Pages

Thursday, January 5, 2012

Murid dan Guru - Hadiah istimewa - 4

Di atas 'king size bed' tergeletak tubuh telanjang seorang gadis belia. Tubuh itu tergeletak dengan pose yang sangat menantang. Satu kaki terbujur lurus di atas kasur, dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dan bibir gadis itu tersenyum manis. Merekah. Di cermin besar di dinding, bayangan tubuh indah itu terpantul seutuhnya. Seolah ada dua gadis belia yang sedang telanjang atas tempat tidur.

Theo menaiki tempat tidur dan menjatuhkan dadanya di antara kedua belah paha gadis belia itu. Lalu dengan gemas, diciumnya pusar gadis itu.

"Theoo, geli!"

Theo tersenyum sambil mengangkat kepalanya. Tapi tak lama kemudian diulang-ulangnya mencium hingga membuat gadis belia itu menggelinjang beberapa kali. Lalu ia merasakan dua buah lengan yang menarik dagu dan rambutnya. Dengan menggunakan kedua siku dan lututnya, ia merangkak hingga wajahnya terbenam di antara kedua buah dada gadis itu. Dikecupnya lekukan buah dada yang putih itu. Lidahnya sedikit menjulur ketika mengecup. Kecupan basah. Ia tak merasa puas bila lidahnya tak merasakan kehalusan kulit buah dada gadis belia itu.

Tak lama kemudian, lidahnya melata menjilat buah dada yang sebelah kanan. Diulangnya beberapa kali hingga buah dada itu mulai basah tersapu air liurnya. Ia berhenti sejenak untuk menatap keindahan puting di pucuk buah dada itu. Lalu tangannya kirinya bergerak mengusap bagian bawah buah dada itu, kemudian bergerak ke arah atas sambil meremas dengan lembut. Sesaat ia menahan nafas menikmati kekenyalan buah dada itu di telapak tangannya. Remasannya membuat puting itu terlihat semakin tinggi. Menggemaskan. Dan dengan cepat dikecupnya puting buah dada yang masih kecil itu. Dikulumnya sambil mengusap-usapkan tangan kanannya di punggung gadis itu.

"Kau murid yang cantik sekali," kata Theo sambil mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Debby tersenyum. Ia senang mendengar pujian itu. Dirangkulnya leher guru matematika yang disayanginya itu dengan tangan kirinya, kemudian diciumnya bibir lelaki itu dengan mesra. Dihisapnya lidah yang menyusup ke bibirnya. Dihisapnya sambil mengait-ngaitkan ujung lidahnya. Tak lama kemudian, tangannya kanannya bergerak ke arah pangkal paha lelaki itu. Setelah mengusap-usap beberapa kali, digenggamnya batang kemaluan lelaki itu. Lalu diarahkannya cendawan batang kemaluan itu ke celah di antara bibir vaginanya yang mulai berlendir.

"Ambil hadiahnya, Theo," bisik gadis itu sambil mengusap-usapkan cendawan itu ke bibir vaginanya.

Theo menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung batang kemaluannya. Untuk pertama kalinya lendir dari celah bibir vagina gadis belia itu mengolesi ujung cendawannya. Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Urat-urat berwarna hijau di kulit batang kemaluannya semakin membengkak. Setelah menunjukkan kesabarannya selama sebulan, kesabaran mencumbui vagina gadis itu hanya dengan lidahnya, ternyata kesabarannya membuahkan hasil. Gadis itu akhirnya memberikan hadiah istimewa yang akan membawanya ke pintu surga dunia. Hadiah istimewa yang tak pernah diduganya akan diberikan oleh salah seorang muridnya.

Theo sedikit menekan pinggulnya agar cendawan itu terselip di bibir vagina yang berwarna pink itu. Ia menatap wajah gadis belia itu ketika merasakan pinggul yang ditindihnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, cendawan batang kemaluannya akhirnya terselip. Ia menahan nafas ketika merasakan hangat dan sempitnya bibir vagina itu menjepit cendawan kemaluannya. Setelah sebulan bersabar, akhirnya vagina yang segar ini dapat kumiliki, katanya dalam hati. Lalu ia mulai menciumi leher gadis itu. Dadanya direndahkan hingga menekan kedua buah dada gadis itu. Ia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan kekenyalan buah dada itu ketika menggeliat. Ia yakin gadis itu akan mengeliat-geliat ketika ia mendorong batang kemaluannya lebih dalam.

"Ohh.., Theo." Theo menciumi telinga gadis itu.
"Belit pinggangku dengan kakimu, Sayang," bisiknya di sela-sela ciumannya.

Tangan kirinya meremas buah dada gadis itu, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus paha luar yang baru membelit pinggangnya. Lalu ia mendorong batang kemaluannya lebih dalam. Sesak! Perlahan-lahan ia menarik sedikit batang kemaluannya, kemudian mendorongnya. Hal itu dilakukannya beberapa kali hingga ia merasakan cairan lendir yang semakin banyak mengolesi cendawan kemaluannya.

Sambil menghembuskan nafas berat, didorongnya batang kemaluannya lebih dalam hingga ujung cendawannya menyentuh sesuatu. Ia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat gadis belia itu meringis. Ia tak ingin menyakiti murid yang sangat disayanginya itu. Selain itu, tubuhnya sendiri pun bergetar merasakan sempitnya lubang vagina itu. Dadanya berdebar-debar ketika ia membiarkan ujung kemaluannya bersentuhan dengan selaput tipis yang sebentar lagi akan dirobeknya.

"Sakit, Theo!"
"Tahan sedikit ya, Sayang."

Theo kembali menarik batang kemaluannya hingga hanya ujung cendawan kemaluannya yang terselip di bibir luar vagina sang gadis. Lalu didorongnya kembali perlahan-lahan. Diulangnya beberapa kali. Ia diam sejenak mengamati raut wajah yang cantik itu ketika ujung kemaluannya kembali menyentuh selaput tipis itu. Mata gadis itu setengah terpejam, tetapi bibirnya sudah tidak meringis.

"Debby, nanti dorong pinggulnya, ya," katanya sambil menarik kembali batang kemaluannya.

Lalu diciumnya bibir gadis itu dengan lahap. Ia tak ingin mendengar gadis itu menjerit ketika ia mendorong kembali batang kemaluannya. puting buah dada gadis itu diremasnya dengan jempol dan jari telunjuknya. Dan ketika merasakan gadis itu mendorong pinggulnya, dengan cepat didorongnya pula batang kemaluannya.

"Hmm.., hhmm..!" gumam gadis itu sambil mengisap lidah Theo sekeras-kerasnya.

Ia hanya dapat bergumam ketika merasakan batang kemaluan Theo menghunjam ke dalam lubang vaginanya. Sekejap, tiba-tiba ia merasakan nyeri ketika batang kemaluan itu menembus selaput di lubang vaginanya. Ia menggeliat-geliat berusaha untuk melepaskan diri. Tapi semakin ia menggeliat, batang kemaluan itu masuk semakin dalam. Akhirnya ia pasrah, diam tak bergerak!

Theo menahan gerakan pinggulnya. Ia telah mendapatkan hadiah yang dijanjikan gadis itu. Tapi ia tidak ingin egois. Ia tidak ingin melihat gadis belia itu meringis kesakitan ketika memberikan hadiahnya. Ia akan membuat gadis itu bahagia dan turut menikmati pemberiannya. Oleh karena itu, ia menghentikan gerakan pinggulnya. Sesaat, ia hanya membelai-belai rambut di dahi gadis itu. Lalu mengecup keningnya dengan mesra. Tak lama kemudian, bibir gadis itu dikecupnya dengan lembut. Dikulumnya dengan penuh perasaan. Ia baru menarik batang kemaluannya perlahan-lahan setelah merasakan lidah gadis itu menyusup ke dalam mulutnya.

Setelah menyadari tak ada perubahan di raut wajah gadis itu, Theo kembali membenamkan batang kemaluannya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya mendengar gadis itu mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya erat-erat. Ia pun merasakan dua buah kaki yang semakin erat membelit pinggangnya. Ia masih tetap mendengar gadis itu mendesis ketika menarik batang kemaluannya.

Setelah menarik nafas panjang, dan tak sanggup lagi menahan kesabarannya, ia menghentakkan pinggulnya sedalam-dalamnya hingga pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal paha gadis itu. Ia mendesah beberapa kali ketika merasakan seluruh batang kemaluannya terbenam ke dalam vagina gadis itu. Bahkan ia merasakan ujung kemaluannya menyentuh mulut rahim gadis belia itu. Sejenak ia diam tak bergerak. Ia sengaja membiarkan batang kemaluannya menikmati sempitnya lubang vagina itu. Ia terpejam merasakan remasan lembut di batang kemaluannya ketika vagina itu berdenyut.

"Aarrgghh.., ooh, ohh..," rintih debby ketika seluruh batang kemaluan lelaki yang disayanginya itu telah terbenam ke dalam lubang vaginanya.

Ia merasakan pedih dan nikmat di sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya meremang, yang membuat ia terpaksa melengkungkan punggungnya. Kuku-kuku jari tangannya menancap di punggung lelaki itu ketika ia merasakan biji kemaluan Theo memukul lubang duburnya. Ia semakin melengkungkan punggungnya menjauhi kasur ketika lelaki itu menarik batang kemaluannya. Ia tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya saat bibir dalam vaginanya tertarik bersama batang kemaluan itu.

Tak ada lagi pedih yang tersisa. Hanya ada nikmat yang menjalar dari vaginanya, nikmat yang membuat punggungnya terhempas ke atas kasur ketika lelaki itu kembali menghunjamkan batang kemaluannya. Ia menggigit bibirnya meresapi kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya. Klitoris yang tergesek ketika gurunya yang jantan itu menghunjamkan batang kemaluannya. Kenikmatan itu membuat ia terengah-engah karena hanya mendapatkan sedikit udara setiap kali ia menarik nafas.

Theo mendesah setiap kali mendorong batang kemaluannya. Seumur hidupnya, Ia tak pernah merasakan ada vagina yang menjepit batang kemaluannya sekeras itu. Vagina sempit yang membuat telapak tangannya harus menekan kasur sekeras-kerasnya ketika ia menarik batang kemaluannya. Akhirnya ia tertelungkup di dada gadis itu. Tangannya menyusup ke balik punggung dan menggenggam kedua bahu gadis itu. Ia terpaksa hanya mengandalkan lututnya untuk menekan kasur agar ia tetap dapat mengangkat dan mendorong pinggulnya. Ia hampir tak mampu membendung air maninya lebih lama lagi. Dipandangnya pangkal pahanya. Air mani di kantung biji kemaluannya terasa semakin meronta-ronta ketika ia melihat bibir luar vagina mungil itu ikut terbenam setiap kali ia mendorong batang kemaluannya.

"Aarrgghh.., Debbyy..!" desah Theo.

Nafasnya mendengus-dengus. Kelopak matanya terbeliak-beliak. Telinganya mendengar bunyi "plak" setiap kali ia menghunjamkan batang kemaluannya. Bunyi yang sangat mesra itu terdengar setiap kali pangkal pahanya beradu dengan pangkal paha gadis belia itu. Bunyi itu semakin keras terdengar setiap kali gadis itu mengangkat pinggulnya untuk menyongsong batang kemaluannya yang menghunjam.

"Aarrgghh.., Debby, aaku.. Aaku.."
"Theoo.., aarrgghh..!"

Theo tak mampu lagi mengendalikan air mani yang meronta-ronta. Tekanan air mani di kantung biji kemaluannya terasa sangat kuat. Ia masih mencoba bertahan. Tapi semakin lama vagina yang menelan kemaluannya terasa meremas semakin kuat. Remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin menghisap air mani yang tertahan di batang kemaluannya.

"Aarrgghh.., aarrgghh.., aku pipiiss..," raung Theo ketika merasakan air maninya menerobos lubang saluran kemaluannya.

Ia menghunjamkan pinggulnya sekeras-kerasnya agar ujung cendawannya tertanam sedalam-dalamnya ketika air maninya menerobos ke luar dari kantung biji kemaluannya. Ia mencengkeram kedua bahu gadis itu dengan erat saat ia pun merasakan gigitan manja di bahu kanannya..

"Theoo, aarrgghh.., aarrgghh.., Debby pipiiss jugaa..!" rintih gadis belia itu ketika merasakan air mani yang sangat panas 'menembak' mulut rahimnya!

Akhirnya setelah sang gadis mempersembahkan hadiah istimewanya untuk sang kekasih, mereka tidur berpelukan.

TAMAT


No comments:

Post a Comment