Pages

Friday, December 16, 2011

Sebuah perjalanan spiritual - 1

Kisah ini menjadi pelajaran buatku dalam pemilihan bahasa untuk menggambarkan tentang segala aspek dari sebuah pengalaman yang secara umum selalu dicaci sebagai hal yang buruk. Kisah ini juga membuatku sejenak menanggalkan kedok-kedok intelektualitas dan moralitas, membuang sedikit sifat hipokrit dalam diriku. Juga merubah pandanganku yang sebelumnya memandang sebelah mata akan detil-detil tentang tubuh, serta fungsi bagian-bagiannya sampai pada suatu kesadaran bahwa tidak ada alasan bagi seorang penulis untuk malu, selama apa yang ditulisnya itu dapat makin 'menghidupkan' ceritanya.

Walaupun telah menjadi seorang maniak seks sepanjang hidupnya, 'kejahatan seksual' yang paling serius yang pernah dilakukan oleh Dr.Jarwo Suratmo adalah sesuatu yang benar-benar tanpa disengaja, sebuah 'kecelakaan' kecil yang sebenarnya dapat dimaafkan.

Kejadian tersebut bermula saat seorang pasien wanita berkebangsaan Amerika berobat padanya. Dr.Jarwo Suratmo adalah ahli ortodontis yang juga memiliki kemampuan penyembuhan 'alternatif'. Dia memiliki sebuah klinik ortodontis di daerah pinggiran ibu kota. Kegilaannya akan seks membuatnya tertarik untuk 'mencicipi' pasien bule yang sedang berobat padanya itu. Dia berhasil menjerat 'korbannya' itu dengan kemampuan pengobatan alternatif yang dimilikinya (kemampuan yang dipandang unik dan eksotis bagi orang barat).

Perkenalan di ruang praktek itu berlanjut ke acara minum-minum hingga keduanya mabuk. Dalam suasana lepas kendali itu si dokter berhasil mengajak pasiennya berhubungan badan. Wanita Amerika yang sudah benar-benar 'fly' itu melakukan oral sex dengan dokter maniak hingga akhirnya tidak sanggup melayani pasien bule yang sangat mahir memainkan batang kemaluan dalam mulutnya. Wanita Amerika itu bahkan menolak melepaskan batang kemaluan sang dokter sampai si dokter maniak itu memuntahkan spermanya ke dalam mulutnya. Begitulah kira-kira maksud si bule yang coba diartikan oleh sang dokter (karena wanita itu berkata seperti berdengung saja akibat mulutnya penuh oleh batang kemaluan si dokter).

Wanita Amerika itu bersikeras untuk menantikan ejakulasi sang dokter dalam mulutnya dengan alasan bahwa dia ingin sekali mengenal Indonesia dalam segala aspek dan rasanya! Akan tetapi betapa terkejutnya Dr.Jarwo Suratmo yang mabuk itu ketika menyadari kalau batang kemaluannya tidak memuntahkan sperma melainkan urin. Betapa shock dan kegetnya dia menyadari kalau dia bukan sedang ejakulasi tapi sedang kencing! Dengan panik dia berusaha berhenti kencing tapi dia tidak mampu. Begitu pula tampaknya si pasien bule itu sama sekali tidak melepas batang kemaluan sang dokter dari mulutnya malah terlihat makin bernafsu menyedot 'isi' batang kemaluan yang menyembur di langit-langit mulutnya bagai semprotan air selang pemadam kebakaran.

Pada akhirnya si wanita bule itu menyeka bibirnya, kemudian dengan ekspresi penuh kepuasan berkata, " Wow! that was a lot! itu tadi luar biasa banyak sekali keluarnya.. tidak ada pria Amerika yang memiliki sebegitu banyak sperma! dan rasanya seperti sampanye asam great!

Sebagai seorang dokter dan ahli pengobatan alternatif Jarwo Suratmo sadar kalau dualisme telah mempermainkannya. Ia sadar kalau organ 'spesialnya' itu memiliki dua fungsi yaitu untuk mengeluarkan sperma dan untuk mengeluarkan urin dan kebetulan saat itu kedua fungsi tersebut tertukar! "Ya ampun!" dia berkata dalam hati, "Bagaimana pula kalau aku ingin kencing tapi malah ejakulasi?" Dia segera memberikan minuman kepada pasiennya itu untuk menyegarkan mulutnya kemudian mengantar pasiennya itu kembali ke hotelnya.

Sebagai seorang pakar dalam pengobatan alternatif dia percaya kalau air kencing itu baik untuk kesehatan, walaupun dia sendiri belum yakin akan hal itu. Setidaknya untuk sedikit menghilangkan rasa bersalahnya. Lagipula sepanjang hari itu dia banyak makan buah dan baru saja minum air kelapa yang segar. Namun tetap saja dia merasa bersalah. Bagaimana kalau wanita Amerika itu sadar kalau yang dia telan barusan adalah air kencing? Seberapa besar tingkat amoral yang kita lakukan apabila kita mengencingi mulut wanita, sekalipun tanpa sengaja?

Apa yang terjadi kalau dia melakukan itu pada pasien lokal? Dr.Jarwo Suratmo pusing tujuh keliling membayangkan itu sehingga dengan lunglai dia bersandar pada rak buku di ruang prakteknya. Mungkin dia bisa sampai masuk penjara atau menjadi korban balas dendam kalau dia melakukan itu pada pasien lokal. Karena menurutnya orang Indonesia akan sadar bahwa penyembuhan alternatif ya alternatif tapi air kencing tetap air kencing!

Dia kemudian mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan mengingat bahwa bukan dia yang bernafsu melakukan oral sex tapi pasiennya itu sendiri yang memulainya. Si wanita Amerika itu sendiri yang berkata bahwa dia ingin merasakan pengalaman dalam pengobatan alternatif tapi dengan cara America (the American Way). Salah satunya adalah dengan oral sex. Semenjak kejadian itu, setiap kali Dr.Jarwo memegang batang kemaluannya saat kencing, dia selalu berharap cemas: Apa yang bakal keluar?

Tapi dia melewati masa-masa krisis 'kepercayaan dirinya' itu dan melanjutkan hidupnya sebagai seorang maniak seks. Identitas itu bagai sangat lekat dalam pribadinya. Dia menikmati sekali menjadi seorang maniak seks tanpa membuat hal-hal aneh yang mengganggu orang lain. Dia tidak pernah sampai memperkosa, juga tidak pernah memuaskan nafsunya dengan cara penipuan atau ancaman pada wanita. Bisa disebut Dr.Jarwo Suratmo adalah maniak seks yang sangat gentle dalam mencari serta memperlakukan 'korban-korbannya'. Dia juga sama sekali tidak tertarik dengan sodomi yang menurutnya sangat tidak higienis. Urin sekalipun, masih memiliki nilai-nilai kesembuhan atau terapeutika, akan tetapi kotoran adalah kotoran dan batang kemaluan memiliki semacam tanggung jawab moral untuk tidak berurusan dengan kotoran. Walaupun begitu dia pernah tidak secara serius, membaca beberapa tulisan mengenai anal sex dengan cukup intens. Itupun ketika dia masih kuliah dan membaca sebuah cerita mengenai anal sex yang ditulis dengan baik oleh seorang penulis luar negeri. Dan kala itu sekalipun dia tetap tidak dapat mengerti letak kepuasan ataupun kenikmatan yang didapat orang dengan berhubungan lewat anus. Hal itu Tetap menjadi misteri baginya.

Ada suatu bagian dalam cerita tersebut yang tidak dapat dilupakannya, ketika si tokoh utama dalam cerita itu menarik keluar batang kemaluannya dari anus sang pacar, dia menemukan sehelai daun seledri yang sudah berubah warna serta sisa-sisa cabe menyangkut di ujung batang kemaluannya. Sang pria dalam cerita itu lalu menyeka 'ampas' itu kemudian kembali menyelamkan batang kemaluannya ke dalam anus si pacar. Si gadis itupun kegelian sambil berkata kalau dia habis menyantap makanan yang pedas malam itu.

Well, dalam fiksi hal seperti itu boleh-boleh saja tapi dalam kehidupan nyata dia tidak mau batang kemaluannya 'dipermalukan' seperti itu. Baginya batang kemaluan memiliki 'hak azasi'-nya sendiri untuk menikmati cengkeraman halus wanita dalam kenikmatan yang tidak terukur yang hanya dapat diberikan oleh permukaan daging lembut dalam liang kewanitaan. Memang betul kalau dia menyukai pantat wanita. Menurutnya pantat diciptakan sebagai sebuah naungan yang indah untuk menutupi bentuk yang kurang estetik dari anus. Tapi dengan segala nilai minus yang diberikannya pada organ tersebut, dia selalu bersedia dengan sukarela untuk menyentuh dan membelai bagian itu dengan tangannya, memberikan kenikmatan bagi wanita yang menikmati sentuhannya. Karena sebagai seorang maniak seks, dia menyukai setiap detail dari tubuh wanita.

Suatu ketika dia sedang bercumbu dengan seorang wanita, wanita itu dibawanya duduk di kursi periksa di ruang praktek temannya, seorang dokter gigi yang terletak di klinik ortodontis miliknya. Wanita itu berusia kira-kira 35 tahun, berpenampilan cukup menarik dan kelihatan berasal dari kelas menengah atas. Wanita itu sebenarnya adalah pasien yang datang ke situ dengan maksud untuk menambal geraham sebelah bawahnya yang bolong. Dr.Jarwo Suratmo sendiri berada di ruangan itu untuk menemui kawannya, si dokter gigi, namun kawannya itu sedang tidak berada di tempat. Mereka berdua bertemu dan bercakap-cakap, dan ketika dia memperkenalkan diri sebagai dokter, wanita itu berkata padanya, "Ah gigiku sangat sakit sekali, dapatkah anda memeriksa jangan-jangan terjadi infeksi parah dalam mulutku ini". Dr.Jarwo Suratmo menjawab, "Ya tapi saya bukan dokter gigi" Dan wanita tersebut membalas, "Tapi anda dokter juga kan.. setidaknya anda bisa memeriksa dan mengetahui kalau ada yang tidak beres dalam mulutku", kemudian wanita itu menambahkan, "Lagipula rekan anda mungkin tidak akan datang."

Sesaat kemudian Dr.Jarwo Suratmo memeriksa ke dalam mulut wanita itu yang sudah terbuka lebar. Dengan jarinya dia mengeksplorasi mulut wanita itu. Terasa lembut dan hangat ketika jarinya menyentuh bagian dalam mulut itu. Terlihat deretan gigi si wanita putih bersinar tanpa noda sedikitpun. Dia memeriksa gigi yang dimaksud sambil mendekatkan pandangannya agar dapat melihat lebih jelas. Saat itu indera penciumannya di lingkupi aroma wangi dari nafas wanita tersebut. Dengan lembut dia menyentuh lidah wanita itu, kemudian dengan halus menyapukan jarinya ke langit-langit mulut, lalu membiarkan jarinya bergerak menyentuh deretan gigi yang bercahaya.

Gerakan itu tiba-tiba terhenti ketika wanita itu dengan mendadak menutup mulutnya sehingga jarinya terperangkap di dalamnya. Sekarang lidah wanita itu bagaikan makhluk hidup yang hangat, halus dan basah bergerak mengitari dan menggelitik jarinya. Kemudian wanita itu membiarkan dia menarik jarinya keluar sambil berkata, "Jari kamu rasanya asin." Selanjutnya Dr.Jarwo Suratmo hanya memerlukan waktu sedetik untuk menutup dan mengunci pintu ruang praktek itu.

Kini Wanita itu duduk di atas kursi periksa sambil merentangkan kedua kakinya lebar-lebar. Dia membiarkan kedua pahanya diciumi oleh Dr.Jarwo yang duduk berlutut di depannya. Sampai beberapa menit, Dr.Jarwo masih berlutut di depan kursi periksa itu sambil menciumi kedua paha si wanita yang terbuka lebar di depannya. Saat itu tampak wajah si wanita memerah karena malu. Malu karena dia menyadari kalau cairan kewanitaannya telah keluar demikian banyaknya, sehingga cairan itu mulai membasahi kursi periksa yang didudukinya serta membuat wajahnya di penuhi peluh kenikmatan.

Kemudian Dr.Jarwo menarik tungkai kaki kanan wanita itu, mengangkatnya sampai seluruh kaki kanan itu menjulur, lalu mendaratkan lidahnya di permukaan kulit halus itu, menjilatinya mulai dari bagian yang sudah basah di daerah 'segitiga' hingga ke ujung jari kaki wanita itu.

Saat ketika Dr.Jarwo mengulum satu persatu jemari kaki yang halus itu, dia mendengar wanita itu mengerang kegelian dan bergumam mengekspresikan kenikmatannya. Demikian untuk setiap jari yang dikulumnya, wanita itu mengerang kegelian sambil bergumam dangan kata-kata yang sama. Dan ketika Dr.Jarwo sampai pada jari terakhir di kaki wanita itu, dia tiba-tiba berhenti dan menarik mundur wajahnya dengan keheranan. Itu tadi adalah jari keenam! Bentuknya normal hanya sedikit lebih kecil dari jari kelimanya.

Pada saat jari itu berada dalam mulutnya suara kegelian wanita itu terhenti. Dia tampak terhenyak, terdiam sejenak lalu tubuhnya bergetar hebat. Pinggangnya terangkat mengejang di atas kursi lalu rebah lunglai kembali. Tiap kali Dr.Jarwo menyentuh jari keenam itu, wanita itu kembali bereaksi dengan respon yang sama dan bergumam tentang hal-hal tidak jelas. Sepanjang karirnya sebagai seorang maniak seks, Dr.Jarwo belum pernah mengalami reaksi seperti itu (bahkan dia belum pernah melihat wanita yang memiliki enam jari kaki). Ketika akhirnya dia menghentikan cumbuannya oleh karena 'keanehan' tsb, wanita itu membuka matanya, lalu bangkit dari kursi sambil berkata, "Rasa sakit di gigi-ku kini telah hilang."

Pengalaman itu yang membuat Dr.Jarwo belajar untuk menghargai tiap detil dari tubuh wanita. Dr.Jarwo Suratmo mulai menyadari bahwa ada suatu pengalaman spiritual tertentu yang dapat dialami pada saat manusia sedang bercumbu. Bukan cuma sekedar pengalaman jasmani yang sensasinya hanya terasa selama beberapa detik saja. Orang tidak akan pernah tahu pemahaman ataukah pengalaman spiritual apa yang akan ditemukan pada kesempatan berikutnya. Dr.Jarwo Suratmo makin tenggelam dalam pikirannya mencoba melakukan redefinisi ulang atas segala yang dia yakini ataupun dia akui mengenai hubungan seksual selama ini. Bahkan sebagai seorang ahli dalam pengobatan alternatif sekalipun, dia merasa bagai 'lahir kembali' semenjak dia menemukan kenyataan tersebut.

'Sex itu spiritual'! Suatu pencerahan baru meliputi pemikirannya.
"Apa jadinya bila suatu rangsangan sederhana seperti mencium kening ternyata menimbulkan orgasme?"
"Bagaimana bila orgasme menimbulkan suatu dorongan kuat hingga menembus level spiritual?"
Dr.Jarwo teringat akan sebuah kisah mengenai pengalaman seorang pujangga di jaman Majapahit. Sang pujangga bertemu dengan seekor kerbau yang sedang berkubang di lumpur. Kerbau itu bukan hanya sekedar berkubang, tapi juga terbaring dengan punggungnya menggeliat di lumpur, dua pasang kakinya menendang-nendang ke udara sambil mengeluarkan lenguhan-lenguhan panjang seperti sedang bergembira. Sang pujangga mendekati kerbau itu lalu terkejut karena baru sadar kalau kerbau tersebut ternyata sedang bertemu dengan bathara guru! Sang pujangga takjub menyadari dirinya sedang berdiri di sebelah kerbau yang sedang melihat dewa.

Dr.Jarwo berpikir mungkin saja ketika lidahnya menyentuh jari kaki keenam itu, sebenarnya dia sedang menyentuh 'Bathara Guru' melalui tempat yang sangat spesial. Mungkin saja wanita itu memiliki semacam indra keenam di bagian itu.

Bersambung . . . . .


No comments:

Post a Comment