Pages

Thursday, May 31, 2012

Antara birahi dan gairah - 3

Awek Pantat Panas CantikPermainan mereka berdua semakin panas. Sesekali Hanna menaikkan tubuhnya kembali dan menggesekkan kedua puting payudaranya ke kedua puting payudara Kiky. Ditambah dengan remasan kedua tangan Kiky pada pantat Hanna. Didorongnya juga pantat Hanna ke atas dan ke bawah yang membuat vagina mereka berdua semakin keras bergesekan.
Lalu Hanna memelorotkan tubuhnya ke bawah. Dihisapnya payudara kiri Kiky sambil diremasnya. Mulutnya menjelajah lagi ke bawah. Dijilatinya pusar Kiky sambil kedua tangannya meremas kedua payudara Kiky. Lidah Hanna semakin turun ke bawah. Dihisapnya vagina Kiky dengan lidahnya sambil kedua tangannya meremas sendiri kedua payudaranya. Kiky juga hanya bisa meremas sendiri kedua payudaranya.
Hanna telah puas dalam menghisap vagina Kiky dengan lidahnya. Kemudian dia merebahkan tubuhnya dan mengangkangkan kedua kakinya. Kiky tahu maksud Hanna. Dia langsung saja menghisap vagina Hanna dengan lidahnya. Kali ini dia juga berniat meremas sendiri kedua payudaranya. Tetapi kedua tangan Hanna telah membimbingnya untuk bersama-sama meremas kedua payudara Hanna.
Kembali mereka berdua saling tindih dan menempelkan vagina. Kedua vagina mereka berdua saling bergesekan bersamaan dengan kedua payudara mereka berdua yang juga saling gesek. Ditambah lagi dengan saling jilat lidah. Benar-benar sebuah permainan yang menggairahkan dan dapat mengundang birahi bagi orang lain yang melihatnya.

Wednesday, May 30, 2012

Siang pejabat, malam waria

Awek Pantat Panas CantikMenjadi Sekda Propinsi X tidak menghilangkan kesukaanku berbusana sebagaimana layaknya perempuan. Kerinduan berkumpul dengan teman sesama waria juga merupakan kerinduan yang tak mudah terobati.

Untuk mengobati kerinduan-kerinduan macam itu, aku gunakan kesempatan saat pergi dinas keluar kota. Apabila berdinas bersama rombongan keluar kota aku selalu berusaha tidak sehotel. Aku beralasan menginap di tempat saudara yang kebetulan tinggal di kota tersebut. Dengan cara itu aku bisa bebas di malam harinya untuk 'mampir' dengan busana wanitaku ke tempat-tempat berkumpulnya para waria.

Rumah sakit nikmat

Awek Pantat Panas CantikPeristiwa ini terjadi awal April 1990 yang lalu pada waktu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sedang mewabah. Nah, waktu itu aku juga terkena penyakit DBD tersebut.

Pagi itu, setelah bangun tidur, aku merasa pusing sekali, suhu tubuh tinggi dan pegal-pegal di sekujur tubuh. Padahal kemarin siangnya, aku masih bisa mengemudikan mobilku seperti biasa, tanpa ada gangguan apa-apa. Keesokan sorenya, karena kondisi tubuhku semakin memburuk, akhirnya aku pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta. Ketika aku periksa darah di laboratorium klinik di rumah sakit tersebut, ternyata hasilnya trombosit-ku turun jauh menjadi hampir separuh trombosit yang normal. Akhirnya karena aku tidak mau menanggung resiko, sore itu juga aku terpaksa harus rawat inap alias diopname di rumah sakit tersebut.

Tuesday, May 29, 2012

Cinta berbalut birahi - 1

Awek Pantat Panas CantikDevi dan Sony adalah dua remaja yang sedang dimabuk cinta, keduanya mengagungkan kesetiaan dan ketulusan dalam mengarungi perasaan kasih sayang yang selama ini menghinggapi kedua sejoli itu. Hubungan mereka telah terjalin selama 3 bulan dan dipenuhi dengan kisah-kisah romantis yang indah. Janji untuk saling setia dan mengasihi selamanya sampai ajal menjemputpun diucapkan. "Dev!, Aku punya kaset CD menarik yang bercerita tentang gejolak cinta anak muda Amerika!", Kata Sony kepada Devi saat istirahat di sekolah.
"Wah menarik sekali! Ingin rasanya aku menonton", respon Devi penuh antusias.
"Kalau begitu habis sekolah kita nonton bareng di rumahku, kebetulan rumah sedang kosong, Mama dan Papa sedang ke Medan, kakakku ke Surabaya ngurus skripsinya, pembantu pulang kampung jadi aku sendirian nich!", tawar Sony pada gadis cantik di depannya.
"Cihui!, Kita bisa bebas dong, nggak ada mata sinis atau muka cemberut dari ortumu!", teriak Devi kegirangan.

Monday, May 28, 2012

Dosen Haniza - 1

Awek Pantat Panas CantikAku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Kisah yang akan kuceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap kehidupanku. Umurku sekarang 30 tahun lebih.

Sewaktu berada di tingkat 5, di salah satu sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku itu bukan kerena takut seperti selayaknya orang melihat hantu, tetapi adalah karena tidak adanya kekuatan dalam diriku untuk berhadapan dan bergaul dengan mereka. Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolahku tu pulak, sekolah laki-laki. Semua pelajarnya laki-laki, wanita yang ada hanyalah Dosen saja. Jadi semakin bertambahlah ketakutanku pada kaum hawa itu.

Sunday, May 27, 2012

The hottest liveshow - 2

Awek Pantat Panas CantikPak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ? kataku menunjuk kasur pompa yang terletak tak jauh dari situ.
Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Santi di kasur empuk itu, lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Santi yang berpayudara kencang, berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya, mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Santi sampai terpana menatap ketiga senjata yang akan segera membantainya itu. Ketiganya kembali mengerubungi Santi yang terlihat nervous dengan menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tangan.
Hehehe...si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah ! kata Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Santi yang menutup payudaranya.
Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya! kata Mang Obar yang tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.

Thursday, May 24, 2012

Antara nafsu dan cinta

Awek Pantat Panas CantikKejadiannya dimulai 4 atau 5 tahun yang lalu. Waktu itu produksi di perusahaanku sedang booming sehingga diadakan penerimaan karyawati baru. Diantara sekian banyak pelamar ada satu yang jelas kulihat sangat berbeda. Kulitnya putih bersih, raut wajahnya cantik, dan bulu-bulu halus tampak jelas hitam kontras dengan warna kulitnya. Aku segera ke bagian personalia meminta data-datanya, setelah kulihat CV-nya yang cukup baik, aku meminta kepada personalia untuk dijadikan asistenku, akhirnya setelah melewati proses yang cukup rumit dia menjadi asistenku.

Mula pertama dia bekerja, aku sudah dapat melihat kecerdasannya dalam menangani pekerjaan, semua pekerjaan yang kuberikan dapat diselesaikannya dengan baik. Seperti pepatah Jawa bilang "Witing tresno jalaran soko kulino" Kebersamaan akan menumbuhkan rasa sayang, begitu pula yang terjadi denganku. Aku yang pada mulanya sudah tertarik pada pandangan pertama kian jatuh dalam perangkap asmaranya. Kucoba mengakrabkan diri dengannya, keluar makan bareng sering kami lakukan, tapi sampai saat itu aku belum berani macam-macam kepadanya, karena dia pernah mengungkapkan bahwa dia sudah mempunyai pacar. Memang sejak saat dia mengungkapkan bahwa dia sudah punya pacar, keinginanku untuk menjadikannya sebagai kekasih sudah hilang.

Wednesday, May 23, 2012

Arisan syahwat - 6

Awek Pantat Panas Cantik"Ampuunn.. Tatii... amppuunn.. bibir kamu enak bangeett... belum pernah aa.. kk.. akuu dapat bibir macam inii..." sambil menggelinjang-gelinjang Pak Hermawan menahan derita birahi syahwatnya.

Dia remasi tepian jok sofa Grand Hayyat yang mewah itu. Terkadang pinggulnya menyentak menahan serangan geli syahwat yang tak terhingga. Dia juga mengayun-ayunkan pantatnya maju mundur mendorong kemaluannya mengentot mulutku. Aku semakin melayang dalam badai birahi yang melanda diriku. Seluruh tubuhku serasa dijangkiti peka nafsuku yang berkobar. Senggolan-senggolan kecil pada setiap organ tubuhku dengan bagian tubuh Pak Hermawan sepertinya merangsang dan memberikan kenikmatan tak terhingga.

Tuesday, May 22, 2012

Berkongsi dengan jiran - 1

Awek Pantat Panas Cantik"Untung you Kiah. Minggu lepas kakak perhatikan tiga hari Aznam tak ada di rumah, bapa mertua you sanggup tinggalkan rumahnya untuk datang temankan you di sini. I nampak you ceria betul bila Pak Man tu ada di sini," Kak Rahmah menegur aku ketika sama-sama menyiram pokok bunga di perkarangan rumah masing-masing.

Jam masa itu 6.30 petang. Sebagai jiran sebelah rumah, jalinan hubungan tetangga aku dan Kak Rahmah amat baik sekali. Aznam, suamiku. Dan Abang Rosli, suami Kak Rahmah, juga berkawan rapat, selalu mereka keluar memancing bersama. Sekali-sekala pergi berjemaah di masjid bersama. Kak Rahmah dan Abang Rosli mempunyai dua orang anak perempuan. Kedua-duanya masih menuntut di sekolah berasrama penuh, seorang Tingkatan 3 di utara manakala seorang lagi Tingkatan 1 di selatan Semenanjung Malaysia. Mereka kepinginkan anak lelaki tetapi tiada rezeki setakat ini.

Monday, May 21, 2012

Memperkosa seorang istri setia - 2

Awek Pantat Panas CantikAksiku selanjutnya adalah dengan memutar tubuh, berada di atas Maryati, memposisikan batang kejantananku tepat di atas wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsang dengan batang perkasaku yang besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya. Wajahku sendiri, masih berada diantara selangkangannyadengan lidah dan bibir terus menjilat serta menghisap klitoris dan liang kewanitaannya.

Paha Maryati sendiri, entah secara sadar atau tidak, semakin membuka lebar, sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yang sudah membanjir basah. Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yang bercampur dengan desisan. Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu, sehingga berulang kali kurasakan paha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan.

Saturday, May 19, 2012

Persahabatan - 2

Awek Pantat Panas CantikDengan sigap dia membuka kemeja dan kaos dalamnya sehingga terlihatlah dadanya yang bidang dan ditumbuhi dengan bulu-bulu lebat, membuat aku ingin sekali berbaring di atas dadanya itu karena udara dingin AC mobil yang sangat kuat. Tidak lama dia sudah tinggal bercelana dalam saja dan akhirnya dibukalah celana dalam itu.

Untuk pertama kalinya aku melihat batang penis laki-laki dewasa. Di bagian ujungnya nampak seperti topi baja berwarna merah yang berkilat-kilat, sementara di pangkalnya tumbuh bulu-bulu yang sangat lebat yang terlihat seolah menyambung dengan bulu yang ada di dadanya. Dia pun memegang batang penisnya. Kutaksir kira-kira panjangnya 17,5 cm.

Friday, May 18, 2012

Cerita remaja - Perkenalan - 3

Awek Pantat Panas CantikCalvin tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan disenggamai oleh cowok sejantan Andre seperti hari ini. Tiba-tiba ia tersadar, mengapa cowok sejantan Andre bisa menyenggamainya dengan penuh nafsu seperti ini. Apakah Andre seorang gay? Lalu bagaimana dengan Cindy, kekasihnya?
"Mengapa elo lakukan ini pada gue Ndrehh?" tiba-tiba terlontar saja pertanyaan itu dari bibirnya.
Ia sebenarnya tak mengharapkan Andre akan menjawab pertanyaannya itu. Ia khuatir Andre akan menghentikan genjotannya oleh pertanyaannya yang tak pantas pada momen indah seperti ini. Namun tanpa diduganya, diantara genjotannya yang tak berhenti Andre berbisik di telinganya,
"Karena gue tahu elo menginginkannya Calvin manisshh..,""Maksudhh elohhkhh," Calvin kembali bertanya."Jangan purah-purah.. Ssshh.., Vin.., Oh. Guehh, tahuuhh, kontol elo selalu ngaceng setiap gue boncenghh.. Ohh. Danhh eohshh.. Eloh selalu, salah tingkahkhh.. Setiap ngomong ke guehhshh. Itu artinya elohh.. Minta gue entotthh.. Ahh,"

Anneke, kembang liar dari Madiun - 1

Awek Pantat Panas CantikSesuai dengan perkiraanku, suatu hari, pukul 6.30 pagi, di minggu terakhir bulan Mei, kembali aku mendengar ketukan di pintu yang disusul suara salam yang lembut. Aku yakin itu suar Anneke, si kembang dari Madiun yang selama hampir 3 minggu terakhir membuat hatiku demikian menderita, limbung dan sangat merindukannya. Aku yang saat itu sedang membuat minuman untuk sarapan Mas Adit, bergegas ke depan membuka pintu. Dan Anneke langsung menghambur dan memelukku dengan sangat eratnya.

"Mbak Marini, aku kangen banget", diciumnya pipi dan ujung bibirku dengan penuh kegemasan.

Thursday, May 17, 2012

Tante Yeni yang kuhormati - 2

Awek Pantat Panas CantikAku segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku.
Dasar cowok, aku mana tahan? Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku meremas payudaranya.
"Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!" tegur Tante Yeni.
Aku tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya. Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Yeni tertawa melihat ulahku.

Tuesday, May 15, 2012

Adik Sayang

Awek Pantat Panas Cantik Cerita ini melibatkan saya dan adik kandung saya. Nama saya Anwar. Di saat ini saya ialah seorang lelaki yang berumur 26 tahun. Sedangkan adik perempuan saya bernama Junaidah atau singkatannya Ju, yang kini sudah pun berusia 23 tahun. Kesah ini bermula ketika saya berumur 10 tahun. Masa tu saya mulai menyukai cerita-cerita yang berkaitan dengan unsur unsur seksual. Pada umur tersebut saya juga sudah terbiasakan diri dengan kegiatan melancap. Suatu hari, saya terbacakan satu berita di akbar. Ianya tentang pembongkaran kegiatan seks di antara beradik yang berbangsa melayu. Saya telah sudah sering membaca tentang berbagai cerita seks, tetapi baru kali inilah saya ketahui tentang ujudnya kecenderongan berzina dengan saudara sendiri. Entah kenapa ianya merupakan cerita telah berjaya menarik perhatian serta minat ku. Setiap kali saya mengingati cerita tersebut, saya menjadi semakin berminat. Lebih lebih lagi bila mana saya cuba mengaitkannya dengan adik perempuan saya yang comel tu. Cerita tersebut seperti mendorongkan saya untuk merealisasikannya. Kebetulan pula pada saat itu, saya tidur di bilek tidur yang sama dengan adikku, Junaidah. Hanya katil kami saja yang berasingan, namun jaraknya hanya sekitar 2 meter sahaja. Suatu malam pada sekitar pukul 12. 30, saya terbangun lalu memasang lampu untuk menerangi kegelapan. Dari tinjauan saya, nampaknya semua orang di dalam rumah sedang nyenyak tidur. Namun hajat sebenar aku ialah untuk meninjau keadaan Junaidah. Dari keadaan mulutnya yang sedikit ternganga itu, aku pasti dia juga sedang nyenyak dibuai mimpi. Masa tu selimutnya tersingkap tinggi hingga mendedahkan pangkal pehanya. Dengan keadaan kedua kakinya yang terkangkang agak luas, maka terlihatlah aku akan celah kelangkangnya itu. Rupa rupanya Junaidah tidur tanpa memakai panties. Ketembaman pantat yang tanpa berbulu itu terlambak di hadapan mata ku. Hal inilah yang telah membuakkan gelodak nafsu ku, lebih lebih lagi apabila mengimbasi cerita tentang perhubungan seks adik beradik yang ku minati itu. Perlahan saya turun dari tempat tidur, dan mendekati katil Junaidah. Saya ingin memastikan tahap tidurnya. Saya menggelitik telapak kakinya. Ketiadaan reaksi gelinya telah mengesahkan kenyenyakkan tidur adik comel ku itu. Kemerahan alur belahan pantat Junaidah seakan akan mengamit undangan terhadap sentuhan jari ku. Pantas aku aku menunaikan hajat geram ku terhadap alur yang menjadi lambang kesuciannya itu. Tangan saya keras bergetaran. Peluang untuk menjari pantat Junaidah sudah pasti akan ku manfaatkan sebaik mungkin. Mula mula ku usapi dengan lembut. Tetapi lama kelamaan tindakkan ku jadi semakin keras. Namun kenyenyakkan tidurnya adik ku itu tidak sedikit pun terjejas. Bila dah tak tahan lagi, saya menciumi pantat Junaidah. Kemudian saya cuba mencari lubang yang sering saya dengari, iaitu tempat melakukan persetubuhan. Saya sangka ianya ada di bahagian depan, tapi ternyata jangkaan saya selama ini salah. Posisi yang sebenar rupanya di bahagian bawah. Saya pun kembalilah ciumi pantat Junaidah sampai ke bahagian lubang itu. Saya sudah benar-benar tidak tertahan lagi. Saya menuruni katil untuk membogelkan diri sendiri. Lepas tu saya pun perlahan lahan naik semula ke atas katil Junaidah. Sementara tangan kanan menahan tubuh, tangan kiri saya cuba mengarahkan batang ke lubang pantat tersebut. Ternyata agak sukar nak memasukkannya. Saya cuba memasukkan dari depan, pada hal lubangnya ada di sebelah bawah. Sementara saya giat berusaha, tiba-tiba tubuh Junaidah bergerak. Karena takut angkara itu terbongkar, saya pun cepat-cepat bangun mengenakan pakaian dan kembali ke ranjang. Tak lama kemudian saya pun terus terlena.
Pengalaman malam tersebut telah mulai menganggu konsentrasi ku. Hajat batang ku untuk bertamu di dalam pantat Junaidah masih belum lagi terlunas. Setiap kali apabila cetusan dendam nafsu mula melanda, batang ku tak semena mena jadi keras. Itulah sebabnya saya selalu menunggu datangnya malam. Di saat di mana semua orang tertidur, di saat itulah saya akan cuba untuk memenuhi hajat sumbang terhadap Junaidah. Selama beberapa malam saya melakukan usaha serupa. Namun ianya selalu terbatas kerana merisaukan Junaidah akan terkejut dari tidurnya. Sampailah di suatu malam ketika saya benar benar telah dirasuk oleh dorongan nafsu. Gema bisikan syaitan pula tak henti henti menghasut ketegangan batang ku. Berkubang di dalam pantat adik comel ku itu jelas menjanjikan seribu kenikmatan yang maha hebat. Desakan untuk menyahut seruan iblis tak lagi upaya ku bendung. Pantas aku bergerak ke katil Junaidah. Kemudian aku membogelkan diri ku sendiri. Lepas tu perlahan lahan ku pisahkan selimut yang menyaluti tubuhnya. Aku selak skirt tidur Junaidah hingga ke paras pusat. Sekali lagi seperti yang ku dugakan, dia tidur tanpa memakai sebarang pakaian dalam. Saya sudah bulatkan tekad untuk melakukannya malam itu. Perlahan saya naik ke atas katil. Kedua kaki Junaidah saya rentangkan selebar-lebarnya. Saya ciumi dan jilati pantat Junaidah sepuas hati. Kemudian saya mulai menghalakan batang ke arah lubang pantatnya. Sekali lagi ianya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Cukup sukar untuk memasukkan batang ku ke dalam lubang sedap itu. Berkat dari rangsangan iblis yang berterusan, akhirnya kepala batang ku mulai terselit kemas di celahan bibir pantat Junaidah. Semakin hampir batang ku untuk melungsuri lubang nikmat itu, semakin keras rangsangan yang melanda batang ku. Apa pun yang bakal terjadi, malam ini lubang pantat Junaidah akan pasti aku tebukkan dengan batang ku ini. Dengan gerak yang perlahan tetapi keras, ku dorongkan kemasukkan batang ku ke dalam pantat Junaidah. Walaupun ada masa masanya terdapat sesuatu halangan yang cuba menghalang, namun ku tetap bertegas memaksakan. Akhirnya berjaya juga ku benamkan sepanjang panjang batang aku tu ke dalam lubang pantat Junaidah. Selaput yang menjadi lambang kesucian adik ku itu terbolos dek sondolan kepala batang ku. Berdenyut denyut batang ku meraikan keseronokkan detik detik tercemarnya kehormatan Junaidah. Adik perempuan ku yang comel itu kini tidak lagi layak bergelar "dara". Aku benar benar puas dan bangga dengan pencapaian ku itu. Kerana kerakusan batang ku dalam penaklukan tersebut, tiba tiba Junaidah mulai tersedar dari tidurannya. Dia kelihatan bingung dengan apa yang sedang berlaku. Tambahan pula mungkin lubang pantatnya terasa sakit dengan kehadiran batang ku. Junaidah mula merintih sambil memprotes terhadap apa yang sedang ku lakukan ke atas dirinya. "Hissst...! Jangan bising.... nanti mak marah.... teruk Ju kena pukul nanti....!" Mendengarkan ugutan dan nasihat ku itu, dia pun mulai menahan suara kerana takut dimarahi mak. Namun sekali sekala kedengaran juga rintihannya menahan kesakitan. Saya pun teruslah menggoyang pinggang mendorong batang keluar masuk ke dalam lubang pantat Junaidah. Karena baru pertama kali, tak sampai pun 2 minit, batang ku dah mulai berdenyut bagai nak gila. Berasap kepala ku dengan kesedapan yang sungguh tak kudugakan. Sedar sedar saja, air mani ku dah penuh bertakung di dalam lubang pantat Junaidah. Aku rasa keletihan dan terpaksa berehat sebentar. Junaidah juga nampaknya terkangkang keletihan lalu kembali menyambung tidurnya. Beberapa minit kemudian batang ku mulai bangkit semula. Aku pun kembali menindih Junaidah. Kali ini mudah batang ku dapat mencari sasaran lubang sedap itu. Henjutan henjutan garang aku telah sekali lagi menganggu kelenaan tidur Junaidah. Kuyu matanya sambil mengigit gigit bibir bawahnya. Adik comel ku itu kini pasrah melebarkan kangkangnya untuk menerima tikaman demi tikaman batang ku. Sekali lagi semburan nafsu ku likat memenuhi telaga bunting Junaidah. Pada permainan kali ke dua itu, saya boleh bertahan sampai 10 minit. Malam itu saja saya telah menyetubuhi adik kandung saya sebanyak 3 kali. Memang puas dan berbaloi dapat main dengan adik beradik ni. Sejak malam itu, hampir setiap malam saya berzina dengan Junaidah. Pada awalnya dia hanya menerima saja apa yang saya lakukan. Namun setelah setahun berlalu nampaknya Junaidah juga sudah mulai menyukai dan menagihinya. Apabila saya tertidur, dia sendiri sudah pandai datang ke katil ku dan menggoda batang ku dengan sentuhan jarinya. Selama 4 tahun, kami berleluasa melakukan zina. Tetapi apabila Junaidah mulai menjangkau usia 11 tahun, saya agak berhati hati sedikit karena takut silap silap nanti boleh terbuncit perut adik kesayangan aku tu. Aku tak mahu angkara itu nanti akan menyebabkan kami terpisah buat selama lamanya. Ketika saya berumur 12 tahun dan Junaidah 9 tahun, kami telah ditetapkan bilek yang berasingan. Dengan itu terpaksalah kami menerokai peluang berseronok selain daripada waktu malam. Kesempatan berseronok ketika ayah pergi kerja manakala mak pula ke pasar, tidak sekali kali kami lepaskan. Tapi yang paling best ialah ketika mak dan ayah pergi mengunjungi saudara atau ada undangan. Memang sehari suntuklah kami dua beradik bebas bertelanjang bulat di serata rumah. Akibat dari itu maka tak sempat keringlah pantat Junaidah tu. Sentiasa saja meleleh air putih aku tu di situ. Mana tidaknya, baru saja nak kering aku dah pamkan semula air tu ke dalam lubang pantatnya. Sampai saat ini pun kami tetap selalu melakukannya. Walau sekarang kami sudah dewasa dan masing-masing sudah mempunyai pacar, tetapi perhubungan unik kami itu tetap berterusan. Jika di rumah tidak meruangkan kesempatan, maka kami biasa melorongkan peluang dengan melakukannya di hotel


Monday, May 14, 2012

Bunga-bunga racun - 3

Awek Pantat Panas CantikKebetulan. Coincidence. Believe it or Not?? Cakap sahaja-baru sahaja menyebut nama itu, hantu tu is there. And soon it became a very interesting and nice story.

Rose memasuki lif. Sebaik pintu lif nak tertutup masuk seorang lelaki dengan bag sandang serta briefcasenya terkocoh-kocoh ketika pintu lif hendak tertutup. Rose sedang khayal dan tidak ambil peduli dengan kemasukan seorang penumpang itu. Lelaki yang masuk lif itu mengemaskan dirinya dan menarik nafas lega. Dia melihat lampu di punat lif terpasang pada angka 9. Dia tidak payah menekan punatterwebut sebab itulah tingkat yang ditujunya.

Saturday, May 12, 2012

Awek Kampung YAng Gersang

Awek Pantat Panas Cantik Budak Kampong Kenangan dan peristiwa yang berlaku masa dulu-dulu sampai bila pun tidak dapat dilupakan. Ianya tetap menjadi sejarah yang sering datang dalam ingatan. Tidak kira kita sudah insaf, taubat dan sebagainya tapi dimasa-masa tertentu dia akan menjelma juga. Aku berasal dari sebuah kampong disempadan antara Negeri Terengganu dan Kelantan. Semasa aku kecil-kecil dulu sememangnya kampong ku ini tidak ada kemudahan asas seperti sekarang. Letrik, air paip dan jalan tar yang menyambongkan kampongku dan jalan besar semuanya belum ada. Kebanyakan penduduk di kampongku ini adalah sebagai petani. Musim padi mereka menanam padi. Walau bagaimana pun ada juga diantaranya yang menoreh getah dan lain-lain kerja-kerja pertanian. Dan salah satu yang istemewanya dikampongku ini ialah terdapat sebuah sungai yang sederhana besarnya. Airnya pun tidaklah deras sangat dan tidaklah dalam sangat. Sungai inilah yang menjadi punca bekalan air untuk diminum dan mandi manda. Malah sungai ini jugalah kadangkala menjadi tempat membuang najis. Dan semasa aku kecil-kecil dulu lagi juga aku sudah biasa sangat dengan perkataan-perkataan burit, pelir, kocak dan lain-lain perkataan yang lucah dan cabul. Mungkin kerana orang-orang melayu kuat sex atau tidak, aku tidak tahu. Perkataan-perkataan yang mencarut begini menjadi mainan mulut budak-budak, apa lagi bila berlaku pertengkaran atau perbalahan semasa bermain. Bukan saja setakat tahu sebut perkataan tersebut, malah tahu juga apa maksud dan maknanya. Burit adalah kemaluan perempuan, pelir adalah kemaluan lelaki dan kocak ialah persetubuhan diantara lelaki dan perempuan. Tapi walau bagaimana pun aku dan budak-budak lain semasa itu hanya tahu sebut dan faham saja, sedangkan perasaan terhadap perlakuannya belum ada lagi. Perkataan-perkataan lucah dan mencarut begini, aku pun tak ingat aku dapat dari mana. Sama ada dari budak-budak lain yang lebih besar dari aku, mau pun dari orang-orang dewasa sendiri. Tapi seingat aku orang-orang dewasa sendiri yang selalu membuat teka teki dan pantun-pantun dengan perkataan-perkataan lucah tersebut. Contohnya adalah; Cat ra.. ra.., Che Mamat jual budu, Kocak burit kera, Keluar air dua sudu Ada lagi pantun dua kerat seperti ini: Kayu mumut junjong sireh, Burit gemok pelir murih ( marah/geram ) Mumut ertinya kayu yang tidak keras/empulur. Walau bagaimana pun apabila aku telah semakin besar dan sudah pun melangkah ke darjah enam, perasaan dan naluri sex aku sudah mula datang. Apa tah lagi selepas aku bersunat dan mula naik ketingkatan satu, sekolah menengah. Aku semakin tertarik bila melihat burit budak-budak perempuan walaupun usia mereka baru lapan atau sembilan tahun. Dan aku tahu dimana aku dapat melihat dan memerhati burit-burit budak perempuan ini. Tentunya ketika mereka semua sedang mandi disungai dikampongku itu. Sememangnya keadaan dikampong, budak-budak perempuan dan lelaki main sama-sama, mandi sama-sama dan mengaji Quraan sama-sama. Kalau hari bersekolah, balik saja dari sekolah mereka semua akan mengaji Quraan dirumah Lebai Salleh. Selepas mengaji barulah kebanyakan budak-budak akan mandi sungai hinga berjam-jam lamanya. Yang tentunya bukan lagi mandi tetapi bermain. Main selam menyelam, kejar mengejar didalam air, main terjun dan sebagainya. Dan dimasa itu walau pun usia sudah sepuluh atau sebelas tahun, masih lagi mandi telanjang. Malah ada sesetengah budak perempuan yang teteknya telah membengkak pun masih mandi telanjang lagi. Tak tahulah mungkin orang tua pun tidak ambil berat sangat tentang hal ini. Sebagaimana yang aku katakan tadi, aku sentiasa saja berada ditepi sungai memerhatikan budak-budak mandi. Bukan saja memerhatikan budak-budak lain mandi, tapi aku juga mengawasi adikku sendiri yang mandi bersama-sama mereka. Bimbang juga aku pada adik perempuanku yang dalam darjah empat tu mandi, maklumlah dia tu bukannya pandai sangat berenang. Kadang-kadang aku juga akan mandi sama. Tapi oleh kerana aku sudah bersunat, aku tidak lagi mandi telanjang. Aku akan memakai kain basahan atau pun mandi dengan seluar pendek. Dan dalam memerhatikan adikku dan budak-budak lain yang mandi telanjang ini, aku pasti akan memerhatikan kepada budak-budak perempuan yang lebih besar sedikit, yang teteknya telah mula membengkak. Pelir aku akan naik tegang apa lagi bila melihat burit mereka yang putih dan telah mula meninggi dan mengelembong itu. Dan dalam ramai-ramai yang mandi itu, aku begitu syok bila melihat pada burit Ani yang dalam darjah lima itu. Kulitnya yang putih melepak itu membuatkan buritnya juga putih licin dan meninggi. Teteknya juga sudah mula membengkak. Aku pun naik hairan, dia yang baru darjah lima itu sudah membengkak teteknya. Tapi memanglah kalau lihat dari badannya, dia tu seolah-olah sudah dalam darjah enam atau dalam tingkatan satu seperti aku. Setelah beberapa hari memerhatikan burit Ani, aku menjadi naik geram. Hinggalah pada suatu hari aku dan kawan-kawanku juga ikut mandi sama. Sambil bermain dan menyelam itu aku terus menyelam menuju pada Ani yang sedang bermain dengan kawan-kawannya. Bila menghampirinya didalam air itu, aku terus menyentuh buritnya yang terdedah itu. Menjerit juga Ani ketika itu, mungkin dia terkejut. Aku minta maaf dan berpura-pura tersalah langgar. Tapi aku masih tidak puas hati dan tidak lama kemudian aku selam lagi dan menyentuh lagi burit Ani. Tapi kali ini bukan saja aku sentuh malah sempat juga aku usap-usap sekejap. Nampaknya kali ini Ani tidak lagi menjerit tapi masih marah dan mengatakan aku nakal. Aku selam lagi dan kali ketiga aku dapat menyentuh burit Ani. Dan kali ini Ani tidak menjerit dan marah pun tidak, hinggakan sempat aku sentuh pada celah buritnya. Ini telah membuatkan aku semakin berani. Dan bila aku selam kali keempat, aku selam dengan agak lama lagi. Aku usap dan main-mainkan dicelah buritnya yang begitu memberahikan itu hingga aku rasa nafasku dah tak tahan barulah aku timbul kepermukaan air semula. Aku senyum kepada Ani dan dia juga senyum kepada aku. Jadi aku dapat mengagak yang Ani juga tentunya merasa nikmat dengan sentuhanku tadi. Pelirku ketika ini bukan main tegang lagi. Tapi selepas itu aku tak dapat lagi menyelam untuk menyentuh burit Ani kerana dia dan kawan-kawannya sudah mula naik kedarat dan bersiap-siap untuk pulang kerumah. Memang hari pun sudah agak petang. Aku terasa begitu tidak tenteram setelah beberapa hari aku tidak kesungai kerana terpaksa menolong ayah dan ibuku membanting padi disawah. Peluang aku untuk menyentuh burit Ani tidak ada langsung. Memang kalau tidak mandi disungai tak ada kesempatan untuk menyentuhnya. Dan setelah kerja disawah dah habis, aku kesungai semula. Tapi aku terkejut bila aku lihat Ani sudah mandi dengan memakai kain basahan. Mungkin dia bimbang bila aku mandi bersekali dengannya, aku akan menyelam dan menyentuh buritnya. Namun begitu aku terus juga turun mandi. Dan aku bertekad akan terus juga menyelam kearah Ani walau pun dia memakai kain basahan. Lalu aku menyelam lagi menuju kearahnya dan aku sentuh juga celah kangkangnya walau pun berlapikkan kain basahan. Tapi tiba-tiba Ani telah menyelak kain basahannya dan mendedahkan buritnya. Memangnya dia perasan yang aku menyelam kearahnya tadi. Apa lagi aku pun terus mengusap-usap buritnya yang telah beberapa hari tidak aku usap itu. Malah pada kali ini Ani sengaja membukakan kangkangnya sedikit menyebabkan semakin senang aku mengusap dan memainkan jariku dicelah buritnya itu. Untuk menyelam kali kedua, aku mengambil nafas yang panjang sedikit. Aku ingin melakukannya dengan lebih lama lagi. Dan kali ini aku kelebekkan buritnya dan jolok-jolokkan jariku dicelahnya menyebabkan Ani semakin luas membuka kangkangnya. Aku dapat rasa dicelah burit sudah basah, melekit dan berlendir-lendir. Hari sabtu ialah hari tidak bersekolah. Jadi semua budak-budak akan mengaji Quraan dua kali iaitu pada sebelah pagi dan tengahari, selepas waktu zohor. Pagi itu adik aku pun telah ketempat mengaji Quraan awal-awal lagi. Aku memangnya berada dirumah saja kerana aku telah pun tamat mengaji dan sudah dua kali habis Quraan. Nak kesawah bersama-sama ayah dan ibu, memangnya tak ada kerja-kerja yang sesuai untuk aku. Jadi aku duduk kat rumah saja. Tapi bila adikku balik dari mengaji, rupa-rupanya Ani ikut sama datang kerumahku. Berdebar juga aku bila lihat Ani datang kerana biasanya jarang juga Ani datang kemari. Rupa-rupanya adikku yang ajak Ani datang untuk bermain-main dengannya. Bila aku lihat adikku dan Ani main masak-masak, aku pun tumpang sekaki untuk bermain sama. Sebenarnya aku sengaja untuk bermain dengan Ani. Jadi bila aku main sekali, adikku cadangkan supaya kami main permainan mak/ayah. Oleh kerana adikku lebih kecil dari Ani, dialah yang jadi anak. Aku sebagai ayah dan Ani sebagai mak. Lepas mereka berdua pura-pura masak dalam tempurong, kami pun pura-pura makan. Selepas makan, aku kata kat mereka berdua, hari sudah malam dan jom pergi tidur. Aku suroh adikku tidur diluar kerana dia sebagai anak dan aku serta Ani tidur dalam bilik sebagai mak/ayah. Ani tidak berkata apa-apa dengan cadangan aku dan dia terus masuk kebilik yang ada dirumahku itu. Aku pun terus masuk sama kedalam bilik dan mengunci pintu meninggalkan adikku tidur diluar. Ani sememangnya sudah berbaring diatas katil yang ada dibilik itu. Apa lagi aku pun terus baring disebelahnya dan memeluk tubuhnya. Pelirku ketika ini sedahpun mula menegang. Dalam fikiranku ketika itu tidak ada yang lain melainkan untuk menyentuh dan mengusap burit Ani. Lalu aku letakkan tanganku dicelah kangkangnya yang masih lagi berlapikkan skirt yang dipakainya. Kemudian dengan perlakan-lahan aku selak skirtnya keatas dan aku mula menyentuh seluar dalamnya pula. Tapi hanya sekejap saja, tanganku sudah merayap masuk kedalam seluar dalamnya dan terus aku usap buritnya. Semakin aku usap Ani semakin membukakan kangkangnya. Jari-jari aku pula mula menyelinap masuk kecelah buritnya dan sekejap saja aku dapat rasa buritnya mula basah dan melekit-lekit. Aku yang sudah tidak tertahan mula membuka kancing dan zip seluarku. Lalu aku pegang tangan Ani dan bawakan kearah pelirku yang tegang itu. Aku sungguh merasa nikmat bila Ani pegang dan picit-picitkan pelirku. Aku semakin tidak tertahan lalu seluar dalam Ani aku tanggalkan. Dalam hatiku tiada yang lain, aku akan kocak Ani pada pagi itu. Aku bangkit untuk menangggalkan seluar aku sama. Sambil menanggalkan seluarku, aku tak putus-putus dari memandang kearah Ani yang sedang terlentang dengan kakinya terkangkang diatas katil itu. Tapi belum sempat aku menanggalkan sepenuhnya seluarku, tiba-tiba aku terkejut bila adikku mengetuk pintu. Cepat-cepat aku memakai semula seluarku. Begitu juga dengan Ani, terus saja dia bangkit dan memakain semula seluar dalamnya yang aku lucutkan tadi. Setelah semuanya sempurna barulah aku membuka pintu. Aku dan Ani masing-masing buat-buat selamba saja. Dalam fikiran aku, bukan main lagi frust dan nak marah pada adikku itu. Kalau tidak kerana adikku ketok pintu tadi sudah tentu dapat aku kocak Ani, kerana Ani sendiri pun nampaknya hanya menunggu saja aku mengocaknya. Aku meminta adikku menyimpan balik segala alat permainan, tempurong dan sebagainya itu. Aku tak nak rumahku itu berselerak dan akan membuatkan ibuku berleter bila bila dia balik nanti. Dan semasa adikku mengemaskan barang permainan, Ani sempat menceritakan pada aku yang dia pernah tengok ayah dan ibunya melakukan perbuatan seperti aku dan dia lakukan sekejap tadi. Kata Ani, dia sememangnya tidur sebilik dengan ayah dan ibunya. Dia tidur dibawah dan ayah serta ibunya tidur diatas katil. Pada suatu malam, ibu dan ayahnya sangka dia sudah tidur, jadi mereka berdua berpelukan dan bercium mesra. Kata Ani dia dapat lihat ayahnya menghisap tetek ibunya yang tidak memakai baju malam itu. Kemudian dia lihat ayahnya memasukkan pelirnya kedalam burit ibunya. Kata Ani lagi dia dengar ibunya mengeluh-ngeluh dan kadang-kadang ibunya mengatakan sedap bila ayahnya menghenjutkan punggongnya. Dia dapat lihat pelir ayahnya keluar masuk didalam burit ibunya. Aku yang mendengarnya ketawa bukan main. Lalu aku kemudiannya meminta Ani datang lagi pada minggu depan dan akan cuba melakukan sebagaiman ayah dan ibunya lakukan. Sebagaimana dalam cerita aku yang lepas, aku dan Ani telah sempat tidur sekatil malah aku juga telah sempat mengusap-usap buritnya, cuma tak sempat melakukan kocak saja kerana diganggu oleh adikku. Dan setelah peristiwa itu, boleh dikatakan setiap minggu iaitu pada hari sabtu, Ani akan datang kerumahku. Memang Ani tahu bahawa pada hari sabtu saja dia dapat bersua dengan aku kerana pada hari persekolahan biasa memangnya tak ada kesempatan, maklumlah aku belajar sessi petang sedangkan dia dan adikku disekolah rendah belajar sessi pagi. Jadi aku dapat membaca bahawa tentulah Ani ingin merasa lagi akan kenikmatan bila buritnya diusap oleh aku, kalau tidak masakan dia berani datang lagi kerumah aku. Malah mungkin dia ingin supaya aku melakukan lebih dari usap pada buritnya itu. Maklumlah dia juga sudah tahu dan telah lihat bagaimana ayahnya melakukan sesuatu pada burit emaknya. Namun demikian aku cukup hampa. Walaupun Ani datang, aku tidak dapat mengambil kesempatan itu untuk melakukan aktiviti sex dengannya, walaupun hatiku begitu mendesak. Walaupun beberapa kali aku mengajak adikku bermain emak/ayah lagi, tapi adikku tak mahu, sedangkan Ani sememangnya mahu. Sakit hati aku pada adikku semakin bertambah. Adikku sekarang lebih suka main selambut dengan guli dan sebagainya. Namun demikian, ketika adikku berada jauh sedikit dari Ani dan aku, aku mengambil kesempatan juga dengan meraba-raba pada celah kangkang Ani. Tapi hanya setakat itu sajalah yang dapat aku lakukan. Pada suatu hari sabtu beberapa bulan kemudiannya, aku terpaksa menunggu rumah kerana ayah, ibu dan adikku dari pagi-pagi lagi telah pergi melawat bapa saudaraku yang sedang sakit tenat dikampong seberang. Oleh kerana aku tinggal sorang-sorang, aku pun bangkit agak lewat sikit. Dan diantara aku jaga dengan tidak, aku terdengar suara orang memanggil adikku dari bawah. Sambil mengesat-gesat mataku aku kepintu untuk melihat siapa yang memanggil. Dan agak terkejut aku bila aku dapati Ani tercegat dimuka pintu dan bertanya kenapa adikku tidak datang mengaji Quraan. Setelah aku terangkan segalanya, barulah Ani faham. Aku kemudiannya cepat-cepat mempelawa agar Ani naik kerumah. Namun ketika ini dalam hatiku begitu berdebar sekali. Apa tidaknya kerana aku sudah mula merasakan inilah ketika yang paling baik untuk aku lakukan bersama-sama dengan Ani, ketika semuanya tak ada dirumah. Ani rupa-rupanya bersetuju dengan pelawaan dan ajakan aku. Dengan perlahan Ani menaiki anak tangga dan duduk diatas lantai diruang tamu. Bila aku pandang muka Ani aku nampak dia lain macam dan agak gelisah juga. Mungkin dia juga seperti aku, teringatkan peristiwa lepas. Agak lama juga aku dan Ani terdiam. Apa yang ingin aku katakan sebelum ini, rupa-rupanya tak terkeluar. Tapi entah macam mana akhirnya terkeluar juga kata-kata dari mulut aku. Aku bertanya pada Ani, " Nak main apa pada hari ini ? " kata aku dengan suara yang agak terketar-ketar juga. Ani tersenyum sipu saja mendengar soalan aku, mungkin dia malu untuk memberitahu aku, dan sebelum sempat Ani jawab aku terus berkata. " Kita main mak/ayah seperti dulu bagaimana ? " Aku sudah mula menjadi semakin berani, mungkin keinginanku mengatasi rasa maluku. Aku memandang tepat pada Ani, tak sabar-sabar menanti jawapan darinya. Ani juga tidak menjawab, hanya tersengeh saja. Tapi aku sudah dapat membaca bahawa mungkin Ani malu untuk mengatakan ya. Lalu aku ajak Ani masuk kebilikku, bilik yang mana Ani telah terlentang bogel dulu. Didalam bilik, Ani terus saja baring diatas katil, tanpa disuruh. Memang sah bahawa Ani juga ingin merasa nikmat bila buritnya disentuh. Dan aku pun apa lagi, terus aku berbaring disebalahnya sambil tangan aku terus saja memeluk tubuh Ani. Ani seakan menerima saja pelukan aku. Dan seperti dulu juga tanganku terus menuju kecelah kangkangnya. Skirt yang dipakainya terus aku selak. Begitu juga dengan seluar dalamnya terus aku londehkan. Burit Ani yang putih dan meninggi itu sudah mula terdedah. Lalu tanganku terus mengusap-usap buritnya itu. Jari-jariku juga mula merayap kecelah buritnya. Kangkang Ani semakin lama semakin luas. Tidak ada suara yang kedengaran baik dari aku maupun dari Ani. Hanya tanganku saja yang memainkan peranan. Burit Ani yang semakin basah dan berlendir-lendir itu telah menyenangkan jari-jariku bergerak dan bermain-main dicelah buritnya. Dan sesekali aku jolokkan jariku kedalam buritnya, menyebabkan Ani seakan-akan bersiul suaranya dan ternganga-nganga juga mulutnya. Aku pula begitu syok bila melihat Ani terkial-kial begitu. Aku sorong tarikkan jariku keluar masuk dicelah buritnya menyebabkan bergerak-gerak punggong Ani. Walaupun Ani tidak mengatakan sedap atau nikmat, tapi aku tahu tentu dia sedang dalam kenikmatan sekarang. Dan ketika ini aku dapat lihat yang lubang burit Ani semakin membesar bekas dimasuki jari-jariku. Aku juga sudah tidak dapat menahan nafsuku. Burit Ani yang ternganga itu cukup memberahikan. Lalu Ani yang masih terkangkang itu aku lepaskan seketika. Aku bangkit untuk menanggalkan seluarku pula. Sudah lama pelir aku didalam seluar meronta-ronta untuk keluar. Dan sambil itu aku lihat Ani juga telah membuka skirt dan bajunya sama menyebabkan kami berdua sama-sama tanpa seurat benang pun. Dan ketika inilah aku dapat melihat yang tetek Ani rupa-rupanya sudah mula membengkak. Dalam keadaan berbogel itu, aku mula menghampiri Ani yang sedang terbaring dan terus menindih tubuhnya. Tanganku mula menyentuh dan meraba-raba pada teteknya yang tengah membengkak itu. Entah macamana rupa-rupanya mulutku sudahpun menghisap tetek Ani yang sebesar buah langsat itu menyebabkan Ani seakan-akan bersial lagi. Tidak lama aku menghisap tetek Ani kerana apa yang aku inginkan sebenarnya ialah burit Ani bukannya teteknya. Pelirku yang tegang sejak tadi itu seakan-akan tercari-cari lubang burit Ani. Lalu dengan perlahan aku membuka kangkang Ani agar burit Ani ternganga sedikit. Dan tidak sabar-sabar aku terus letakkan kepala pelirku betul-betul dicelah kedua-dua bibir burit Ani yang berair dan berlendir-lendir itu. Dengan perlahan aku tolak pelirku kedalam, sambil aku memerhatikan kearah muka Ani untuk melihat reaksinya. Bukannya apa kerana mengikut buku yang aku baca yang dipinjamkan dari kawanku, bahawa akan terasa sakit bila dara dipecahkan. Kerana itulah aku meman! dang kearah Ani untuk melihat tindak balasnya. Ketika ini aku dapati Ani masih lagi seakan-akan bersiul dengan kadang-kadang dia mengetapkan bibir mulutnya mungkin menahan keenakan bila kepala pelirku tersentuh biji kelentitnya. Bila aku dapati Ani semakin keenakan, maka semakin aku menekan batang pelirku supaya masuk kedalam burit Ani lagi. Walaupun agak ketat, tapi semakin lama semakin kedalam pelirku memasuki lubang burit Ani. Kepala takoknya aku dapati sudah terbenam. Tidak dapat aku gambarkan betapa nikmatnya aku ketika ini. Terasa panas saja kepala pelirku yang berada didalam burit ketika itu. Rasa gelinya pula semakin terasa hinggakan aku sudah mula terasa yang air maniku akan terpancut keluat. Ani pula semakin kuat bunyi desisnya. " Ani rasa sakit ke ? " tanya aku dengan agak risau juga. Aku kembali lega bila Ani mengeleng-ngelengkan kepalanya bila aku bertanya begitu. Dalam pada itu aku sendiri sudah seakan-akan mahu mencapai kepuasan. Lalu aku tekan lagi batang pelirku kedalam burit Ani hingga tenggelam keseluruhan batang pelirku ditelan oleh burit Ani. " Aduh, sakit Mad " tiba-tiba aku terdengar suara Ani. Pada ketika ini aku terasa yang pelirku akan memuntahkan air maniku didalam burit Ani pada ketika itu juga. Dalm dalam terkial-kial itu aku terus saja menghenjutkan punggongku menyebabkan pelirku keluar masuk kedalam burit Ani, tanpa menghiraukan kata-kata sakit yang keluar dari mulut Ani. Dan terpancutlah air maniku hingga melimpah pada burit Ani. " Rasa sakit lagi tak ? " tanya aku pada Ani sambil aku menarik nafasku yang masih tercungap-cungap itu. Perasaan takut mula datang dalam diriku. " Ada juga tapi sikit-sikit saja. Mula-mula tadi tu sakit betul " jawab Ani yang menyebabkan aku sedikit kelegaan. Aku kemudiannya meminta Ani kebilik air untuk membasuh buritnya yang cukup berlendir akibat air maniku itu. Aku juga turut sama bersekali dengan Ani menuju kebilik air. Dan ketika Ani berjalan aku dapati Ani berjalan agak mengengkang. Mungkin dia masih terasa kesan kepedihan tadi. Tidak lama kemudian, bila Ani ingin pulang kerumahnya, aku dapati Ani berjalan masih lagi agak mengengkang. Bila aku tanya Ani mengatakan untuk menahan sisa kepedihan tadi. Jadi aku pujuk lagi dengan mengatakan kesan kepedihan itu akan hilang sekejap saja lagi. Aku juga nasihatkan Ani supaya dia berjalan seperti biasa terutama bila berada dirumahnya nanti. Bikannya apa-apa aku bimbang ibunya bertanya dan akan syak sesuatu. Dan Ani menganggok saja. Sambil itu aku berkali-kali ingatkannya supaya jangan beritahu sesiapa akan perbuatan kami itu tadi. Aku lega bila Ani berjanji tidak akan memberitahu pada sesiapa pun. Dalam tempun seminggu selepas aku melakukan kocak dengan Ani, fikiran aku sentiasa saja dalam ketakutan. Bukannya apa-apa, aku bimbang kalau-kalau Ani merasa sakit semasa dirumahnya, dan bila ibunya bertanya dia akan beritahu apa yang sebenarnya berlaku. Dan kalau ibu atau ayahnya tahu, entah apa jadi padaku. Aku bayangkan yang polis datang tangkapku. Aduh, begitu seksa fikiranku ketika itu. Dalam aku membayangkan kerungsingan, pada minggu berikutnya Ani datang kerumahku dan tersenyum simpul saja dia sambil berbual-bual dengan adikku. Aku lihat tak ada tanda-tanda takut atau kesakitan pada wajahnya. Aku juga gembira dan agak lega. Kalau dalam masa seminggu ini Ani tak beritahu orang, tentu aku akan selamat, fikir aku dalam hatiku. Walau pun minggu-minggu seterusnya Ani selalu saja datang kerumahku, tapi peluang untuk melakukan kocak lagi tidak ada. Aku tahu sangat tujuan Ani yang selalu datang kerumahku itu ialah kerana ingin melakukan lagi perbuatan tersebut. Walau pun kadang-kadang ketika Ani datang, ayah dan ibuku tak ada, tapi adikku pula yang tak nak berenggang dengan Ani. Pada petang Jumaat, ketika aku kekedai runcit, aku tertembung dengan Ani ditengah jalan. Dan ketika itulah Ani mengajak aku supaya datang kerumahnya pagi besok kerana kata Ani ayah, ibu dan adik-adiknya akan kebandar. Aku segera beritahu Ani yang aku pasti akan datang besoknya, apa tidaknya kerana aku sendiri pun sudah teringin sangat mengulangi berkocak dengan Ani. Pada malam itu aku seakan-akan tidak sabar rasanya menunggu besok pagi. Nikmat berkocak dengan Ani kerap menjelma. Burit Ani yang putih meninggi itu sentiasa terbayang, apatah lagi bila burit tersebut sedikit terbuka bila Ani kangkang lebar-lebar. Kalaulah dimasa itu seperti aku sekarang ini, pastinya burit Ani itu akan aku jilat dan kucup semau-maunya. Tapi masa itu aku baru dalam tingkatan dua. Mana aku tahu dengan jilat menjilat seperti sekarang. Gaya aku berkocak dengan Ani dimasa itu pun hanya dengan meniarap diatas badannya saja. Aku belum tahu lagi kocak secara tertonggeng dan sebagainya. Pagi besoknya apabila aku agak ayah dan ibu Ani telah keluar untuk kebandar, aku pun terus kerumahnya. Aku lihat juga pada sekeliling kalau-kalau ada budak-budak lain nampak aku. Walaupun aku tahu rumah Ani itu agak terpelusuk sedikit dan jarang budak-budak bermain disitu, tapi aku harus beringat juga. Setelah aku pasti tiada orang yang lihat, aku terus naik kerumah Ani yang sememangnya pintu rumahnya itu telah terbuka. Aku cepat-cepat menutup pintu. Ani yang ada didalam ketika itu agak terkejut dengan caraku, tapi kemudiannya barulah dia senyum pada ku. Ani rupa-rupanya sudah sedia maklum akan kedatanganku dan atas ajakannya itu. Ani terus saja mengajak aku masuk kebilik, katanya bilik ibu dan ayahnya, dan aku pun terus saja berjalan mengekorinya dari belakang. Didalam bilik Ani membuka pakaiannya satu persatu hingga bogel dan terus baring diatas katil. Dia seolah-olah menunggu saja aku menindih dirinya. Aku pun apa lagi, terus saja membuka pakaianku sama dan terus baring disebelah Ani. Tanpa tunggu lama aku terus pelok Ani. Oleh kerana sama-sama berbogel, kehangatan tubuh masing-masing begitu cepat terasa. Dan belum sempat aku menyentuh buritnya, Ani terlebih dulu meraba dan memegang batang pelirku dan diurut-urutnya. Ani tidak malu dan berani bertindak dahulu mungkin kerana kami melakukannya didalam rumahnya. Pelirku yang telah tegang semakin tegang bila diurut-urut oleh Ani. Aku sendiri pun apa lagi, terus saja memainkan burit Ani. Lepas aku usap, aku kelebekkan celah buritnya itu dan jari-jari aku pun mulalah bermain-main dicelahnya. Aku jolokkan jariku kedalam buritnya hinggakan semakin lama semakin basah dan melekit. Suara Ani yang merengek-rengek tidak aku hiraukan, malah aku semakin menjolok-jolok lagi jariku kedalam. Aku kemudiannya naik keatas badan Ani. Kangkang Ani mula terbuka lebar. Belum sempat aku meletakkan pelirku dicelah buritnya yang ternganga itu, Ani sendiri telah memegang pelirku dan diarahkannya kecelah buritnya. Aku cuma menekannya saja hinggakan terus menjunam masuk kedalam. Kali ini Ani tidak mengadu rasa sakit lagi. Malah sambil terkangkang begitu dia terus merengek-rengek. Aku mula menghenjut. Semakin laju aku menghenjut, semakin kuat rengetan suara Ani. Sambil menghenjut mulutku mencari-cari teteknya yang sebesar buah langsat itu, lalu aku hisap dan kulum dengan rakusnya. Pelir aku pun pada kali ini agak lambat untuk memuntahkan cecairnya. Jadi agak lama aku menghenjut dan merasai kenikmatan. Burit Ani yang agak ketat itu seolah-olah tidak ingin melepaskan pelirku keluar dari dalamnya. Ani semakin kuat merengek-rengekkan suaranya dan akhirnya dia mendengus seperti lembu kena sembeleh sambil kedua-dua kakinya memaut erat pinggangku. Pelirku yang masih tidak keluar lagi cecair itu terus aku surong tarikkan hinggakan terdengar bunyi cucit-cucit pada burit Ani. Dan akhirnya pelir aku pun tidak tertahan lagi dan terus memuntahkan air mani pekat melimpahi burit Ani. Aku juga akhirnya terkulai layu diatas badan Ani. Aku kemudiannya mengambil pakaianku dan menuju kebilik air yang terletak dibahagian dapur rumah Ani. Semasa aku keluar dari bilik, Ani masih lagi terlentang bogel diatas katil. Begitu keletihan nampaknya dia. Dan selepas siap aku membasuh pelirku, aku masuk semula kebilik. Aku dekati Ani yang masih terlentang, lalu aku hisap teteknya menyebabkan dia terjaga. Aku memberitahu Ani bahawa aku ingin balik kerumahku. Aku bimbang kalau-kalau ayah dan ibunya balik awal dari bandar. Dan semasa aku ingin turun dari rumahnya, aku lihat Ani berjalan menuju kedapur dalam keadaan bogel mungkin untuk membasuh sama buritnya yang berlendir-lendir dipenuhi dengan cecair pekat yang keluar dari pelir aku tadi. Hubungan sex antara aku dengan Ani tidak terhenti setakat itu saja. Kami berdua sentiasa saja berkocak bila ada peluang. Aku pun tidak ingat berapa kali kami lakukan. Tapi bukan saja kami lakukan dirumah aku atau rumah Ani, malah aku dan Ani pernah melakukannya didalam semak dikawasan sawah dan juga dibawah pokok buloh ditepi sungai. Kalau aku tidak mencari Ani, Ani sendiri akan mencari aku untuk melakukan kocak. Mungkin kami sudah ketagih dengan kenikmatan tersebut. Dan perkara ini terus berlarutan tanpa diketahui oleh sesiapa. Aku pun tak tahu apa akan jadi jika sekiranya perbuatan aku ini diketahui oleh orang lain. Tapi kata orang, sesuatu itu akan ada pengakhirnya. Bila Ani dalam darjah enam dan akan naik ketingkatan satu, ayah dan ibunya telah menghantar Ani untuk tinggal dengan neneknya dikampong asal mereka. Kalau tak silap aku diKelantan. Jadi sejak itu aku dan Ani mula berpisah. Memang ada jarang-jarang sekali Ani datang kerumah ayah dan ibunya dikampong itu selepas itu, tapi dia pun sudah tidak kerumahku lagi. Mungkin dia dah sedar akan perbuatan terkutok itu. Yang tinggal hanyalah kenangan, kenangan manis diantara aku dan Ani. Dan kenangan ini akan sentiasa datang menjelma dalam fikiranku terutama ketika aku sedang memerhatikan kanak-kanak bermain sesama mereka. Tapi aku harap mereka tidak akan melakukan perbuatan seperti aku dan Ani lakukan.