Pages

Monday, January 9, 2012

Casting film - 1

Pagi hari di kantor mewah sebuah perusahaan film nasional. Seorang gadis cantik sedang diwawancara oleh manajer casting perusahaan tersebut. Pewawancara adalah seorang pria bernama Toni berumur 28 tahun keturunan India.

"Namanya siapa?" kata Toni lalu duduk dan mengambil setumpuk kertas di mejanya.
"Santi, lengkapnya Beznifa Santi Putridewi." jawab gadis itu.
Toni lalu mencari file gadis itu di tumpukan kertas yang dipegangnya.

"Tinggi 170 cm, berat 50 kg, umur 20 tahun," Toni mengguman sendiri membaca data di depannya.
"Pernah main Sinetron atau pementasan sebelumnya?"
"Belum pernah."
"Kamu tahu bakat kamu apa?"
"Saya bisa menyanyi, tenis dan bakat yang terbesar menurut saya adalah akting."

"Kok tahu bakatnya akting?"
"Saya ahli mempermainkan perasaan orang Pak," jawab Santi sambil tersenyum malu mengakui jika dia sering mempermainkan orang.
"Bapak bisa buktikan sendiri," tambahnya.
"Mempermainkan bagaimana maksudnya?"
"Saya bisa pura-pura menangis, sampai keluar air mata. Saya juga bisa marah atau membentak-bentak orang padahal dalam hati sih biasa aja."

"Oke.. saya ingin lihat itu, tapi nanti saja..!"
"Oh ya, Kamu panggil saja aku Toni. Tidak usah terlalu formal OK..!" tambah Toni.
"Iya Pak."
"Tu kan..!"
"Oh iya." tersipu Santi, ternyata dia masih memanggil Toni dengan Pak.
"Baik Ton.!" kata Santi terlihat canggung waktu mengucapkannya.
"Ha.. ha.. ha.. ha..!" berderai tawa Toni melihat keimutan gadis di depannya.

"Cantik juga gadis ini, seksi, lugu, kulitnya putih. Wajahnya sangat keibuan, mirip Nia Daniati. Tubuhnya memang langsing tapi susunya montok juga. Andai saja dia istriku, pasti aku sarungan terus. Ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. Kira-kira dia mau nggak ya?" Toni berkata dalam hatinya sambil tersenyum-senyum.

"Coba aja ah..!"
"Ya Ton?" Santi memajukan kepalanya, disangka Toni berkata padanya.
"Oh nggak..!"

"Kamu benar-benar ingin peran ini?" tanya Toni.
"Sangat ingin Ton.."
"Kamu tahu peran utama di film ini?"
"Tahu, yaitu seorang Gadis yang mengandung karena diperkosa, lalu memilih untuk membesarkan anaknya sendiri," jawab Santi.

"Pada adegan perkosaan, kamu mau memerankan sendiri tanpa pemain pengganti?" Toni ingin mengetahui keberanian gadis itu.
"Mau Ton."
"Tidak pa-pa sama keluarga?"
"Nggak.." Santi memang dari keluarga liberal. Dia mengabiskan masa SMA-nya di USA mengikuti ayahnya dinas.
"Ternyata kamu memang ingin sekali peran ini ya?"
"Iya Ton, aku mau peran ini sebagai awal dari karirku di dunia film."

"Apakah kamu tahu pendatang baru di dunia film mau melakukan apa saja untuk dapat peran?"
"Aku tahu Ton, Aku juga mau melakukan apa saja agar diterima."
"Aahh..! Benar kamu mau?"
Santi mengangguk.

"Kamu bersedia jika diminta berhubungan seks?"
"Bersedia Ton."
"Jika diminta mengulum penis, sorry nih ya, apakah mau juga?" tanya Toni sambil tersenyum. Toni merasa penisnya mulai berdenyut-denyut.
"Mau Ton.."
"Kok mau?"
"Habis Toni ganteng sih, Ha.. ha.. ha.. ha.. ha.." tawa Santi berderai mendengar jawabannya sendiri. Toni pun tertawa mendengarnya.

"Entar kamu lapor polisi."
"Kok lapor polisi, kan dua-duanya senang," jawab Santi sambil tersenyum.
"Apakah kamu pernah melakukan sebelumnya?"
"Dua-duanya pernah Ton."
"Maksudnya?"
"Ya melakukan seks pernah, mengulum penis juga pernah."
"Ooohh.. dengan siapa?"
"Dengan pacar," jawab Santi.
"Di mana?" Toni tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kisah seks Santi.
"Di rumah, 2 tahun yang lalu waktu semuanya lagi pergi."
"Awalnya gimana?" lanjut Toni lebih semangat.

"Waktu itu kami ganti baju untuk berenang, tapi karena ganti bajunya bareng satu kamar, kami jadi sama-sama terangsang. Terus mulai deh kami bercumbu dan akhirnya kami berhubungan seks."
Toni merasakan penisnya semakin keras. Ingin rasanya menyelipkan penisnya dalam vagina milik gadis cantik di depannya.

"Kamu mau nggak menceritakan secara lengkap?"
"Kok gitu Ton?"
"Kok gitu gimana?"
"Kenapa.. kenapa nggak kita aja yang melakukannya?" kata Santi. Santi merasa dengan begitu maka peran itu pasti jatuh ke tangannya.
"Ooohh, aku ingin dengar cerita kamu dulu aja deh."
"Diringkas aja ya Ton?"
"Iya..!" jawab Toni tidak sabar.

"Kami waktu itu akan berenang, rencananya mau ganti baju renang di kamarku. Setelah masuk kamar, kami mulai membuka baju. Aku membuka lemari pakaian, lalu membuka kaos dan celana pendekku. Sehingga aku tinggal memakai baju dalam saja. Risih juga berpakaian seperti itu di depan orang lain. Tapi ini kan pacarku, jadi ya kupikir tidak apa-apalah. Aku melirik ke samping, terlihat pacarku sudah membuka seluruh pakaiannya dan tinggal mengenakan celana dalam saja. Berdesir juga tubuhku. Aku merasa bibir kemaluanku mulai berdenyut, "Santi menggigit bibirnya.

"Kalau tidak ingat aku ini perempuan pasti langsung kudatangi dia. Kuputuskan untuk lanjut mencari baju renang. Ketika sedang memilih baju renang yang merah atau yang biru, kudengar pacarku melangkah mendekat. Makin dekat dan makin dekat, lalu terasa hembusan nafasnya di leher ini. Waktu itu aku merasa tegang sekali, menduga-duga apa yang akan dia lakukan. Jantungku berdetak kencang dan vagina ini sepertinya berdenyut-denyut," kata Santi sambil memegang rok bawahnya.

"Tiba-tiba dia menelusupkan tangannya di antara pinggang, memelukku dan merapatkan badannya, sehingga punggungku dan dadanya bersentuhan. Dia mencium telingaku, gelii banget.." Santi berkata sambil mengangkat pundaknya seakan dia sedang kegelian di bagian telinga.

"Dia mempererat pelukannya sehingga dadanya makin rapat ke punggungku. Ciumannya lalu turun ke leher, rongga vaginaku rasanya makin berdenyut dan rasanya agak basah di bibirnya. Lalu pantatnya mulai bergerak-gerak digesekkan naik turun ke pantatku. Terasa benjolan penisnya di antara belahan pantatku. Selama itu aku diam saja karena tidak tahu harus bagaimana. Setelah beberapa menit dia membalikkan badanku sehingga kami saling berhadapan."

"Diciumnya bibir ini, kami saling berpagutan. Lidah kami saling bersentuhan, kadang bibirku disedot, kadang digigit. Nikmat sekali rasanya. Tidak pernah saya merasa sesenang itu. Tiba-tiba dia melepaskan ciumannya dan membopong tubuh ini. Digendong ke arah tempat tidur. Aku direbahkan, sebenarnya malu juga terlihat dalam keadaan seperti ini dari depan tapi karena aku juga sudah terangsang aku mau aja," Santi berhenti sebentar. Tak lama dia melanjutkan lagi.

"Pacarku lalu membuka bra-ku dilanjutkan dengan celana dalam. Pada saat dibuka gesekan antara tangannya dan kulitku menimbulkan perasaan yang nikmat sekujur tubuh. Aku merapatkan pahaku karena aku benar-benar malu. Melihat itu pacarku lalu memegang pahaku dan membuka secara perlahan lalu dia bilang jangan tutupi keindahan tubuhmu, selain itu aku kan pacarmu," Santi berhenti sejenak lalu melanjutkan lagi ceritanya.

"Pahaku membuka begitu juga vaginaku, aku mencoba melihat apa yang terjadi pada kemaluanku saat terangsang. Kulihat warnanya menjadi lebih merah, bibir luarnya telah membuka dan kurasa vaginaku lebih tebal dari biasanya. Terlihat ada lendir yang menetes keluar," Santi lalu menyilangkan kakinya.

"Setelah itu, dia pegang bahuku. Dia pegang dan belai rambutku yang terurai di bahu. Perlahan-lahan dilepaskan celana renang dan celana dalamnya. Kulihat tubuh pacarku yang telanjang di depanku. Dia lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapku lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jarinya meraba dan menggosok seluruh badan."
"Kok lama amat sih pemanasannya? Kapan penisnya masuk ke vaginamu?" Toni sudah tidak sabar.
"Ceritanya lebih cepet dong..!" tambahnya lagi.
"Tuh kan, nggak sabar. Sudah penis kamu aja yang diselipkan. Setelah itu terima aku main di film," kata Santi. Selain dia ingin kepastian dapat peran, dia juga merasa terangsang mendengar ceritanya sendiri. Terasa vaginanya sudah lembab.

"Oooh nggak.. nggak..! Lanjutin aja. Aku pengen tahu bagian vaginamu meremas-remas penis pacarmu."
"Kalau itu yang kamu mau!" Santi membenarkan letak duduknya dan melanjutkan ceritanya.

"Setelah itu dia mengusap kedua susuku. Diremas dan dipermainkan putingnya sambil menggesek-gesekan batang penisnya ke perutku. Lalu dia mencium payudaraku, perlahan diturunkan ciumannya ke bawah. Bibir kemaluanku dijilat, dijulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubang vaginaku. Dijilat, terus jilat dan dijilat sambil tangannya meremas-remas puting payudaraku. Aku terus melihat ke bawah mengamati perubahan yang terjadi di kemaluan ini. Setiap lidahnya dijulurkan ke dalam, maka vaginaku makin terbuka. Bibir vaginaku ditarik oleh giginya, rasanya sakit tapi nikmat maka vaginaku akan monyong ikut tertarik. Kelihatan vaginaku berdenyut setiap lidahnya mengusap permukaan klitorisku.."

"Setelah sekian menit dalam posisi ini, ada rasa yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Sangat nikmat. Otot vaginaku seperti tersedot-sedot. Rasanya aku ingin menjerit-jerit dan berteriak untuk melampiaskan nikmatnya. Aku baru tahu kalau itu yang namanya orgasme," lalu Santi terdiam seperti mengenang saat-saat itu.

Bersambung . . . . .


No comments:

Post a Comment