Cerita panas ketika aku mencoba melamar pekerjaan menjadi sekretaris di perusahaan teman suamiku. Dan dari sanalah cerita ini bermula. Suatu hari suamiku pulang dari ngobrol dengan tetangga2 ku di pos satpam. Dia bilang kalau pak Bowo menawarkan pekerjaan untuk Priska. Aku heran, kok buat Priska? Memang dia gak tau kalau Priska sudah punya usaha sendiri walau kecil2an. Suamiku bilang, karena pekerjaannya Cuma sekretaris merangkap admin gak sibuk2 banget, dan itu untuk kantor barunya di Menara Imperium Kuningan. Jadi pak bowo cukup maklum kalau Priska gak bisa full, Cuma dia perlu orang yang bisa dipercaya pegang uang, dan boleh saja kalau Priska sambil tetap jualan. Wah kalau gitu kenapa gak aku saja tanyaku pada suami ku. Mau nggak kalau aku ngantornya sambil ngasuh anak? Suamiku hanya tertawa, kalau gitu kenapa gak istrinya kata suamiku. "Tawarin aja ke Priska bunda, siapa tau dia mau. Nih kartu namanya pak Bowo" "Ya, bunda tanya sama bu Bowo aja. Aku mah boleh aja" Jawab suamiku. Keesokan harinya aku ke rumah pak Bowo. Ternyata bu Bowo tidak ada di rumah. Ya sudah, akhirnya aku pikir kenapa aku tidak ke pak bowo langsung saja ya? Sesampai di kantor pak bowo, aku mengetuk pintu kaca kantornya namun tak ada jawaban. Akhirnya aku menelepon nomor HP pak bowo yang ada di kartu namanya. Pak bowo keluar dari ruangannya dan membuka pintu. " Eh ibu, mau bawa CVnya Priska ya" Aku agak kecewa dengan tanggapan pak bowo. "Mari masuk bu, maaf di kantor ini belum ada siapa2. Sebetulnya ada OB. Tapi dia sedang ke kantor notaries." Maaf Bu di ruangan saya saja" Setelah diruangannya dan memberikan CV, baru aku menjelaskan bahwa itu CVku bukan CV Priska, dan aku pun bilang kalau Priska sudah punya usaha sendiri dan kemarin waktu saya tawarkan dia juga tidak mau. Wajah Pak Bowo menjadi serius, dia menjelaskan kalau memang dia insist Priska. Apalagi untuk sekretaris. Aku tidak mengerti kenapa harus Priska, dan saya mencoba menjelaskan bahwa akupun pernah bekerja dan untuk pekerjaan sekretaris pasti aku bisa. Pak Bowo tersenyum. "Priska benar2 gak mau ya mbak?" aku mengangguk mengiyakan. "Sayang padahal lumayan kalau punya sekretaris seperti dia, kalau mbak saya nggak mau, kalau ada apa2 saya kan nggak enak sama suami mbak. Sekretaris saya di kantor satunya juga single, kalau harus ke luar kota nganter saya kan nggak enak. Kalau sama mbak kan nanti istri saya tau saya keluar kotanya gak sendirian." "Oh gitu" sahutku. Ahh dasar laki2 batinku. "Jadi kalau dengan Priska bapak bakalan keluar kota dengan dia?" tanyaku. Pak Bowo tersenyum. "Kok bapak tau dia bakalan mau. Pernah ngobrol ya?" "Yah pokoknya gitu Mbak, biar nanti saya cari yang lainnya aja. Kalau Mbak mah gak lah. Maaf ya saya nolaknya blak2an. Saya memang gitu orangnya. Semua yang jadi anak buah saya, harus orang yang bisa jaga rahasia bosnya. Makanya saya gak pake supir mbak. Dan istri saya juga gak ada yang kenal sama anak buah saya satu pun. Oh ya, si cantik itu kemana kok sudah lama gak main ke rumah Mbak?". "gak tau pak, mungkin malu sama bapak." Ya sudah aku pun berpamitan pulang. Di jalan aku memikirkan apa yg baru saja terjadi. Ah si Priska ada2 saja dalam hatiku. Dan Pak Bowo ternyata dendam juga Priskanya gak mau. Aku membayangkan bagaimana kecewanya pak Bowo tidak bisa mendapatkan jatah dari Priska. Lagian Priska sempat2nya janji yang nggak2 sama Pak Bowo. Yah mungkin dia pikir supaya jangan sampai dilaporin Satpam waktu itu. Tapi aku juga kepikiran sama tingkah laku Pak Bowo yang ternyata badung juga. Pak Bowo lebih tua dari suamiku umurnya 40an dan pantas sih nakal2nya cowok dalam hatiku. Pasti sekretarisnya sudah jebol sama Pak Bowo, apalagi di ajak pergi keluar kota. Jadi selama ini Pak Bowo suka memperhatikan Priska rupanya. Apa dia gak pernah memperhatikan aku ya? Padahal dibandingkan Priska, banyak yang bilang aku lebih cantik dan badanku jauh lebih sexy. Kembali pikiran aku jadi nakal. Dasar memang aku perempuan murahan yang kegatelan batinku. Ehh jangan2 dia ngomong blak2an tadi sengaja nyoba aku kali ya. Belum tau dia bahwa aku sebetulnya bagaimana. Pikiran itu terus menggangguku. Sampai di rumahpun aku masih yang tergoda untuk ngtest pak Bowo. Ha ha ha. Gimana ya kalau aku affair sama tetangga. Aduuuuh pokoknya aku jadi error. Waktu suamiku pulang, dan bertanya bagaimana sudah bicara dengan bu Bowo. Aku malah bilang aku mau coba ngelamar dan wawancara besok. Padahal sudah. Suamiku bilang enak juga kalau aku ada kerjaan tapi yang tidak mengganggu aktivitasku mengawasi anakku. Kalau diterima kerja suamiku berencana mencari supir untuk mengantarkan anakku dan aku kerja. Aku bilang aku kerja kan bisa bareng pak Bowo. Suamiku manggut2. Malamnya aku malah berpikir yang tidak2 tentang Pak Bowo, dan bagaimana rasanya member sekedar blow job padanya. Ahh biarin aku datengin saja pak bowo besok pagi pikirku. Anakku sudah kelas 1 SD sekarang. Dan disekolah ini dia masuk jam 7.30 pulang jam 3. Pagi itu jam 7 pun aku sudah sampe di sekolah anakku dan segera ke kantor pak Bowo. Hari itu seperti halnya orang mau interview aku menggunakan baju lengan panjang putih yang dulu sering aku gunakan kerja. Cuma sengaja aku tak menggunakan peniti tambahan yang biasanya aku pake, sehingga kancing bajuku agak renggang dan belahan dadaku sedikit kelihatan. Biar pak Bowo ngerti maksudku dalam hatiku. Lainnya aku pake jilbab hitam dan rok panjang hitam. Jam 8 aku sudah sampe di kantor pak Bowo. Yang ada Cuma OBnya yang sedang membersihkan kantor. Pak Bowo baru datang ½ jam kemudian. Dia kaget melihatku datang. "Loh Mbak Mila lagi? Kenapa Mbak?" "Ya saya sudah cukup mengerti pekerjaannya pak, mungkin di interview atau di test dulu saya bersedia kok" sahut aku sambil tersenyum. Pak Bowo memperhatikan aku dan kelihatan sekali dia memperhatikaan dadaku. "Oh bagus deh, kalau siap di test mbak. Say bener2 test kemampuannya ya mbak" "Iya Pak" sahutku sambil mengikuti pak bowo ke ruangannya. Sesampai di ruangannya, pak bowo memanggil OB nya untuk membersihkan ruang meeting, karena dia mau meeting di sana katanya. Kemudian dia menelepon beberapa orang sambil membuka2 CV ku. Selesai menelepon dia keluar ruangan dan memerintahkan Pak Ari OBnya untuk mengantarkan dokumen ke rumah. Ahh pandai juga nih boss batinku. Setelah yakin pak Ari pulang. Pak bowo kembali keruangan. "Jadi sudah ngerti ya Mbak, kalau mau jadi sekretaris saya bagaimana?" saya mengangguk. "Nggak nyesel kan punya boss seperti saya?" tanyanya lagi. "Nggak pak, asal pak bowo nggak nyesel punya anak buah sepertu saya" jawabku. "Makanya saya test dulu ya? Ok coba berdiri Mbak!" Pak Bowo memperhatikan aku sambil mengitari tubuhku. "Wahh ini boleh juga mbak" Pak Bowo mencoba mengomentari dadaku. Cek cek ombak nih orang. "Maaf pak, ini baju putih satu2nya waktu saya kerja dulu. Jadi saya gak sadar kalau sudah kekecilan. Kalau diterima saya beli lagi baju putihnya". "Bukan bajunya kok, orang dalemnya Mbak". Waktu pak Bowo di belakangku dia tanpa ragu2 meremas pantatku. "Hmmm masih kenceng nih Mil" Nampak penisnya bergelantungan dengan sedikit tegang. Aku usap2 sebentar dan kemudian memasukkan ke mulutku sambil melihat wajah pak Bowo. Dia sedikit nyengir ketika aku mulai bergerak mundur maju. Pak Bowo mulai mendesah2 "Bagus Mil, ayo lagi" Penisnya mulai menegang. Penis pak Bowo normal2 saja, tidak sepanjang Adi, hampir sama ukurannya dengan milik si Mbah dan suamiku. Tapi diameternya agak lebih besar, dan warnanya merah muda menggemaskan. Ketika aku menjilat2 ujung penisnya Pak Bowo menggelinjang dan mengerang2."Kamu ok juga. Hehhhhhhh" ujarnya sambil menyodokkan penisnya jauh lebih dalam. Dan setelah itu aku merasakan pennies pak Bowo menjadi sangat keras tegak ke atas, membuatku agak harus merapat agar kepalaku bisa bergerak dari arah agak ke atas. Tanganku memegang pantatnya dan kemudian kepalaku bergerak cepat. "ha ha ha, pinter kamu…. Besok kalau kamu diterima kita meeting sama sekretaris yang lainnya supaya mereka bisa seperti mu" Ujar pak Bowo sambil memegang kepalaku dengan gemas. Beberapa saat aku melepaskan penisnya dari mulutku, mencoba mengambil nafas. Pak bowo melepaskan celananya yang menggantung dan dia berjalan ke kursi sofa, dia pun duduk di situ. Aku menghampirinya dan bersimpuh di depannya kemudian melanjutkan menyepongnya. Dengan begitu payu dara menempel di pahanya. Pak Bowo membelai2 kepalaku, punggungku dan kemudian berusaha membuka bajuku. Setelah bajuku terbuka dia melepaskan bra ku yang sudah ½ terbuka itu, jadi aku menghentikan sebentar menyepongku. Pak Bowo memainkan sebentar buah dadaku. Aku mengambil penisnya dan meminta pak Bowo agak maju. Aku jepit penisnya dengan buah dadaku sambil menggerak2kan dadaku. "Ohh keren, akhirnya ada juga yang bisa begini nih" ujar nya dilanjutkan dengan mendesah, dan mulai meracau. Kaki pak Bowo merangkul punggungku. "Enak sayang." Aku kembali mengulum penisnya dan menjilat2nya. Hmmm sampai sekuat apa nih orang batinku. Cukup lama juga aku bolak balik menjilati dan menyepong sampai aku sidikit tak sabar menunggu ledakkannya. Sampai akhirnya meledak juga penis itu dimulutku. Semua spermanya tak kubiarkan meleleh keluar, dan kusapu bersih. Lagi2 aku merasakan aroma yang berbeda dari sperma ini. Rupanya tiap orang beda2, tapi yang jelas punya pak Bowo tidak terlalu menjijikan seperti punya Adi. Bahkan boleh dibilang aku agak menikmati, hingga pak Bowo berkali2 menggelinjang saat aku mencoba benar2 mencoba agar ledakkannya benar2 tuntas. Pak Bowo berbaring lemas, ketika penisnya ku lepas. Aku mengambil gelas minuman dan membersihkan mulutku yang bau ludah. Aku juga membersihkan penis pak Bowo dengan tissue. Air yang sedikit tersisa di gelas aku tuangkan ke tissue dan membersihkan penis pak Bowo. Pak Bowo menciumku, sambil meremas2 payudaraku. "Sejauh ini hasil testmu bagus sayang". Kita pun berciuman. Penis pak Bowo belum bereaksi tegang lagi. Dia bangkit, dan menggunakan celananya dan sepatunya. "Aku mau meeting dulu ya. Sebentar lagi teman2ku datang" Aku mengambil bajuku dan braku. "Coba jangan dipake dulu bajunya siapa yang suruh pake. Duduk dulu di situ" Aku kembali duduk di kursi yang tadi berhadapan dengan pak Bowo. "Coba duduknya agak maju, kursinya diatur agak kebawah. Tau kan caranya gimana? Biar toketmu gak gelantungan taroh saja di meja" Aku menuruti perintah pak Bowo. Pak bowo kembali mengamati CVku. Dia menulis2 sesuatu di CVku. "Bra mu ukuran berapa?" "34 B kadang2 C pak tergantung mereknya". "Hmmmm keren deh toket luh, gw suka banget. Kalau kamu sedang M bisa muncrat di situ, boleh kan?" "Boleh pak" jawabku. "Kamu mau gaji berapa Mil?" Tanya pak Bowo sambil mengeluarkan kamera dari lacinya. "Terserah bapak, yang seuai saja dengan prestasi kerja saya" Pak Bowo memotret ku. "Coba pegang toketnya kaya tadi waktu ngejepit kontolku" Aku pun berpose. "Kamu bersedia perjalanan ke luar kota?" "Yah itu yang jadi kendala saya pak, kayanya gak mungkin kalau keluar kota. Tapi kan bapak punya banyak sekretaris" Pak bowo mengangguk2. "apa kamu bersedia ditempatkan di mana saja? Hmm maksudnya kalau kamu bersedia ngentot di mana saja?" "Maksudnya pak?" "Ya kalau di kantor sih pasti harus, tapi kalau aku mau, kadang2 saya pengen di hotel, di mobil gi mana?" "Oh gak masalah pak" Setelah mengantarkan minuman, aku kembali ke pekerjaanku. Tulisan yang anda baca ini sebagian aku tulis waktu itu. Suatu ketika pak bowo keluar ruangan menuju kamar kerjanya, dan menghampiri aku sebentar. "Ahhh ini jangan pake kata penis, apa coba ini namanya". "Kontol ya pak?" "Iyaaah". Dia pun kembali ke ruangannya. Tak lama dia kembali keluar ruangan dan memintaku membawa kertas dan bullpen. Aku dimintanya mencatat hasil meetingnya. Aku duduk di sebelah pak Bowo, dan selama itu pak bowo tidak pernah berlaku yang kurang ajar kepadaku. Meeting selesai jam ½ 12, teman2 pak Bowo sempat mengajak kami makan tapi pak Bowo menolak dengan alas an dia ada janji makan siang dengan yang lain. Pak Bowo berjalan bersama teman2nya keluar ruangan mengantar mereka pulang. Sepertinya dia mengantarkan sampe loby bawah. Waktu kembali dia ternyata membawa makanan. Dan dia mengajakku makan. Kami makan di meja kerjaku, sambil berbincang2 mengenai kegiatan usahanya. Dia makan dengan cepat, dan setelah selesai makan dia mengambilkan minum untuk kami berdua. Dia melihat pekerjaanku, dan ngeprint hasilnya walaupun belum selesai. Dia membacanya dengan seksama 4 lembar hasil tulisanku. Ketika pak Bowo berdiri tangannya masih bermain di vaginaku untuk membantu proses orgasmeku hingga tuntas. Aku memeluknya erat2. Perlahan2 Pak Bowo bergerak mundur, sambil tetap memelukku. Dia mengajakku duduk di sofa yang tadi, aku memeluknya sambil duduk di pangkuan pak Bowo. Diciuminya aku, tercium bau kewanitaanku, tapi aku tidak peduli, baru kali ini aku tau bauku sendiri. Ciuman itu menjadi buas, kami bermain lidah dan kurasakan penis pak Bowo kembali mengeras. Dia mengangkat pantatku dan mencoba memasukkan penis itu di vaginaku. "Pak aku gak mau…" Sahutku. Tapi pak Bowo menekan pinggangku ke bawah dengan kuat sambil kemudian menahannya. Blessss masuklah kontol itu. Aku tidak bisa meronta, karena tenaga Pak Bowo cukup kuat. Pantatku aku coba untuk naik, tapi kontol pak Bowo memburunya naik juga, membuatku mendesah2 "Pak ….ah ssshhh jangan, emmmmm sudah sudah, aku kan istri tetanggamu. Mmmmaaf aku gak bisa" Aku mencoba meronta, tapi pak Bowo merebahkanku dengan cepat dan dengan posisi penisnya masih menancap di vaginaku. Dia pun mulai menggenjotku sedikit sedikit. Penisnya makin lama makin keras, seperti waktu aku sepong tadi tampaknya. Dia masih diam tak berkata2 dan memelukku erat2, sementara tanganku memukul punggunya dan kaki menendang2 kesamping sofa berharap bisa jatuh terguling dan aku bisa lepas. Tapi cengkeraman pak Bowo cukup kuat dan akibat gerakan ku itu malah membuat penisnya makin keras lagi. Sehingga genjotan pak Bowo makin membuatku menggelinjang. Akhirnya aku merasa vaginaku benar2 penuh. Gila orang ini kontolnya keras seperti kayu, belum pernah aku merasakan seperti ini. Punya Adi walaupun panjang tapi tak sekeras ini. Setelah pak Bowo yakin penisnya siap tempur dia merenggangkan pelukannya dan tangannya bertumpu dipundakku. "Pak… sudah ya su engggghhhhhh" Pak Bowo sedikit menarik penisnya tapi rasanya di vaginaku yang baru orgasme itu luar biasa. Mataku terbelalak merasakannya begitu pak Bowo kembali memasukkan penisnya, walaupun pelan2 tapi membuatku tak sadar menggeliat punggungku naik ke atas, kepalaku menengadah.. mulutku menganga tanpa suara. Pak Bowo berkali2 melakukan itu dengan perlahan2 hingga akhirnya dia sesekali menyentakkan pantatnya. Aku pun dibuatnya melolong2. Sedikit2 walaupun agak lama vaginaku akhirnya bisa beradaptasi. Dan akhirnya aku pasrah digenjot2 dengan lancer oleh Pak Bowo. Ketika aku orgasme lagi pak Bowo memberiku kesempatan menikmatinya sambil menekan dalam2 kontolnya. Aduhh rasanya aku ngawang. "Aku genjot lagi ya sayang.." Aku yang pasrah menerima ciumannya sambil membiarkan pak Bowo mengenjot lagi. Kembali pelan2 dan akhirnya cepat. Bunyi pahaku beradu dengan pahanya menutupi suaraku yang mengerang2 makin keenakan. Lagi2 aku orgasme. Kali ini pak Bowo mengalungkan kakiku dipundaknya, sehingga pantatku terangkat dan kini dia menggenjotku dengan sepenuh tenaga. Aku berteriak2 merasakan ini, dan dengan cepat aku orgasme lagi tapi pak bowo tidak memberiku ampun walaupun aku sudah berteriak dengan keras. Aku merasakan ada air yang mengocor deras, aku nggak tau apa itu orgasme apa aku terkencing2 aku gak tau. Pak bowo melepaskan ku. Dia menuju mejanya dan meminum air putihnya. Dan memberiku juga seteguk air. "Pak sudah ya…." Kataku. Aku yang lemas, memohonnya untuk berhenti tapi tak kuasa saat Pak Bowo membalikkanku, dan akhirnya akupun di doggy style. Lagi2 aku gak kuat menahan serangannya. Tapi Pak bowo belum juga menyudahinya. Aku akui dia luar biasa. Setelah beberapa saat dia menjambak rambutku dari belakang sambil memukul2 pantatku dan kemudian keluar lah lahar panas itu di vaginaku. Pak bowo memelukku dari belakang sambil meremas2 dadaku. Setelah beberapa lama pak bowo melepaskan aku dan kamipun tidur di sofa bersama2 berpelukan dan berciuman. Ciuman Pak Bowo hangat sekali. Dia membuka jilbabku kemudian menjilati leherku sambil memegang dadaku lagi. "Mila, jadi kamu mau kerja di sini apa nggak ?" "Aku menggelengkan kepala" Pak Bowo tersenyum. "Jadi tadinya akmu Cuma mau ngerjain aku, dan kamu pikir setelah kamu sepong ya udah selesai gitu aja?" "Iya tapi bapak tadi memperkosa aku" Dia tertawa, aku pun tertawa, menyadari bahwa akhirnya pun aku mau. Aku pun bercerita sebetulnya rencanaku Cuma membuatnya jera, tapi yahhhh aku yang salah pasang perangkap singa, akhirnya aku sendiri korbannya. "Kamu enak nggak tadi?" Aku malu dengan pertanyaan Pak Bowo dan mencubit penisnya. "Duhh kena semprot Pak?" kami tertawa terbahak2 melihat tanganku basah dengan spermanya yang masih muncrat2. Pak Bowo mengajakku duduk dan dipertontonkan penis yang tadi memperkosaku yang masih tegang dan berdenyut2. Dipeluknya aku dan didudukkannya aku dipahanya lagi, kali ini tidak menolak saat penisnya dimasukkan ke vaginaku. "Jangan dibiarin muncrat diluar ya sayang?". "Iya pak". "Panggil aku Mas saja ya?" aku mengangguk dan menciumi laki2 yang sudah menggagahi aku dengan benar2 gagah. Aku bergoyang2 lagi. Dengan sisa tenaga yang ada. Aku teringat goyangan Lis dan mencobanya pada mas Bowo. "awww pinterjuga nih sayangnya aku. Apa itu Mil?" Aku mulai goyang ngebor lagi. Mas Bowo menggigit bibirnya sendiri dan meremas dadaku "Enak sayang………….." mendapat pujian seperti itu aku makin semangat goyang, padahal goyang begini sebetulnya malah membuat penis mas Bowo mengaduk2 vaginaku. Aku mencoba bertahan tapi aku ambrol juga. Mas Bowo merebahkan aku, dan dengan nafas yang memburu dia pun menggenjotku lagi hingga tak lama dia pun orgasme juga. Kami berciuman, aku juga menjilati Mas Bowo. Mas Bowo juga begitu dan dengan sengaja dia mencupangi leherku. Setelah cukup lama Mas Bowo bangkit. Dia mengambil tissue dan membersihkan diri. Aku berpakaian cepat2 dan memilih membersihkan di toilet saja. Ingin aku jika ada kamar mandi, kenapa gak mandi sama dia saja. Ahhh akhirnya aku begini lagi pikir ku. Ya sudah lah biarin. Setelah bersih, aku kembali ke kantor, dan berniat pamit pulang. Mas Bowo mau mengantarkan aku pulang. Aku terima saja, maklum aku kelelahan. Kami menggunakan mobilku. Mas Bowo yang nyetir, dan dia cukup senang dengan kondisi mobilku yang berkaca gelap. Dia meminta aku merebahkan kepalaku di pahanya. Sehingga dia bisa nyetir sambil merogoh2 susuku. Sampai dekat sekolah anakku, jam masih menunjukkan jam 3 kuang 15 menit. Mas Bowo bilang kalau itu waktu yang cukup untuk permainan terakhir. Aku menolak, karena aku sudah amat lelah. Mas Bowo mengatakan, kalau dia Cuma minta di sepong. Akhirnya aku turuti juga permintaan itu. |
Pages
▼
No comments:
Post a Comment