai hari ini aku sudah mengencani 25 wanita. Dan akan saya ceritakan satu per satu yang menurutku paling asyik, seru, romantis, dan yang.. Anda tahulah apa kata yang cocok. Yang pasti ceritaku ini asli tanpa modifikasi, apalagi khayalan, kecuali khusus untuk nama tokoh dalam cerita ini.

Yang pertama akan kuceritakan kisah petualangan sex aku dengan seorang gadis bernama Tina, walaupun dia bukan yang pertama, tapi dia termasuk sepuluh besar yang tercantik dan memuaskan yang pernah kukencani. Kalau mau tahu, dia adalah wanita ke-21 (dua puluh satu)! Dia cantik, rambutnya panjang lurus sampai di bawah bahu, matanya indah, bulu matanya lentik, alisnya seperti punya Kris Dayanti. Hidungnya tidak terlalu mancung, biasa saja, standar orang Indonesia. Kulitnya agak gelap, bodynya boleh dikatakan pendek, hanya sebahu saya, tapi langsing, dengan pinggang yang ramping, pinggul yang indah, dan buah dadanya yang lumayan besar untuk ukuran badannya. (Cukup untuk diraba, diremas, dan dikulum). Senyumnya manis, selalu memperlihatkan jajaran giginya yang putih.

*****

Berawal dari perkenalan kami di sebuah hotel yang ada fasilitas diskotek, karaoke dan bar. Di kala itu, tahun 1999, sudah menjadi hobby saya untuk mengunjungi karaoke dan bar, sekedar untuk bersantai, bernyanyi, "cuci mata" melihat ciptaan Tuhan yang indah-indah. Kebetulan dia juga mengunjungi tempat tersebut. Kami bertemu di bar, dia datang sendirian ke bar dan memesan minuman. Saya memandanginya dengan kagum karena dia cantik dan imut-imut. Dia memandang aku, pandangan kami bertemu, lalu aku tersenyum padanya. Diapun membalas senyumku. Mendapat respon yang positif, aku cepat-cepat melancarkan aksi untuk berkenalan.

"Hai. Charles..." kataku sambil menyodorkan tangan kananku untuk bersalaman.
"Hai, juga. Saya Tina..." jawabnya sambil menyambut salam tanganku.

Dapat kurasakan tangannya yang halus membuat aku gemetaran dan jantungku berdegub kencang, karena tiba-tiba "setan" dalam diriku berteriak sangat keras! "Huaa!" (Berkhayal Bagaimana rasanya kalau tangannya yang lembut itu menyentuh dan membelai tubuhku, apalagi memegang, meremas, dan mengocok penisku?)

"Tina..." aku mengulang.
"Tina datang sendiri aja?" lanjutku.
"Nggak, ama temen tuh lagi duduk di sana..." katanya sambil menunjuk ke temannya yang lagi cuek asik ngobrol.

Yang ditunjuk ada dua orang, yang satu laki-laki, yang lainnya perempuan.

"Yang mana? Yang cowok apa cewek?" tanyaku dengan sedikit cemas kalau-kalau dia sudah punya gandengan.
"Yang cewek..." jawabnya sambil menyedot Coke pesanannya.
"Ooh, kirain dateng ama cowok kamu..." kataku dengan nada pancing untuk meyakinkan dia belum punya gandengan.
"Nggak. Cowokku banyak, tapi malam ini nggak dengan cowok..." jawabnya dengan cuek.
"Alah Mak! Katanya, cowoknya banyak? Play Girl juga nih anak?" kataku dalam hati.
"Apa?" tanyanya.
"Nggak, hobby koleksi cowok yah?" tanyaku menggoda.
"Iya, kalau cuma satu, ntar bosan, mau mutusin, saya donk yang kebingungan?" jawabnya dengan cuek.
"Minta aampuun, ada pula cewek model gini di kota yang terkesan adem ayem ini?" kataku dalam hati cukup kaget dengan apa yang baru kutemukan.
"kalau boleh tahu, model cowok kayak apa yang memenuhi syarat jadi koleksimu? Aku memenuhi syarat, nggak?" tanyaku memancing.

Dia memandang aku dan menatapku dalam-dalam. Menyapukan pandangannya dari ujung rambut ke ujung kakiku dan balik lagi ke wajahku, tepatnya ke mataku. Dia tidak malu-malu beradu pandang denganku.

"Gile juga perempuan yang satu ini, liar bener!" kataku dalam hati.

Setelah itu, sambil menatapku dia tersenyum manis padaku. Aku merasa lega, karena mendapatkan tanda positif.

"Gimana?" tanyaku penuh penasaran.

Sambil beranjak dari tempat duduknya, tersenyum manis, dengan gaya berjalan yang agak genit karena goyangan pinggulnya agak dibuat-buat, dia berkata, "Kamu belum memenuhi syarat!"
"Haah?" jeritku dalam hati.

Tinggallah saya yang kebingungan sendiri, lidah kaku, tak bisa ngomong apa-apa, tenggorokan kering, sambil hanya bisa melihat dia berjalan melenggok menuju temannya, sambil menggoyangkan pinggulnya.

"Siial!!" teriakku dalam hati.

Aku berpaling ke meja bar dengan perasaan yang agak dongkol, dan meneguk minumanku. Biarkan sajalah, pikirku. Patah-tumbuh, hilang-berganti. Mati satu tumbuh seribu. Jamur kali ya?

Sambil meneruskan tujuanku kemari, cuci mata, aku mencoba mencari pemandangan lain yang indah. Musik disco mendentum penuh semangat di malam itu, namun akan lebih mantap jika saja suasana hatiku tidak dirusak perempuan tadi. Lima belas menit sudah berlalu. Dengan sisa mood-ku yang ada, setelah menghabiskan minumanku dan rokok sebatang, aku berencana akan pulang, atau jalan-jalan dulu keliling kota. Aku menyalakan rokok, kusedot dalam-dalam asap beracun itu, biarpun beracun, tapi nikmat rasanya. Tapi tiba-tiba bahuku ditepuk, lumayan keras, "PLAKP!" sampai aku terkaget-kaget sehingga terbatuk akibat dari asap rokok yang kusedot belum kukeluarkan.

"Uhuk.. Uhuk.. Uhukk.." Aku terbatuk-batuk.
"Uh, siapa si jahil sialan ini?" gumamku sambil berpaling mencari tahu siapa yang menepuk bahuku sampai aku terbatuk-batuk. Setelah berpaling, rupanya yang kutemukan adalah si Tina, cewek yang tadi menolakku tadi.

"Hai, kecewa berat ya, tadi ditolak saya?" tanyanya sambil senyum manis.
"Giile luh! Udah tahu, nanya lagi!? Sialan!" kataku dalam hati.

Tapi senyumnya yang manis itu, matanya yang indah itu, bulu matanya yang lentik itu, aduh! Hilang sudah dongkolku.

"Ng.. Nggak.. Cuma kaget aja, kamu tepuk bahuku kuat banget sih? Sampai aku terbatuk-batuk, mau bunuh aku yah?" kataku pura-pura marah.
"Sorry deh.. Saya nggak tahu kalau kamu lagi asik ngrokok. Jangan marah yah? Nih nomor HP saya, SMS saya yah? Saya mau pulang dulu, sudah ditunggu ama temenku..." katanya sambil menyodorkan secarik kertas berisi sebuah nomor HP.
"Kali ini mau ngerjain apa lagi nih cewek? Belum puas?" tanyaku dalam hati.
"Lho, katanya tadi aku nggak memenuhi syarat? Jadi ini untuk...." belum selesai aku ngomong dia memotong.
"Udah, jangan masukin ke hati, pokoknya, ntar SMS saya, OK? Daah aku pulang dulu..." katanya sambil mengedipkan mata kirinya membuat bulu matanya yang lentik seperti terkibas, lalu bergegas meninggalkan aku yang lagi-lagi kebingungan memegang kertas yang disodorkannya dan rokok yang masih berasap. Kubaca tulisan diatas kertas itu, tertera: "081156xx". (Pembaca jangan kecewa, ini musti kurahasiakan. He he he..)

Sesuai rencanaku, aku pulang setelah menghabiskan sebatang rokok. Segera setelah mandi dan berganti pakaian, aku meraih HPku dan mulai mengetik SMS kepada Tina.

Aku: "Hai Tina, sudah bobok belum? Atau masih lagi jalan-jalan? CHARLES"
Tina: "Blon, lagi tiduran aja di kamar. Kamu lagi dimana?"
Aku: "Udah pulang. Sekarang lagi tiduran di kamar juga. Besok ada acara nggak?"
Tina: "Nggak ada. Mau ajak ke mana?"

"Nawarin untuk diajak kencan nih!" bisik hatiku.

Aku: "Mo nggak kita makan-makan, jalan-jalan. Jadi tambahin 1 lagi koleksi cowokmu. Kita kencan, gitu?"
Tina: "OK. Jam berapa? Temu di mana? Tapi tempatnya yang romantis yah?"
Aku: "Kamu aja yang atur, aku yang jadi executivenya."
Tina: "OK. Saya sempet jam 8 malam. Tunggu di loby hotel Grd."
Aku: "OK. Tapi kenapa nggak jemput ke rumahmu aja? Di mana rumahmu?"
Tina: "Rahasia. Pokoknya besok jangan telat, OK?"
Aku: "OK. C U tomorow."

Pada waktu yang ditentukan, aku datangi tempat yang sudah dijanjikan. Dia sudah datang duluan. Dia tampil cantik sekali malam itu. Memakai jaket jeans hitam yang dikancing 2 kancing paling bawah, dengan dalaman baju kaos hijau ketat yang memperlihatkan bentuk payudaranya yang bulat indah menonjol terbungkus BH dibalik baju ketatnya. Sedangkan bawahannya celana jeans panjang ketat berwarna senada dengan jaketnya mempertontonkan bentuk pinggulnya yang melengkung indah serta pantatnya yang menonjol tampak padat berisi, juga bentuk pahanya yang tampak indah, ramping, serasi dengan bentuk tubuhnya yang mungil.

Bersambung . . . .


No comments:

Post a Comment