Pages

Friday, January 13, 2012

Mbak Siska dan Mbak Lisa

Suasana rumah waktu itu sangat sepi. Keluargaku pergi berlibur ke daerah. Di rumahku hanya ada Mbak Siska dan Lisa yang ikut orang tuaku dari daerah dan pembantuku sri. Wajah dan tubuh Mbak Siska dan Lisa seperti pemandangan yang indah, mereka sangat mm. Terkadang kawan atau kenalanku yang datang suka memuji wajah dan tubuh mereka. Beberapa temanku ingin berpacaran dengan mereka tapi tak dapat. Sering mereka dikira saudaraku. Pacarku kadang cemburu dengan mereka. Memang banyak kelebihan mereka dibanding pacarku.

Waktu itu aku pulang kuliah dan pulang ke rumah bersama pacarku. Ya tentu saja peluang ini kumanfaatkan. Kunikmati tubuh pacarku. Tapi ada yang kurang. Milikku tak ia ijinkan menikmati tubuhnya. Kunikmati tubuh polos pacarku berjam-jam. Tapi kurasa aku kecewa. Sebenarnya aku ingin merasakan bersengsama. Aku berharap pacarku dapat memberikannya. Tapi apa boleh buat, karena hari sudah sore kuantar dia pulang.

Setiba di rumah lagi, sekilas aku lihat Mbak Siska baru selesai mandi. Ia terkaget karena tak menyangka aku ada di rumah. Cepat-cepat dia masuk ke kamar. Birahiku terangsang melihat tubuhnya yang hanya tertutup handuk, rasanya kuingin menikmati tubuhnya. Kulihat pintu kamarnya tertutup. Karena hasratku menginginkannya. Maka kucoba masuk ke kamarnya. Ternyata pintunya tidak terkunci dan segera kumasuk. Melihat kehadiranku, Mbak Siska terkaget. Lalu ia bertanya padaku,"Ada apa Mas Geri, Mas Geri nyari apa?" dengan canggung karena hanya mengenakan handuk.Kulihat tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wajahnya cantik, dewasa dan lembut. Kulitnya bersih, putih mulus dan terlihat lembut. Lipatan dadanya sangat dalam. Kedua buah dadanya yang terhimpit handuk memang besar dan kelihatan benar-benar mulus, baru kulihat seperti ini. Pinggulnya membentuk dan lingkaran perutnya terlihat lebih kecil. Pahanya terlihat semua dan hampir selangkangannya terlihat tapi sayang tertutup handuk. Betisnya bagus.

Aku tak tahan melihat tubuh Mbak Siska. Perlahan kuhampiri. Lalu tanganku meraih handuk Mbak Siska dan sesaat handuknya kulepaskan. Mbak Siska benar-benar kaget. "Geri kamu kenapa?" jawab Mbak Siska dengan takut. Lalu kedua tangannya menutupi kemaluan dan dadanya. "Tubuh Mbak bagus," sahutku. Terlihat tadi keindahan tubuhnya yang polos. Kupeluk Mbak Siska. Mbak Siska berusaha menghindar. Tapi kurasakan cara menolak Mbak Siska halus. Tanpa pikir kudekap pantat Mbak Siska dengan tanganku. Dada Mbak Siska yang tertutup tangannya segera kuraih, kuremas dan kadang putingnya kupelintir-pelintir sedikit. Kurasakan padat dan kenyal di kedua tanganku. "Jangan Ger!" ucap Mbak Siska dengan lembut. Tak kuindahkan ucapannya. Segera bibirku mengecup bibirnya yang kulitnya terlihat tipis dan lembut. Kulahap bibir Mbak Siska. Terkadang Mbak Siska menolaknya tapi terkadang ia malah membalasnya.

Kugiring tubuhnya ke tempat tidur. Rasanya kuingin merasakan bersetubuh. Kemudian salah satu tanganku melepaskan resleting dan mengeluarkan milikku. Segera kudorong tubuhnya dengan tubuhku ke tempat tidur. Akhirnya tubuhnya terbaring dan kutindih. Kutempelkan milikku di bibir vagina Mbak Siska. Sesaat Mbak Siska melepaskan bibirnya dari bibirku. "Jangan Ger!" ucapnya sesaat.Tanpa pikir lagi kulahap bibirnya lagi. Rasanya inilah kesempatanku merasakan kenikmatan tubuh wanita. Dan milikku sesaat mencoba menerobos masuk. Mbak Siska melepaskan bibirku lagi."Jangan Ger!" ucapnya mengingatkanku. Kutakperdulikan ucapan Mbak Siska. Sesaat kurasakan penisku berhasil masuk dan tertelan di liang vagina Mbak Siska. "Oouuhh," ucap Mbak Siska sekeras-kerasnya. Akhirnya kurasakan kenikmatan tubuh wanita. Rasa liang vagina Mbak Siska tidak terlalu licin. Tapi kurasakan lembutnya liang vagina Mbak Siska. Kunikmati dan perlahan kukeluar masukkan. "Geri.. kamu.." ucap Mbak Siska sesaat. Beberapa lama kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska licin dan membuat penisku agak basah sampai ke buluku. Akhirnya kukeluar-masukkan milikku di liang vagina Mbak Siska. Kulihat dagu dan dada Mbak Siska terangkat tinggi. Desahan demi desahan ia keluarkan. Terkadang kulihat wajah Mbak Siska menghadap ke kanan dan kiri.

Aku menyukai kejadian ini, sampai-sampai milikku memuncratkan cairan di dalam tubuh Mbak Siska. "Aahh.. oouuhh.." sambil Mbak Siska ucapkan seiring semburanku. Rasanya benar-benar nikmat. Kuterdiam karena nikmat. Selang berapa saat kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska mendekap rapat milikku. Seakan-akan milikku digigit. Kurasakan kedua tangan Mbak Siska menarik punggungku dan segera memelukku rapat. Kurasakan badannya benar-benar menegang. Setelah itu ia terdiam lemas dan pasrah. Kurasakan aku masih pingin dan masih kuat. Tanpa basa-basi aku nikmati lagi liangnya. Matanya menatap mataku dengan lembut. Desahan pun ia keluarkan lagi. Dan akhirnya kusemburkan cairan lagi. Kusengaja di dalam, karena aku tahu Mbak Siska pernah nikah dan ia bercerai karena mandul.

Akhirnya kuselesai dan membungkus kembali milikku. Dan kududuk di pinggir tempat tidur. Kulihat Mbak Siska perlahan duduk. Sesaat dia terdiam. Kali ini kebanggaannya tidak ia tutupi dari mataku tampaknya ia sudah tidak canggung denganku. Rambut panjangnya yang agak menutupi dada ia uraikan dan rapikan ke belakang sehingga buah dadanya terlihat jelas. Tanganku memegang lagi salah satu buah dadanya. "Geri.." sahut Mbak Siska dengan raut wajah yang sudah agak memucat dari tadi. "Nggak apa-apa kan Mbak Siska?" ucapku sambil kuraba-raba dadanya dan kadang kuremas dan kumainkan putingnya. Kali ini Mbak Siska tidak menolak. Kukecup bibirnya dan kurasakan cara Mbak Lisa berciuman dan perlahan kupelajari dan akhirnya kumengerti.

Kami kali ini kami saling membalas bibir, lidah dan berebutan menghisap liur. Setelah berapa lama aku keluar dari kamar Mbak Siska. Beberapa saat kumenuju ke kamarku. Aku bersapa dengan Lisa. Lalu aku ajak ia mengobrol dan menonton di ruang TV. Kami duduk berdekatan. Terkadang kuperhatikan wajah Lisa dan memang ia manis. Kuperhatikan sosoknya dan kurasa tubuhnya bagus. Wajahnya sangat menarik. Lisa mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Kuperhatikan satu persatu. lehernya putih bersih dan mulus memang merangsang. Pundaknya, lengannya, putih bersih dan mulus juga merangsang. Dadanya berbentuk juga berukuran. Pinggangnya yang ramping seakan enak untuk dirangkul. Pinggulnya yang berbentuk. Celana pendeknya membuat paha yang bersih dan putih mulus merangsang mata. Betisnya bagus. Tingginya lumayan.

Kudekati tubuhnya saat duduk bersamaan. Kurangkul, kupeluk. Tampaknya ia tidak menolak. Kubuai rambutnya. "Mas.. aku jadi merinding," ucap Lisa dengan agak manja. "Kenapa..? nggak apa-apa kan?" sahutku. Kurasa kehangatan dirinya melebihi pacarku. Tampaknya aku terangsang. Salah satu tanganku yang membuai rambutnya kemudian mengelus pundaknya. Satu tanganku lagi menyentuh pahanya yang merangsang. Rupanya Lisa tak menolak. Perlahan kuelus dan meraba-raba pahanya. Kulitnya halus dan lembut. Perlahan tanganku menuju ke selangkangannya dan perlahan mengelus belahannya yang tertutup celana. Kulihat Lisa membiarkanku dan wajahnya agak menegang dan grogi. Bibir bawahnya terkadang ia gigit dengan lembut. Tanganku kemudian merangkul pundaknya. Pelan-pelan tanganku berjalan ke arah dadanya. Kurasakan ia hanya diam. Lalu perlahan kudekap buah dadanya yang cukup besar dan kuraba-raba.

"Mas.." ucap Lisa pelan. Kulihat bibirnya yang mengucap. Terlihat lembut dan merangsang. Rasanya bibirku bergerak otomatis menghampiri bibir Lisa. Lalu kukecup, rasanya memang lembut. Nikmat rasanya dan langsung kulahap bibirnya dengan nafsuku. Lisa diam tak bergerak. Dia terdiam pasrah melayaniku. Lalu kupeluk Lisa secara berhadapan. Kurasakan empuk buah dadanya di dadaku. Kuraba-raba punggungnya. Perlahan tanganku turun ke pinggang Lisa lalu menyusup di dalam kaosnya. Kurasakan kulit yang lembut dan halus. Kuraih tali BH Lisa, kubuka kaitannya. Akhirnya kuelus-elus dengan leluasa punggungnya karena tak terhalang tali BH-nya. Kurasakan Lisa mengikuti keinginanku. Tanganku bergerak ke arah ketiaknya. Terasa tubuhnya goyang dan perlahan kuhampiri dadanya. Kurasakan bulatan yang besar. Tanganku tak cukup mendekap buah dadanya. Masih ada bagian yang tersisa. Akhirnya aku dapat merasakan tubuh wanita yang selama ini hanya gambar khayalan.

Lisa terdiam seakan sedang melayaniku. Perlahan kedua tanganku turun ke pinggangnya lalu kuangkat kaos dan BH-nya. Kulihat kedua buah dadanya. Akhirnya mataku dapat melihat ukuran dada yang selama ini hanya dapat kulihat di gambar-gambar. Kutatap dengan kedua mataku dan tanganku meraba-raba dan menikmati bentuknya. Kulihat Lisa hanya diam dan tegang. Wajahnya agak memucat. Kulahap bibirnya dan kuremas dadanya. Kurasakan Lisa diam pasrah. Tanganku turun dari dadanya dan turun menusup celananya. Kurasakan "hutan" Lisa di dalam celana dalamnya. Kurasakan belahan dan kumainkan tonjolan Lisa. Secara bertahap kurasakan tanganku basah dan licin. Kemudian Lisa melepaskan kecupan bibirku. "Mas Geri, jangan yang itu Mas, aku masih.." ucap Lisa. Ternyata ucapan Lisa malah merangsangku. Perlahan tanganku menyusup di liang vagina Lisa. "Aaahh.. Mas Geri," rintih Lisa seiring jariku yang tertelan di liangnya.

Secara bertahap kukeluar-masukkan jariku di liangnya sampai cepat. Kulihat dagu Lisa terangkat. Matanya terpejam. Mulutnya perlahan terbuka dan kemudian bibir bawahnya ia gigit halus. Melihat ini wajahku menghampiri salah satu buah dadanya. Kubuka mulutku. Lalu kutelan dan kuhisap putingnya. Sesaat ia membusungkan dadanya. Serasa aku diberikan menu pilihan oleh Lisa. Kemudian kuberhenti dan kami berhenti sesaat.

Kurasakan birahiku menginginkan senggama. Kuajak Lisa ke kamarku. Kami duduk di pinggir tempat tidur. Kami berpelukan berciuman dan kedua tanganku menggerayangi tubuhnya. Sesaat satu persatu kain yang menyeliuti tubuh kami terlepas. Bibir, leher, telinga, pundak, punggung, buah dada, perut, pinggang, belahan selangkangannya, pahanya kunikmati dengan mulut dan tanganku. Sesaat posisinya terlentang. Kedua pahanya kubuat mengangkang lebar. Terlihat dengan jelas bagian demi bagian kenikmatan di belahan Lisa. Milikku kuhunuskan di bibir vagina Lisa. Perlahan kumasukkan milikku. Kurasakan kepala milikku agak tertelan. Sesaat Lisa menahan nafas merasakan milikku menyusup sesaat. Dagunya terangkat dan dadanya mengusung. Kudiamkan milikku tertahan. Kupeluk tubuhnya. Kuciumi dagunya yang terangkat kemudian seluruh lehernya. Kurasakan bibir vagina Lisa basah dan licin. Perlahan kumasukkan penisku ke dalam liang Lisa yang lebih mendekap ke rahim Mbak Siska. Kurasakan kelembutan liang Lisa. Sesaat kumerasakan kenikmatan wanita yang memiliki ciri khas masing-masing.

Kulihat mulut Lisa terbuka. Bibir dan mulutnya bergetar. Seakan mendesah tanpa suara. Matanya setengah terpejam. Wajahnya terkadang berpindah-pindah hadapan. Kurasakan ganjalan buah dada Lisa di saat aku memeluknya. Desahan demi desahan akhirnya terdengar jelas dari bibir Lisa. Kurasakan puncakku tiba. Kucabut milikku dan sesaat bagian perut sampai wajah Lisa terkena semburanku.

Sesaat kulihat Lisa menjilat cairanku yang menepel di bibirnya. Tampaknya ia menyukainya dan kemudian ia telan. Melihat ini kuhampiri wajah Lisa dan milikku kutempelkan ke bibirnya. Awalnya ia canggung. Kemudian ia buka mulutnya. Kemudian kumasukkan milikku ke mulutnya. Ia pun melahapnya juga. Sesaat kurasakan milikku di dalam mulut Lisa yang lembut. Kurasakan milik dan cairanku ditelan habis. Tampaknya aku masih sanggup menyetubuhinya. Tanpa pikir lagi kubuat posisi bersetubuh. Kutancapkan milikku lagi di liang vagina Lisa. Sesaat ia menegang lagi. Kunikmati lagi liang Lisa. Dan kurasakan liang Lisa, kemudian mendekap dan seakan menggigit milikku. Tangannya meremas pantatku dengan kuat. Ah, tanpa bisa terkontrol aku melepaskan cairanku di dalam tubuh Lisa. Aku terdiam sesaat. Kurasakan nikmat dan bingung. Semoga Lisa tidak hamil. Lalu kemudian kami mandi dan di sana kami juga sempat melakukannya lagi. Rasanya aku ketagihan.

Selesai mandi Mbak Siska kulihat di dalam kamar. Aku dan Lisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang polos.
"Kalian kenapa?" tanya Mbak Lisa kepada kami.
"Nggak kenapa-napa kok Mbak," sahutku.
"Kamu nggak kenapa-napa Lis?" tanya Mbak Siska.
"Nggak kenapa-napa kok Mbak," jawab Lisa.
Mbak Siska heran melihat keadaan kami. Kulihat Lisa mengambil pakaiannya kembali dan ia pakai. Kemudian Mbak Siska menghampiri Lisa dan menanyakan sesuatu. Saat itu aku sedang mengenakan pakaianku.

Setelah beberApa lama mereka selesai berbincang.
"Mas Geri aku keluar ya," sahut Lisa.
"Ya Lis," sahutku.
"Mbak Siska tadi bingung ngeliat rumah sepi, Mbak kira kalian pada kemana," tanya Mbak Siska kepadaku.
"Kami di sini lagi.." sahutku dengan nada bingung.
"Lisa nggak kenapa-napa kan Ger?" tanya Mbak Siska.
"Nggak kenapa-napa Mbak, Cuma.." sahutku sambil aku mendekatinya.

Kedua tanganku memeluk pinggangnya. "Ada apa Ger?" tanya Mbak Siska sambil membuai rambutku.Kemudiam aku mengecup bibir Mbak Siska dan kami berciuman sesaat. Kemudian Mbak Siska melepaskan kecupanku. "Ger udah ya.. Mbak mau keluar," sahut Mbak Siska.
Tampaknya aku ketagihan terhadap mereka. Kejadian ini terus berulang dan untung Lisa tidak hamil. Aku sempat berhubungan bersamaan dengan Mbak Siska dan Lisa. Beberapa lama kemudian aku juga melakukan hubungan seperti ini dengan beberapa teman perempuan. Akhirnya aku juga berhubungan dengan pacarku. Tapi ini bukan pertama buat dia. Hubungan kami hanya sesaat dan kami tidak cocok. Kurasakan ia lebih banyak kekurangan dibanding Mbak Siska dan Lisa. Akhirnya ia nikah dengan orang lain. Setelah aku berhasil akhirnya menikah dengan Lisa. Dan hubungan aku dengan Mbak Siska berkurang semenjak ia menikah dengan duda beranak. Lisa mengetahui hal ini dan tidak mempermasalahkannya. Akhirnya aku memiliki anak. Dan entah kehidupan selanjutnya.

TAMAT


No comments:

Post a Comment